"Kaa-san, berhentiah bekerja. Ini sudah larut, nanti Kaa-san bisa sakit."
"Sebentar lagi, Sakura. Kaa-san harus mengecek dokumen ini sekarang."
Sakura mendengus pelan. Mebuki selalu saja begini. Bila sudah dihadapkan dengan urusan pekerjaan, pasti Mebuki sudah lupa dengan urusan duniawi.
"Seharusnya aku yang bekerja sampai lembur begitu, bukan Kaa-san."
Mebuki tersenyum sembari mengetik sesuatu di komputernya.
"Memang sudah menjadi tugas orang tua untuk bekerja seperti ini, kan?" balas Mebuki, lalu ia menatap Sakura. "Kau fokus saja dengan pekerjaanmu, Sakura. Selama kau menyukai pekerjaanmu, tidak masalah mau berapa lama kau bekerja, tidak akan terasa lelah."
"Kaa-san benar." Sakura mengulas senyum, membenarkan kata-kata Mebuki.
"Nah, sekarang bagaimana denganmu, Sakura? Pekejaanmu lancar, kan?" Gantian Mebuki yang bertanya.
"Lancar, sangat lancar," jawab Sakura sambil tersenyum kecut.
"Baguslah kalau begitu."
Mebuki kembali fokus pada layar komputernya. Sakura terdiam, mengamati dengan detail raut wajah Mebuki ketika bekerja. Ia baru tersadar dengan kerutan di dahi Mebuki, yang kini makin tercetak jelas di sana.
"Kaa-san, sebenarnya ada sesuatu yang ingin kubicarakan," ucap Sakura dengan gurat wajah serius.
"Hm? Apa itu?" jawab Mebuki, tapi ia masih terfokus pada komputernya.
Sakura menghela napasnya sabar. "Kaa-san, tolong lihat aku dulu sebentar. Ini sangat penting."
"Eh, baiklah. Kaa-san mendengarkan." Kemudian Mebuki melimpahkan seluruh perhatiannya pada Sakura. "Kau bisa mulai, Sakura."
"Sebelumnya, aku hanya ingin mengingatkan. Kaa-san ingat, kan? Tujuh tahun yang lalu, saat aku akan 'dititipkan' ke keluarga Uchiha, Kaa-san berjanji akan mengabulkan satu permintaanku?"
Mebuki manggut-manggut. "Ya, Kaa-san ingat. Jadi, sekarang kau ingin meminta sesuatu?"
"Tepat sekali."
"Katakan saja, Sakura. Pasti akan Kaa-san kabulkan."
"Kaa-san jangan marah, ya?" tanya Sakura, yang dibalas dengan anggukkan Mebuki. "Sebenarnya, aku mengundurkan diri sebagai perawat. Aku--"
"Kau mengundurkan diri?! Kenapa? Bukannya menjadi perawat adalah cita-citamu? Kenapa kau berhenti, Sakura?" Mebuki menyerbu Sakura dengan beberapa pertanyaan.
Sakura meringis pelan, ia sudah menduga reaksi Mebuki akan seperti ini.
"Aku ingin memimpin perusahaan ayah, perusahaan kita," ujar Sakura mantap, tanpa ada keraguan di matanya.
"Tapi Sakura--"
"Kaa-san sudah berjanji padaku, kan? Ini juga demi kebaikan Kaa-san sendiri. Sudah saatnya Kaa-san beristirahat, dan menyerahkan kepemimpinan perusahaan ke orang yang berhak, yaitu aku."
Mebuki mengernyitkan dahinya bingung. Dua tahun yang lalu, tampaknya Sakura begitu antusias dengan pekerjaannya sebagai perawat.
Tapi kenapa sekarang hal itu berubah? Dan kini, Mebuki baru menyadari ada sesuatu yang salah dengan Sakura.
"Baiklah, Kaa-san akan mengabulkan permintaanmu," ujar Mebuki memutuskan. "Jadi, apa yang akan kau lakukan, Sakura?"
Sakura mengeraskan rahangnya, tangannya terkepal erat-erat, seperti tengah menahan sesuatu.
"Kita akan kembali ke Konoha. Aku ingin fokus untuk memimpin perusahaan pusat."
*
*
*End.
Finally, secara resmi, fic Eleven Days With You sudah tamat. Dan aku bakal bikin sekuel cerita ini, berhubung ada ide yang 'masuk' di kepalaku.
So, ditunggu aja sekuel dari fic ini. Mungkin akan dipublish minggu depan.
-Maul