"Oke, sekarang mana buktinya? Katamu semuanya akan kembali seperti semula. Tapi apa hasilnya? Tidak ada! Izumi masih saja cuek padaku."
Sakura menutup kedua kupingnya rapat-rapat, teriakan Sasuke yang begitu memekakkan telinga membuat Sakura mau tak mau meringis pelan.
"Ck, sabar! Kau sudah berusaha belum?"
"Sudah! Setiap aku berpapasan dengannya pasti kusapa dan aku sudah memberikan senyuman terlebar yang pernah kubuat untuknya. Tapi dia malah mengabaikanku begitu saja!"
Sakura memejamkan kedua matanya cukup lama, ia perlu waktu untuk berpikir. Waktunya dia rumah ini tinggal tiga hari, itu berarti ia harus menyelesaikan masalah kakak-beradik itu.
"Ehm ... kau suka bermain musik? Bisa menyanyi?" Sakura bertanya, Sasuke malah bengong.
"Kenapa kau menanyakan hal itu?" Sasuke bertanya balik. Ia benar-benar tidak mengerti dengan maksud Sakura.
"Ck, jawab saja. Bisa apa tidak?"
Sasuke bergumam panjang, ia pun masih memikirkan jawabannya. Sebenarnya ia bisa bernyanyi, tapi suaranya tidak begitu bagus. Dan ia juga bisa bermain gitar, namun tidak begitu mahir.
"Sedikit, tapi tenang saja. Suaraku masih layak untuk masuk ke telingamu."
Sakura tidak bisa untuk tidak tersenyum. Oke, mungkin suara Sasuke tidak begitu jelek. Tapi itu tidak masalah.
"Oke, kalau begitu nanti malam kita pergi ke Brown Cafè. Dan kau harus menyanyi di sana, untukku. Yah, hitung-hitung sebagai penebusan dosamu selama ini."
Sasuke mencela, "Tapi bagaimana dengan masalah Izumi?"
Sakura tersenyum penuh misterius, lalu ia menjawab, "Tentu saja kita akan membahasnya nanti malam."
***
Tepat pukul setengah delapan malam, kini Sasuke dan Sakura tengah makan malam di Brown Cafè. Sebelum Sasuke menyanyi, mereka pun memutuskan untuk memakan sesuatu terlebih dahulu.
"Kau mau aku menyanyikan lagu apa?" tanya Sasuke di tengah-tengah santapannya.
Sakura menimang-nimang sebelum menjawab. "Hm ... lagu tentang penyesalan."
Tentu saja Sasuke langsung melotot kaget mendengar itu. "Kau gila, ya? Memangnya aku sejahat itu padamu?"
"Memangnya mengusir tamu dari rumah itu tidak jahat?" jawab Sakura dengan nada menantang.
"Ya tapi kan-"
"Lalu, apa akibatnya? Aku jadi terluka. Bukankah itu sangat jahat? Apa aku salah, Uchiha?" ujar Sakura berusaha memojokkan Sasuke.
"Itu-"
"Bukan hanya aku saja, Sasuke. Tapi Kak Izumi juga kau perlakukan dengan buruk. Bahkan penyebab kumatnya darah tinggi Kak Izumi juga karenamu."
Sasuke langsung mengatupkan mulutnya kesal. Sial, sekarang ia malah dipojokkan oleh Sakura.
"Oke, oke. Aku memang jahat. Aku menyesal." Sasuke mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Sakura tersenyum penuh kemenangan.
"Kalau menyesal, menyanyilah untukku. Dan kalau kau sangat-sangat menyesal, kau harus mendedikasikan lagu itu juga untuk Kak Izumi. Meski dia tidak ada di sini."
Sasuke terdiam, ia tidak langsung menjawab. Ia menghabiskan sisa makan malamnya terlebih dahulu sebelum memutuskan apa yang akan ia lakukan.
"Oke, aku akan menyanyi. Tentang lagu penyesalan, 'kan? Kau lihat saja. Tapi jangan komentar apapun kalau suaraku jelek," ujar Sasuke ketika selesai makan.
Sakura mengangguk. Kemudian ia mempersilahkan Sasuke untuk menuju panggung kecil di kafe itu.
Sasuke berjalan menuju panggung itu. Sakura bisa melihat, Sasuke sedang berbincang-bincang pada kru band yang hendak tampil.
"Apa aku telat? Maaf baru datang," ujar seseorang yang menghampiri Sakura dengan ngos-ngosan. Dan ternyata itu adalah Izumi.
Sakura tersenyum, kemudian menggeleng. "Tidak sama sekali. Kak Izumi tepat waktu. Duduklah dulu."
"Sebenarnya ada apa, Sakura? Tumben kau mengajakku makan malam," tanya Izumi sambil memposisikan dirinya di sebelah Sakura. "Eh, Sakura? Kau makan dua porsi malam ini?"
Sakura tersenyum kikuk. Akhirnya Izumi bisa menangkap sedikit kejanggalan di sini.
"Ehm, itu-"
"Cek, cek. Satu, dua, tiga!"
Sakura dan Izumi menengok ke arah sumber suara bersamaan. Kalau saat ini ekspresi Izumi sedang tidak bisa dikondisikan, tapi tidak bagi Sakura. Ia malah tersenyum senang, rencananya akan berhasil sedikit lagi.
"Sakura, ada apa ini?" tanya Izumi pada Sakura, namun matanya masih tertuju pada Sasuke. "Sasuke di sini juga?!"
Sakura mengangguk. "Dia ingin melakukan sesuatu untuk kita."
Izumi menggeleng cepat, kemudian ia hendak bergegas pergi dari sini. Namun Sakura berhasil menahan Izumi dan memohon padanya untuk menunggu sebentar.
"Sakura, apa kau yang merencanakan semua ini?" tanya Izumi di antara kesal dan gugup.
"Ya, aku yang mengatur semuanya tanpa sepengetahuan kalian."
"Tapi kenapa, Sakura?! Dia sudah keterlaluan, biarkan kami seperti ini. Bukankah itu yang dia mau? Hidup terpisah denganku." Izumi mengatakan itu semua dengan emosi yang menggebu-gebu. "Jangan repot-repot melakukan hal tidak berguna semacam ini, Sakura. Kau bahkan diperlakukan dengan buruk olehnya."
Sakura menghela napasnya kuat-kuat. Kakak-beradik ini memang sama-sama keras kepala. Sakura tidak heran mengenai fakta yang satu ini.
"Kak, dia itu Uchiha Sasuke, adikmu. Bagaimanapun juga, dia adalah keluargamu." Sakura memegang kedua tangan Izumi yang berada di atas meja. "Benarkah kau adalah Kak Izumi yang kukenal? Kalau iya, kenapa kau berbeda sekali akhir-akhir ini?"
"Sakura ..."
"Sekarang kau berbeda, Kak. Atau memang kau seperti ini? Tapi sekarang rasanya aku seperti tidak mengenal dirimu lagi, Kak. Kenapa?"
Izumi tergelak, dan akhirnya ia tersadar secara perlahan setelah memahami kata-kata Sakura.
Benar kata Sakura, Izumi sendiri merasakan sesuatu yang berbeda dari dirinya. Ia jauh lebih emosian, hatinya selalu bergejolak dan ingin marah setiap waktu, entah kenapa.
Dan akhirnya ia menemukan alasannya, ia sangat kecewa. Rasanya seperti ... ia telah gagal. Gagal menjadi kakak yang baik, gagal menjadi kepercayaan ibunya, dan gagal menjaga Sakura.
Intinya, Izumi merasa telah gagal dan ia kesal atas kepayahannya. Sehingga ia marah pada diri sendiri dan melampiaskan amarah itu ke orang-orang sekitarnya, terutama Sasuke.
Izumi pun menyunggingkan senyum khasnya pada Sakura. "Aku mengerti, Sakura. Aku mengerti. Terima kasih."
Akhirnya Sakura dapat bernapas lega setelah melihat perubahan Izumi yang menjadi seperti dulu lagi.
"Yah, aku hanya melakukan yang terbaik, Kak. Meskipun aku ini bukan orang baik, aku tidak tega melihat kalian seperti ini."
Izumi menatap Sakura curiga. Apa maksud dari ucapan Sakura barusan? Belum sempat Izumi menanggapi, suara Sasuke dari panggung kembali terdengar.
"Ehem, tes, tes. Selamat malam, kali ini saya ingin mempersembahkan sebuah lagu spesial teruntuk ..." Mata Sasuke membulat tiba-tiba ketika tidak sengaja bertatapan dengan Izumi di seberang sana. "Teruntuk ... mereka, orang-orang yang selalu ada di sisiku."
Sasuke tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat Izumi tersenyum duluan padanya. Dan ia pun menyadari sesuatu, bahwa ini semua adalah bagian dari rencana Sakura.
Dalam hati Sasuke berjanji akan sangat berterima kasih kepada perempuan itu.
***
2 chapter menuju end😎
-Maul
