Part 04

1.4K 165 3
                                    

Jaehwan mengucek kedua matanya berkali-kali mencoba menyesuaikan pengelihatannya dengan cahaya terang matahari yang menyinari seluruh ruangan mewah dimana ia beristirahat..

"Minhyun hyung mana.." gumam Jaehwan yang masih berbaring dan memeluki guling pemilik kamar itu

Jaehwan melihat kedua pergelangan tangannya yang ditempeli plester pereda nyeri sebelum ia beranjak bangun dan melihat ke kedua pergelangan kakinya dimana plester yang sama juga menempel dengan sangat rapi..

Jaehwan pun sedikit terkejut saat ia menyadari piyama yang dipakainya.. Ia meraba area lehernya dimana bekas pelecehan seksual yang diterimanya harusnya masih ada kemarin malam.. Ia pun mulai bingung, alasan apa yang harus dia ucapkan kalau minhyun bertanya padanya mengenai tanda itu.. Ia yakin Minhyun melihatnya semalam..

"Ah bodoooh!!! Kenapa kamu beneran tertidur Jaehwan??!! Bodoh!! Bodoh!!! Coba aku nggak tidur, Minhyun hyung nggak akan menggantikan bajuku.. Aahh bodoh!! Kim jaehwan bodoh!!"

"Kepalamu sakit, Jaehwan-ah??" tanya Minhyun saat ia memasuki kamarnya dan melihat Jaehwan sedang memegangi kepalanya

"Min-Minhyun hyung??!"

"Kayaknya kamu sangat lelah, Jaehwan.. Tidurmu pulas sekali.. Hari ini kamu nggak ada kelas kan? Hyung tidak salah kan kalau aku tidak membangunkanmu sampai siang begini?" tanya Minhyun yang berhasil membuat Jaehwan terkejut sekali lagi saat melihat jam di meja samping ranjang Minhyun

"SETENGAH DUA BELAS??!!" pekik Jaehwan

"Kamu menggemaskan sekali sih, Jae.." ucap Minhyun sambil mencubit kedua pipi Jaehwan

"Ah hyung!!! Ah mati aku.. Ah mati.. Mati..."

Jaehwan terlihat panik sambil mengacak-acak rambutnya.. Ia beranjak dari ranjang dan masih terlihat kebingungan..

"Jae..?? Jae kenapa?? Jaehwan??"

"Aduh.. Hyung.. Aku bisa dipecat.. Hyung kan tahu setiap aku nggak ada kelas aku kerja di restoran seberang kampus.. Sekarang aku udah kesiangan tanpa kabar.. Aduh mati.. Aku bilang apa ini? Hyung.. Aku .. Aku pinjam baju ya.. Aku.. Aku pinjam kamar mandi juga.. Aku harus kerja.."

"Jaehwan.. Jaehwan.. Kim Jaehwan.. Aduh kamu ini kebiasaan ngomong terus.. Jaehwan.."

"Ya.. ??"

"Hyung sudah telpon ke restoran.. Hyung bilang kamu sakit.. Jadi hari inu kamu ijin.. Jadi jangan kesana lagi.. Nanti hyung dibilang berbohong.."

"Hyung kan memang bohong.."

"Yaa anak ini!!!" gerutu Minhyun sambil menakuti Jaehwan dengan hendak memukul kepalanya

"Aaahh hyung!!! Hyung memang malaikatku.. Hyung aku mencintaimu!!!!" jerit Jaehwan sambil melompat-lompat bahagia seperti anak kecil

Untuk Jaehwan, pekerjaan memang sangat penting untuknya.. Ia hanya seorang yatim piatu dari keluarga yang sangat sederhana.. Impiannya adalah membuat orang tuanya bahagia dengan kesuksesannya, dan meskipun sekarang untuknya itu sudah terlambat, tapi janji adalah sebuah janji. Menurut Jaehwan, orang tuanya masih menjaga dan memperhatikannya dari surga.. Ia akan terus berjuang sampai orang tuanya melihat kesuksesannya dari atas surga...

"Jaehwan.. Hyung mau tanya.."

Jaehwan tertegun saat mendengar pertanyaan Minhyun..

"H-hyung.. Ya?? Hyung mau tanya apa??" tanya Jaehwan

Minhyun menatap Jaehwan dan tatapannya berhasil membuat Jaehwan menjadi salah tingkah.. Ia berusaha memalingkan wajahnya karena gugup namun mata Minhyun terus mengikuti pergerakannya

"H-hyung mau tanya apa sih??"

"Ini.. Muat tidak??" tanya Minhyun sambil menunjukan satu stel kemeja putih dan celana hitam, vest hitam dan dasi kupu-kupu berwarna merah di kerah kemeja itu

"Apa ini??" tanya Jaehwan bingung

"Seragam.."

"Seragam??"

"Iya.. Semalam kamu kan udah menginap di rumah ini, tidur di kamar Hyung layaknya orang yang menyewa kamar di bintang lima.. Bangun siang di jam check out lagi.. Biaya pemakaian AC, laundry sprei yang basah kena iler kamu.. Biaya sewa piyama, semuanya nggak gratis.. Jadi mau nggak mau.. Untuk bayar semuanya kamu harus bekerja di rumah ini jadi pelayan pribadiku.."

"HAAAHH???!!! Yaa.. Tapi.."

"Nggak ada tapi-tapian.."

"Ih.. Ya tapi.. Tapi kan semalam Hyung yang paksa aku menginap.. Lah.. Kenapa sekarang..?? Lah kenapa jadi seperti di jebak sih??"

"Yah abis mau gimana lagi.. Kalau kamu nggak mau yah nggak apa-apa sih.. Bayar saja... 500000 won.."

"Haahh??!! Mahal banget.. Hyung.. Biaya kuliahku aja nggak segitu.. Ya segitu sih tapi untuk 2 semester.. "

"Yah abis mau gimana lagi.. Hyung telanjur pesankan makan siang untukmu juga.."

"Aiish.. Kenapa jadi begini sih..? Aku kerja jam berapa?? Hari apa?? Lalu.. Untuk berapa lama? Terus masih terima gaji nggak?? Atau semua buat bayar biaya semalem?? Sekarang kalau aku numpang mandi.. Pakai air.. Minta sabun dan sampo.. Oh ada sikat gigi dan odol? Aduh pasti tambah mahal.."

Minhyun tertawa mendengar celotehan Jaehwan yang tiada henti, ia mengusap kepala Jaehwan lalu mendorongnya ke arah kamar mandi di kamarnya..

"Gratis.. Mandi sekarang karena Jaehwan kesayangan hyung ini bau iler.. Dan Hyung yakin, Jaehwan pasti lapar.. Ayo, hyung tunggu sambil siapin baju untuk kamu pakai.."

"Bentar-bentar.. Bajuku kemana, Hyung? Aku pakai baju siapa nanti saat makan siang? Baju Hyung? Sewa lagi?? Piyama saja sewa apalagi baju pergi.. Mahal nggak? Berapa??"

"Bawel.. Bawel.. Mandi sana mandi.. Jangan cerewet..." gerutu Minhyun yang langsung menutup pintu kamar mandi

"Gratis ya Hyung... Yang bagus jugaaa!!!" jerit Jaehwan dari dalam kamar mandi
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

[END] Because I Love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang