Awkward, adalah hal yang paling dibenci Sakura. Sekarang ia tengah duduk di sofa bersama dengan Mikoto dan Izumi, anak pertama di keluarga ini. Berkali-kali ia harus memasang fake smile karena lelucon keluarga ini memanglah tidak lucu.
Beberapa kali Sakura disuguhi kue-kue kering, tapi ia menolak. Ia masih belum terbiasa dengan rumah dan orang-orang di sini.
"Oh ya, Sakura sekolah di Konoha Star, 'kan? Berarti sama dengan Sasuke. Kau pasti kenal dia," ujar Mikoto sambil memasang senyum bak malaikat.
"Sasuke? Siapa Sasuke?" timpal Sakura kebingungan. Serius, Sakura tidak ingat ada orang bernama Sasuke di sekolahnya. "Aku tidak kenal."
"Kau tidak kenal dengan Sasuke? Padahal Sasuke seangkatan denganmu." Sekarang malah Mikoto yang kebingungan.
Tiba-tiba tawa Izumi menyembur keras. "Haha! Jelas saja Sakura tidak tahu Sasuke. Bocah robot itu 'kan invisible, tidak terlihat, alias tak kasat mata. Mana mungkin ada yang kenal dengannya."
Mikoto langsung menimpuk Izumi dengan bantal sofa. "Kau ini, malah mengatai adik sendiri."
"Tapi itu memang kenyataan, Kaa-san." Izumi membela diri. "Coba Kaa-san tanya Sakura lagi. Pasti dia tidak tahu kalau ada anak yang namanya Sasuke di sekolahnya. Iya, 'kan, Sakura?"
Sakura hanya tertawa kikuk. Kalau memang ucapan Izumi benar, berarti ia memang tidak tahu yang namanya Sasuke.
"Ehm, Sakura. Bibi minta maaf sekali. Tiba-tiba suami Bibi menghubungi rumah tadi pagi. Dan Bibi harus ke Inggris malam nanti. Tidak apa-apa 'kan, kalau Bibi tinggal? Ada Izumi yang akan menjagamu, tenang saja."
Sakura tidak menjawab, ia hanya mengangguk dua kali sambil memasang senyum yang dipaksakan.
"Siap, Kaa-san! Pasti aku akan menjaga Sakura dengan baik." Izumi langsung merangkul Sakura sok akrab. Tentu saja Sakura hanya bisa tersenyum kaku.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba pintu rumah terbuka. Dan munculah seseorang berperawakan jangkung dengan pakaian serba hitam, memasuki rumah.
Entah ini hanya perasaan Sakura saja apa bukan, tiba-tiba suasana di sini menjadi aneh.
"Nah, itu Sasuke," celetuk Mikoto yang menjawab segala pertanyaan di benak Sakura. "Bagaimana, Sakura? Kau kenal dia?"
Sakura mengernyitkan alisnya seraya menatap Sasuke lekat-lekat. Namun nihil, ia tidak pernah melihat Sasuke sebelumnya.
"Ehm, tidak kenal."
Sasuke berjalan mendekati mereka bertiga, ia pun melepas topi dan masker hitamnya. Dan kini terpampanglah dengan jelas wajah Sasuke di mata Sakura.
Lumayan lah, batin Sakura secara tidak sadar. Sudut bibirnya terangkat sedikit.
"Pembantu baru lagi?" celetuk Sasuke dengan nada yang teramat datar.
Mata Sakura langsung melotot, sadar karena baru saja dikira pembantu oleh Sasuke.
"Pembantu? Maksudmu, aku ini pembantu?!"
"Eh, dia bukan pembantu." Mikoto melerai keduanya. "Dia anak teman Kaa-san. Cantik, 'kan?" ujar Mikoto bersemangat.
"Oh, biasa saja," balas Sasuke tidak tertarik sama sekali.
"Matamu katarak ya, Sasuke? Perempuan cantik malah dibilang biasa saja. Mata robot memang beda dari yang lain," ejek Izumi dengan kekehan gelinya.
Sasuke hanya mendengus. Lebih baik ia pergi saja daripada menjadi sasaran empuk Izumi. Tanpa disadari, mata Sakura mengikuti ke arah Sasuke pergi.
"Akhir-akhir ini Sasuke memang begitu, pendiam. Tapi sebenarnya dia cerewet," ujar Izumi memberitahu Sakura. "Tolong maklumi dia, ya?"
***
Mikoto telah pergi. Dan kini Sakura bingung mau melakukan apa. Ia hanya berbaring, main gadget, dan sesekali berkeliling di rumah yang luas ini.
Ketika Sakura berkeliling, tidak sengaja ia melihat Sasuke tengah duduk di taman sambil membaca sebuah buku dengan penerangan seadanya. Padahal hari sudah malam.
Karena tidak ada kerjaan, Sakura pun menghampiri Sasuke dan duduk di kursi sebelahnya.
"Malam-malam di luar rumah. Tidak dingin?" ujar Sakura memulai percakapan. Namun Sasuke tidak menanggapi, ia masih fokus membaca bukunya.
Sakura mendengus pelan. Orang di sebelahnya ini mungkin punya pita suara yang pendek, jadinya sangat pelit bicara.
"Aduh, aku merasa seperti berbicara dengan tembok. Atau mungkin lebih baik bicara dengan tembok asli, ya?" celetuk Sakura dengan nada menyindir.
Sasuke yang merasa tersindir, menatap risih Sakura. "Berisik."
"Wah, ternyata kau bisa bicara? Aku baru tahu."
Sasuke mendecih, ia pun beranjak dari kursinya dan pergi begitu saja memasuki rumah.
"Eh, sial. Aku malah ditinggal. Hey, tunggu!" Sakura berlari mengejar Sasuke. Akhirnya ia pun berhasil dan meraih tangan Sasuke.
"Ck, jangan pegang-pegang!" Sasuke menyentakkan tangan Sakura cukup keras. "Apa maumu?"
Sakura yang masih terkejut dengan perlakuan Sasuke barusan, hanya bisa terdiam dan menatap kosong manik laki-laki itu.
"Dasar tidak jelas." Karena Sakura tidak bersuara, Sasuke kembali meninggalkan Sakura dan masuk ke kamarnya.
"Dia itu kenapa, sih? Dasar laki-laki aneh."
***