"Jadi, kapan Bibi Mebuki kembali? Masih lama, 'kan?" tanya Sasuke tanpa jeda.
Sakura terkekeh geli, ia pun berbaring di sebelah Sasuke. Kini mereka berdua tengah berada di kamar Sakura, menghabiskan sisa waktu sebelum Sakura meninggalkan rumah ini.
Sakura mengubah posisinya menjadi berhadapan dengan Sasuke. Kini mereka tengah bertatapan satu sama lain. "Kenapa, hm? Kau tidak mau aku pergi dari sini? Kau pasti akan merindukanku, 'kan?"
"Merindukanmu? Cih, jangan bermimpi, Haruno," ujar Sasuke dengan nada meremehkan, namun ia mengatakan itu sambil tersenyum.
"Benarkah? Tapi sepertinya tadi malam aku bermimpi tentangmu."
"Aku di mimpimu?" Sasuke bertanya, dan dia malah makin mendekatkan wajahnya ke hadapan Sakura.
Sakura mengangguk. "Hm, kau di mimpiku. Kau terlihat begitu menyedihkan di sana. Kau juga kesepian. Bisa kutebak, pasti itu karena aku."
Sasuke yang tadinya serius mendengarkan Sakura, langsung memasang muka cemberut karena kalimat terakhir itu.
"Karenamu? Maksudmu, karena aku merindukanmu, begitu?" tanya Sasuke tidak percaya.
"Yah, seperti itulah." Sakura menyeringai. "Jangan-jangan sekarang kau menyukaiku?! Ayo mengaku!"
Tentu saja Sasuke langsung memberikan pelototan mautnya pada Sakura. Ada-ada saja.
"In your dream!"
Melihat reaksi Sasuke yang lucu itu, mau tak mau membuat Sakura makin gencar untuk menggodanya.
"Ayolah, tidak usah malu-malu. Aku bisa menjaga rahasia dengan baik, percayalah."
Sasuke tidak mau menjawab dan Sakura makin liar. Ia mencubit pipi Sasuke berkali-kali dan baru berhenti saat Sasuke menjawabnya.
"Hentikan, Sakura!"
"Tidak sebelum kau menjawabku," balas Sakura tidak mau kalah.
Sasuke berdecak. "Menjawab apa?"
"Kau menyukaiku tidak? Jawab aku."
Sasuke terdiam. Pertanyaan itu terlalu tiba-tiba dan bersifat ambigu. Menyukai seorang Haruno Sakura? Sasuke sendiri belum tahu mengenai perasaannya pada Sakura. Jadi, ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Ehm ... aku tidak tahu harus menjawab apa," jawab Sasuke dengan hati-hati, takut melukai perasaan Sakura.
Melihat Sakura yang hanya diam saja, Sasuke merasa makin tidak enak. Pasti sekarang Sakura marah karena jawabannya.
"Sakura? Kau marah? Aku minta maaf, aku tidak bermaksud-"
"Bermaksud apa?" potong Sakura dengan nada penuh intimidasi. Oke, nyali Sasuke sedikit menciut saat ini.
"Um, bermaksud menyakitimu?" jawab Sasuke perlahan dengan ekspresi yang amat menggemaskan, seperti anak anjing yang memasang wajah memelas.
Suara jarum jam begitu menggema di kamar ini. Keduanya terdiam. Dan tepat pada detik kesepuluh, tawa Sakura tumpah begitu saja. Membuat Sasuke terheran-heran dibuatnya.
"Hahaha! Lihatlah wajahmu itu, Sasuke! Konyol, seperti orang idiot," ejek Sakura dengan sisa tawanya.
"Kau tidak marah?"
Sakura menghapus setitik air mata yang keluar dari sudut matanya. Sial, yang tadi itu terlalu lucu bagi Sakura.
"Marah? Haha, kenapa aku harus marah?" ujar Sakura setelah berhasil mengendalikan diri. "Aku hanya bercanda, Sasuke. Jangan dibawa serius. Atau jangan-jangan, kau memang menganggapnya terlalu serius?"
Sasuke tergelak. Benar kata Sakura, kenapa juga ia menganggap pertanyaan tadi dengan serius?
"Tidak lucu tahu." Sasuke merengut sebal.
"Haha, aku tahu. Memang tidak lucu, tapi reaksimu itu benar-benar di luar dugaanku."
Sasuke memutar bola matanya malas. "Ejek saja aku terus."
Sakura terkekeh pelan. Sasuke dan sifat kekanakannya, merupakan gabungan lelucon yang benar-benar lucu bagi Sakura.
"Tapi aku serius, aku hanya ingin tahu. Apakah ada orang di dunia ini yang mencintaiku? Walau satu saja, aku hanya ingin tahu."
Sasuke menaikkan sebelah alisnya. "Kau tidak perlu bertanya, Sakura. Kau sudah tahu jawabannya."
Sakura tersentak, sampai-sampai ia terduduk di pinggir kasur. "Siapa? Siapa?"
"Bibi Mebuki, tentu saja. Sudah jelas dia mencintaimu dengan sempurna."
Sakura mendecih, kemudian ia kembali berbaring di sebelah Sasuke. "Tidak, kau salah. Dia tidak mencintaiku."
"Hm? Kau bicara apa, sih? Sudah jelas dia itu ibumu, dia mencintaimu."
Sakura menggerutukkan giginya keras-keras. Ia tidak menyukai pembicaraan ini. Tapi ia pikir, mungkin ia bisa menumpahkan bebannya pada Sasuke.
"Dia bukan ibu kandungku, oke?"
Sebenarnya Sasuke cukup terkejut mengetahui fakta tersebut. Namun dengan segera, ia mengondisikan diri dan berusaha menjadi tempat curhat Sakura.
"Lalu, apa salahnya kalau dia bukan ibu kandungmu?"
"Aku tidak menyukainya!"
Sasuke tersenyum pengertian. "Hanya karena kau tidak menyukainya, bukan berarti kau harus membencinya, 'kan? Kulihat, Bibi Mebuki juga sudah berusaha sebaik mungkin di hadapanmu. Kalau tidak ada dia, kau akan hidup sebatang kara di dunia ini, Sakura."
"Kau tahu dari mana soal itu?" tanya Sakura cukup terkejut ketika Sasuke mengetahui kondisi keluarganya.
Ya, sebelumnya, ibu kandung Sakura telah meninggal karena kecelakaan. Setelah itu Kizashi, ayahnya, menikah dengan Mebuki. Dan beberapa tahun setelahnya, Kizashi meninggal dalam kecelakaan pesawat.
Dan Sakura masih belum bisa menerima semua kenyataan ini. Kenyataan yang cukup berat untuk diterima begitu saja.
"Aku tahu sedikit dari Izumi."
Sakura menghela napasnya perlahan. "Mungkin kalau bukan karena dia adalah sekretaris ayahku dulu, aku tidak akan membencinya, Sasuke. Tapi pada kenyataannya, dia dan ayah telah berkenalan sejak lama."
"Tapi mendiang ayahmu tidak berselingkuh, Sakura."
"Tahu apa kau?" Sakura tertawa miris. "Dulu ayah sering membawa wanita itu ke rumah dan memperkenalkannya pada ibu kandungku. Apakah itu sesuatu yang wajar? Dia hanyalah bawahan ayahku!"
"Sakura-"
"Dan parahnya, setelah ibu kandungku meninggal, mereka pun menikah. Apa kau pikir itu hanyalah kebetulan? Tidak!"
Sasuke langsung mengatupkan mulutnya. Bingung harus menasehati Sakura dengan kalimat apa. Karena masalah ini memang begitu rumit.
"Coba jangan lihat dari pandanganmu, Sakura. Mungkin ayahmu hanya tidak ingin kau tumbuh tanpa seorang ibu. Cobalah untuk berpikir positif, Sakura."
Sakura mendengus kasar, kemudian ia bangkit dan berjalan keluar kamar. "Bahkan kau juga tidak mengerti, Sasuke."
***
1 part lagi guys. Hehe
- Maul