Sakura mencari Sasuke di sekolah seharian ini. Meski ia baru tahu bahwa Sasuke satu sekolahnya, bahkan satu angkatan, tetap saja ia kesusahan mencari sosok kaku tersebut.
Benar kata Izumi, Sasuke itu invisible alias tak kasat mata.
Mencari di seluruh penjuru sekolah pun Sakura tidak bisa menemukannya. Sampai ke celah-celah dinding pun ia tetap tidak menemukan Sasuke.
Bahkan 'finding spider' lebih mudah dibandingkan 'finding Sasuke'.
Sakura pun beristirahat di rooftop, sekalian matanya menyapu satu sekolah. Namun ia menemukan sesuatu yang aneh. Ia melihat seorang laki-laki bermasker hitam dengan topi yang familiar di matanya tengah berjalan ke belakang sekolah.
"Itu Sasuke, 'kan? Kenapa dia bisa ada di sana?" Tidak ingin membuang-buang waktu, Sakura berlari menuruni rooftop guna mengejar Sasuke.
Untung jarak yang ia tempuh tidaklah begitu jauh.
"Sasuke, tunggu! Sasuke!" Sakura berteriak memanggil nama Sasuke, membuat sang empunya nama berbalik dan menatap kaget Sakura.
"Kau?"
"Iyalah, siapa lagi?" ujar Sakura seraya menunduk ngos-ngosan.
Sasuke mendengus pelan. Setelah itu, dia malah lanjut berjalan meninggalkan Sakura yang masih bengep tidak karuan.
"Eh, sialan. Sasuke!"
***
"Sasuke, mau es krim."
"Di sekolah tidak jual es krim."
"Maksudku, nanti saat kita pulang."
Sasuke berbalik menatap jengah Sakura. "Kita? Siapa juga yang mau pulang denganmu?"
"Aish, kau ini kenapa kejam sekali, sih? Kau masih kesal gara-gara kompor meledak itu?"
"Aku ada urusan." Sasuke memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Halah, alasan. Paling kau ingin kabur lagi. Iya, 'kan? Mengaku saja lah," tuduh Sakura yang menyudutkan Sasuke. Namun laki-laki itu tetap bersikeras pada pendiriannya.
"Nanti Izumi yang akan menjemputmu." Sasuke hendak pergi, namun Sakura menghalangi jalannya.
"Kau! Kau tidak menyukaiku, ya? Maksudku, bukan suka dalam artian ... ehm, kau tahu maksudku, 'kan?"
"Iya." Sasuke memajukan tubuhnya. Dan kini gantian dirinya lah yang memojokkan Sakura. "Aku sangat, sangat, sangat tidak menyukaimu."
Bibir Sakura langsung terkatup rapat. Sial, dia tidak bisa melakukan apapun saat ini. Bahkan kakinya sudah gemetar hebat.
"O-oke. Kau boleh saja tidak menyukaiku. Tapi bisa tidak, kau menatapku biasa saja?" Sakura mengatakan itu dengan tenggorokan tercekat.
Sasuke menyeringai tipis, kemudian ia menjauhkan tubuhnya dari Sakura, lalu pergi begitu saja.
Akhirnya Sakura dapat bernapas lega. Selain kaku, ternyata Sasuke agak menyeramkan juga bila diperhatikan. Bisa dibilang, Sasuke itu paket komplit. Yaitu robot kaku yang menyeramkan, seperti di film-film.
***
Jam 11 malam, Sakura masih berkutat dengan tugas sekolahnya. Andai saja ia tidak ketiduran, mungkin ia sudah selesai beberapa jam yang lalu.
Namun, Sakura merasa seperti ada yang kurang di rumah ini. Tiba-tiba Sakura menepuk jidat lebarnya. Ia ingat, jika ia tidak melihat Sasuke sejak pertemuan tidak mengenakkan di sekolah.
Suara ribut-ribut di luar mengusik lamunan Sakura. Karena rasa ingin tahunya, Sakura pun memutuskan untuk keluar kamar dan mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Sakura terkejut, kini Uchiha bersaudara tengah bertatap-tatapan dengan sengit satu sama lain. Entah apa yang terjadi, Sakura tidak berani memunculkan diri di situasi ini.
"Kau tahu ini sudah jam berapa, Sasuke?" tanya Izumi dengan nada tegas.
"Tahu," balas Sasuke enteng.
"Kau tahu tapi kenapa pulang jam segini?" Izumi melipat kedua lengannya di dada. "Jangan mentang-mentang tidak ada orang tua di rumah, kau bisa kemana pun sesuka hati, Sasuke."
Sasuke mendecih sebal. "Kenapa? Kau mengkhawatirkanku?"
"Jelas aku mengkhawatirkanmu! Kau adikku dan sekarang aku yang bertanggung jawab menjagamu. Bukan hanya kau, tapi Sakura juga!"
"Kalau begitu, jangan mengurusiku. Urusi saja tamu itu," balas Sasuke enteng dan membuat Izumi naik darah.
Hati Sakura seolah-olah tertancap anak panah saat ini. Ternyata sampai detik ini, Sasuke masih menganggapnya sebagai tamu alias orang yang menumpang di rumahnya.
"Kau jangan kurang ajar, Sasuke! Atau aku akan-"
"Akan apa? Hm? Mau mengadu ke Tou-san?"
Izumi menarik napas dalam-dalam. Ia tidak boleh lepas kendali dan berbuat kasar pada adiknya itu.
"Dengar, aku mohon, Sasuke. Jangan seperti ini terus. Sejak mengenalnya, kenapa kau jadi berubah? Kau bukan adikku yang kukenal lagi."
Sasuke mendesis, karena ia tahu, Izumi sudah hampir melewati batas. Dan Sasuke tidak akan membiarkannya.
"Jangan pernah menyalahkannya. Dia tidak salah apapun." Sasuke maju selangkah dengan muka menantang. "Kau boleh memarahiku, mencaciku. Tapi jangan pernah kau menyalahkannya, Izumi."
Izumi menatap adiknya itu tidak percaya. Sekarang Sasuke makin berani melawannya? Izumi tidak terima hal itu.
"Sasuke, kau bilang apa barusan? Kau lebih membela perempuan tidak jelas itu daripada kakakmu sendiri?"
Tanpa ragu, Sasuke menjawab, "Iya."
"Oh, ya ampun." Tiba-tiba kepala Izumi terasa pening. Tubuhnya langsung melemas dan sempoyongan.
Sial, darah tinggiku kumat, batin Izumi panik seraya memegang pelipisnya.
Tubuh Izumi limbung ke belakang. Sakura dengan cepat berlari dan menahan tubuh Izumi agar tidak jatuh.
"Kak Izumi!"
***
Badai bentar lagi dateng heho
- Maul