Jaehwan berjalan pelan memasuki rumahnya.. Ia juga nggak mengerti kenapa dia harus bersikap seperti ini di rumah sendiri.. Tapi pikirnya, alangkah baiknya kepulangannya ini tidak diketahui kakak tirinya.. Semula ia berpikir ia telah lalai bertanggung jawab pada kakaknya, bagaimanapun ia harus pulang.. Namun perkataan Minhyun di mobil menyadarkannya, ia tidak pernah kenal pada kakaknya.. Ia baru tahu pria itu sejak kedua orang tuanya meninggal.. Bukan dia yang menumpang tinggal di rumah ini tapi kebalikannya..
"AAHH!!" Jaehwan merintih kencang saat ia menerima pukulan keras di kepalanya
"Kemana kamu semalam??"
"Hyung.."
"Kemana kamu semalam??!!" tanya pria itu lagi sambil memukul Jaehwan dengan balok kayu
"Hyung sakit!! Sakit hyung!! Aku.. Aku di rumah temanku.." jawab Jaehwan yang masih menerima pukulan demi pukulan
"Kabur kamu ya!!!"
"Hyung hentikan!!" pinta Jaehwan
"Hentikan??!! Lu tau kan lu harus bekerja semalam??"
Pria itu mendorong Jaehwan ke pojokan rumah dan membenturkan kepalanya ke dinding..
"H-hyung.. Hen-hentikan.."
"Sudah berapa kali kukatakan.. Pulang tepat waktu.. Ingat kamu bekerja padaku Jaehwan!! Aku disini bukan untuk bersosial menjagamu!!!"
"Aku nggak pernah bekerja denganmu dan ini rumahku!! Hentikan!!" jerit Jaehwan
"Berani kamu ya!!! Siapa yang mengajarkanmu seperti ini!! Berani kamu!!"
Amarah pun makin menguasai pria yang terus memukuli Jaehwan tanpa rasa iba.. Ia tidak terima dengan jawaban Jaehwan yang dianggapnya begitu berani..
"Hyung.. Hentikan.. Aku mohon.." pinta Jaehwan yang terbaring lemah di lantai
"Jika saja kamu nggak berguna untukku.. Sudah kupecahkan kepalamu..!!"
Pria itu pun pergi meninggalkan Jaehwan yang masih menangis kesakitan di lantai..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Jaehwan-ah.."
"Appa!!! Jangan tinggalin Jaehwan!! Jangan tinggalin Jaehwan..!!! Eomma baru saja meninggalkan Jaehwan.. Appa.. Appa bertahan.. Appa..!!!"
"Jaehwan-ah.. Maafkan appa.. Ingat pesan appa baik-baik.. Jaga dirimu.. Jangan pernah berkelahi.. Nanti.. Jaeyoung hyung yang akan menjagamu.."
"Nggak!!! Nggak!!! Appa nggak!! Jaehwan nggak mau!! Appa... Jaehwan mohon.. Jaehwan mohon bertahanlah.."
"Anak baik.. Maafkan appa.."
"Nggak!!! Nggak!! Appa!!! Appa!!!"
"Jaehwan.. Jaehwan.. Suster.. Suster tolong.. Kim Jaehwan bertahanlah.."
"Ada apa..??"
"Tolong suster.. Dia sesak nafas.."
Minhyun pun menyingkir dan memberikan para suster dan dokter menangani Jaehwan..
Minhyun terus memandangi Jaehwan dari kejauhan.. Raut wajah khawatir masih dapat terlihat dan tidak berubah sejak ia menemukan Jaehwan tergeletak pingsan dengan banyak luka di tubuhnya..
"Harusnya aku nggak mengijinkanmu pulang Jaehwan-ah.. Nggak... Orang itu.. Lihat saja.. Aku akan membalaskannya untukmu,.."
"Apakah anda perwakilan dari pasien bernama Kim Jaehwan?" tanya seorang dokter yang melepaskan Minhyun dari lamunannya
"Iya dokter.. Bagaimana keadaannya??"
"Pasien sudah lebih baik.. Nafasnya pun sudah stabil.. Ia akan dipindahkan ke ruang rawat segera.. Anda bisa menemaninya disana.. Jika terjadi sesuatu.. Bisa segera panggil kami.."
"Baiklah.. Terima kasih dokter.."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Sakit.. Pergi.. Pergi.. Jangan.. Hentikan, Hyung.. Hentikan.. Hentikan.."
Minhyun terbangun saat mendengar suara Jaehwan yang penuh ketakutan..
"Jaehwan..??" panggil Minhyun saat ia melihat Jaehwan yang lagi-lagi mengigau
"Jaehwan.. Jaehwan tenang.. Coba buka matamu.. Hyung disini.."
"H-hyung??"
"Jaehwan?? Jaehwan tenang.. Ini Minhyun hyung.. Hyung disini.." ucap Minhyun menenangkan Jaehwan yang baru membuka matanya
"Hyung.. Hyung.. Minhyun Hyung..."
Minhyun pun perlahan memeluk Jaehwan berusaha tidak menyakitinya lebih lagi.. Ia pun menciumi kening jaehwan yang tertutup perban dan mengelus-elus punggungnya..
"Itu rumahku Hyung!!! Itu rumahku!!! Rumahku!!!! Kenapa jadi seperti neraka setelah kedatangannya!!! Aku benci dia!! Aku benci dia, Hyung!!!"
"Jaehwan.. Jaehwan.. Tenang.. Tenangkan dirimu.. Hyung mengerti.. Hyung mengerti..." bujuk Minhyun sambil memeluk Jaehwan yang terlihat histeris
"Bahkan appa dan eomma tidak pernah memukulku, Hyung... Apa salahku...? Aku tidak pernah menjahatinya.. Aku berusaha untuk tidak menyusahkannya.. Tapi kenapa dia memperlakukanku seperti ini, Hyung... Kenapa??"
"Aku takut, Hyung.. Aku takut.. Aku tidak kenal orang itu.. Dia bukan kakakku.. Kenapa appa dan eomma menitipkanku padanya.. Dia hanya menyakitiku, Hyung.."
"Tenang Jaehwan-ah... Aku akan membalaskannya untukmu.. Aku berjanji.. Kamu akan terlepas darinya.. Jaehwan.. Jangan menangis lagi.. Sekarang kamu baik-baik saja.." bujuk Minhyun
"Hyung.. Ayo keluar dari sini..."
"Hah?? Keluar?? Kamu baru saja sadar Kim Jaehwan... Kamu tau nggak kamu itu sudah dua kali sesak nafas pada saat nggak sadarkan diri.. Kondisimu sangat lemah saat aku temukan kamu di rumahmu.."
"Ini mahal hyung.. Aku tidak bisa.." ucap Jaehwan sambil melepaskan infus di tangannya dengan paksa
"Jaehwan!! Kamu gila ya!! Aiihh.. Jaehwan.. Hyung yang bayar.. Yang penting kamu baik-baik saja.."
"Aku akan baik-baik saja selama aku bersama hyung.. Aku mau tinggal di rumah saja.. Hyung saja yang menjagaku... Ayolah hyung.. Jangan buat aku berhutang lebih banyak lagi.."
"Tapi ini gila Kim Jaehwan.. Besok..?? Oke?? Besok saja ya keluarnya.."
"Hyung tidak mau?? Aku pergi saja sendiri.. Aku pulang ke rumahku saja.."
"Aih kamu keras kepala.. Kamu mau disakiti kakakmu lagi??"
"Disini juga aku tersakiti.. Infus tadi menyakitkan.."
"Kim Jaehwan.. Astagaaa.. Kenapa aku bisa begitu mencintaimu yang begitu keras kepala.." gerutu Minhyun
"Baik... baik.. Baiklah!!! Tunggu sebentar.. Hyung akan urus semuanya.. Kamu tunggu disini..."
Jaehwan pun mengangguk untuk menjawab Minhyun.. Ia pun memperhatikan Minhyun yang berjalan keluar ruangannya..
Haruskah aku pergi, Hyung??
Aku lelah seperti ini..
Aku tidak ingin menyusahkanmu..
Aku malu dengan keadaanku, Hyung..
Apakah aku layak untuk kau cintai, Hyung?
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Because I Love you
Fiksi PenggemarBecause i don't want to lose you.. Im sorry if im hurting you...