Sejak hari itu, rupanya Sakura tidak bercanda mengenai keinginannya untuk tinggal di luar negeri. Akhirnya pilihan Sakura jatuh pada Inggris. Awalnya Sasuke sempat protes dan menahan Sakura untuk tetap tinggal di Konoha. Tapi untung saja Izumi mengingatkan Sasuke, bahwa inilah keinginan Sakura sendiri untuk pergi dari Konoha.
"Mungkin Sakura ingin membangun hubungan baru dengan ibunya. Dan inilah langkah awal yang dia pilih, memulai semuanya di tempat yang baru." Kira-kira begitulah yang dikatakan Izumi saat itu. Sasuke pun mengerti dan akhirnya bersedia melepaskan Sakura yang entah kapan kembalinya.
Sudah lewat tujuh tahun dari hari itu, tapi Sasuke masih belum bisa melupakan sosok yang dulu sempat tidak ia sukai itu. Sasuke sempat mencari kabar mengenai Sakura, tapi ternyata amat sulit untuk dicari.
"Sasuke, ayo turun. Makan malam sudah siap," ujar Izumi di depan pintu kamar Sasuke.
"Harus sekarang, ya?" teriak Sasuke dari kamarnya.
"Iya, Kaa-san juga ingin membicarakan sesuatu dengan kita."
"Tentang apa?"
"Aku tidak tahu." Kemudian Izumi membuka sedikit pintu kamar Sasuke. "Kalau ingin tahu, cepat turun."
"Ck, iya, iya!"
***
"Oh ya, Izumi. Kapan Itachi juga akan ke sini? Sudah lama dia tidak berkunjung," tanya Mikoto ketika selesai menghabiskan makanannya.
Omong-omong, Itachi adalah suami Izumi. Mereka menikah tahun lalu. Tapi, karena pekerjaan Itachi yang mengharuskannya jarang pulang, waktu yang mereka habiskan sangatlah minim.
Hal itulah yang membuat Izumi memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Mikoto, agar ia tidak merasa kesepian. Terlebih lagi, sekarang Izumi tengah mengandung anak pertamanya. Jadi Izumi butuh pengawasan selagi Itachi tidak ada di sisinya.
"Aku juga tidak tahu, Kaa-san. Mungkin minggu depan dia baru bisa ke sini," jawab Izumi dengan senyum sendu.
"Hei, hei, jangan memasang wajah sok sedih begitu. Aku tidak mau keponakanku ikut-ikutan sedih karena ibunya sedih," celetuk Sasuke yang berniat menghibur kakaknya itu. "Lagipula, kenapa juga kau memilih pria yang jarang pulang seperti Itachi? Memangnya kau tidak sedih ditinggal terus seperti itu, hm?"
"Kau ini kenapa jadi banyak bicara sih?" balas Izumi dengan nada tidak suka. "Itachi itu suamiku, kami saling mencintai. Mau selama apapun dia pergi, aku akan menunggunya pulang."
"Ya tapi--"
"Kau sendiri juga sama, kan, Sasuke? Kau juga menunggunya, bahkan kau tidak tahu kapan dia akan kembali."
"Kau!" Sasuke mendengus seraya memalingkan mukanya. "Kau salah, aku tidak menunggu siapapun."
"Bohong," goda Izumi dengan senyum jahilnya. "Kalau kau tidak menunggu siapapun, seharusnya kau sudah punya pacar sekarang."
"Ck, aku tidak bohong!"
"Sudah, sudah. Kenapa kalian malah jadi bertengkar?" Mikoto berusaha melerai kedua anaknya agar tidak melanjutkan adu mulut mereka. "Kau juga, Izumi. Sudah mau punya anak tapi masih saja suka menggoda adikmu."
"Hehe." Izumi tertawa renyah. "Tapi Kaa-san suka, kan? Putri Kaa-san yang satu ini tidak pernah berubah, masih ceria seperti dulu."
"Tentu saja Kaa-san suka." Mikoto tersenyum lembut. Dalam hati, ia berharap agar waktu tak berputar terlalu cepat. Ia masih ingin menghabiskan momen-momen seperti ini bersama kedua anaknya. "Oh ya, Kaa-san ingin membicarakan sesuatu dengan kalian."