"Sakura, aku pergi keluar dulu, ya? Mungkin sampai besok, aku ada tugas kuliah," ucap Izumi berpamitan pada Sakura. "Oh ya, kalau lapar, ada makanan di meja. Jadi, kau tidak usah memasak."
"Iya, Kak." Sakura meringis malu. Pasti Sasuke telah menceritakan kejadian kompor meledak itu pada Izumi.
"Kalian jangan bertengkar. Jangan nakal-nakal juga, hehe." Izumi mengedipkan sebelah matanya jahil.
Sakura terkekeh pelan, tidak tergoda dengan kejahilan Izumi sama sekali. Ia pun mengiringi Izumi saat pergi. Dan akhirnya, kini ia tinggal berdua dengan Sasuke.
Sakura menghela napas pelan. Besok ia sekolah dan bagaimana caranya ia berangkat? Menebeng Izumi? Atau malah menebeng Sasuke? Tapi Sakura berani bertaruh 100 persen, Sasuke pasti tidak akan sudi memberikan tebengan untuknya.
Kebetulan, Sasuke berjalan melewati Sakura dengan muka yang terlihat kusut.
"Sasuke! Tunggu dulu!" Sakura mengejar langkah Sasuke.
Sasuke tidak menoleh, ia tetap berjalan ke dapur dan mengambil segelas air untuk diminum.
"Ck, Sasuke! Kau dengar panggilanku tidak?" Gemas, Sakura langsung mencubit perut Sasuke. Laki-laki itu pun menggeliat kesakitan.
Sasuke mendelik tajam. "Ck, apa sih?! Mau membakar rumah lagi?"
"Bukan." Sakura cemberut karena Sasuke mengungkit hal memalukan itu. "Itu ... besok aku boleh berangkat bersamamu ke sekolah?"
Alis Sasuke terangkat sebelah. Pasti ia tidak mau, pikir Sakura.
"Tidak."
Nah, sudah kuduga.
"Tidak? Kenapa? Kau masih kesal gara-gara kejadian kompor meledak tadi? Aku 'kan sudah minta maaf."
Sasuke malah tersenyum sinis mendengarnya. "Entahlah, aku tidak menyukaimu, itu saja. Kau menyusahkan dan selalu membuat masalah."
Sakura terbungkam. Padahal ia baru sehari tinggal bersama dengan Sasuke, tapi laki-laki itu sudah mengambil kesimpulan negatif terhadap dirinya.
"Kau ini selalu melihat sisi jelek tiap manusia, ya? Walau aku ini payah, tapi aku juga punya sisi baik tahu!"
"Oh ya? Contohnya?" Sasuke tersenyum menantang.
"Contohnya, aku ini orang yang menyenangkan! Semua orang pasti akan bahagia bila disekitarku," jawab Sakura dengan percaya dirinya.
Sasuke menatap Sakura tanpa ekspresi sama sekali. Ia tidak salah dengar, 'kan?
"Bahagia? Tapi kenapa kau malah membuatku selalu pusing, ya?"
"Bukankah sudah kubilang? Kau itu selalu melihat sisi jelek manusia," jawab Sakura seraya berkacak pinggang. "Sekali-kali kau melihat sisi baikku, pasti kau tidak akan menyesal karena telah mengenalku."
Sasuke hanya menatap datar Sakura. Tak ingin membuang waktu, ia pun berlalu saja meninggalkan Sakura sendiri tanpa bicara apapun, seperti biasanya.
***
"Sasuke, buka! Sasuke! Kumohon buka pintunya!" Sakura berteriak seperti orang yang dikejar-kejar setan. Tak lama kemudian, Sasuke membuka pintunya sambil mengucek-ngucek matanya.
"Ck, apa sih?!" gerutu Sasuke kesal dengan muka bantalnya. Sakura terkekeh pelan, ia melihat bekas iler di sudut bibir Sasuke.
"Takut," jawab Sakura dengan wajah polosnya. "Ada petir."
Sasuke menaikkan sebelah alisnya heran. Ia pun menatap jendela kamarnya dan baru tersadar kalau saat ini tengah hujan deras.
"Oh." Sasuke hendak menutup pintunya lagi, namun Sakura menahannya.
"Jangan ditutup! Temani aku sebentar sampai hujannya reda."
"Tidak mau."
"Oke, tapi dongengkan aku satu cerita. Setelah itu kau boleh tidur lagi."
"Memangnya aku pendongeng?" Sasuke mendecih kesal, ada-ada saja permintaan Sakura ini. "Sana tidur. Aku mengantuk."
Sakura merengut dengan lucunya. "Nanti kalau aku tidak bisa tidur bagaimana? Kau mau tanggung jawab?"
"Memejamkan mata memang apa susahnya?" Sasuke mendorong pelan tubuh Sakura jauh-jauh dari pintu kamarnya. "Sana tidur."
Sebelum Sakura protes lebih jauh, Sasuke sudah membanting pintunya terlebih dahulu. Membuat Sakura mematung karenanya.
Sakura menghela napas frustasi. Ia pun bersandar pada pintu kamar Sasuke dan dengan perlahan, tubuhnya merosot hingga terduduk putus asa. Ia pun melamun.
Kenapa dia bersikap seperti itu? Memangnya aku menyusahkan, ya? Hanya masalah kompor meledak saja sudah marah-marah seperti itu. Coba saja kalau aku membakar rumah ini, mungkin aku sudah digorok.
Di tengah lamunannya, Sakura memekik keras karena tiba-tiba tubuhnya terjungkal ke belakang.
Dan munculah Sasuke dengan wajah betenya, menolong Sakura yang tengah terjungkal itu.
"Kenapa tiduran di lantai?" tanyanya dengan wajah yang kelewat datar, membuat tangan Sakura gatal ingin menonjok muka tampan itu.
"Kau yang kenapa?! Buka pintu tidak lihat-lihat." Sakura bangkit, lalu meniup poninya dengan kesal.
"Salahmu yang bersandar di pintu."
Sakura mengangkat kedua tangannya menyerah. "Oke, oke. Wanita selalu salah, Sasuke selalu benar."
"Berisik," balas Sasuke jutek. "Ayo masuk."
Sakura membelalak kaget. Sasuke mengajaknya masuk ke kamar laki-laki itu? Ia tidak salah dengar, 'kan?
"K-kau mau apa?"
Sasuke mendengus pelan. "Katanya mau dongeng."
Mendengar itu, wajah Sakura langsung berseri-seri bahagia. "Yes! Dongeng!"
***
Sejauh ini gimana? Flat ya? :v
Tenang aja, badainya belum dateng.
-Maul