"Apa yang salah denganmu?! Otakmu sudah tidak waras, hah?" Sakura mendorong-dorong tubuh Sasuke dengan nyalang. "Dengar, aku tidak tahu apa masalah kalian. Tapi tolong, utamakan yang namanya keluarga daripada orang asing!"
Sasuke mendecih keras, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tidak mau menatap langsung Sakura.
"Tahu apa kau tentang keluargaku, hm?" Sasuke mengucapkan itu dengan entengnya. "Kau juga orang asing yang menumpang tinggal di rumahku. Jangan ikut campur."
Sakura menggerutukkan giginya kesal. Pandangannya kini beralih pada Izumi yang tengah terbaring lemah diperiksa dokter.
Kasihan Kak Izumi. Apa mungkin dia seperti ini terus? Rela jatuh sakit karena adik sialannya itu, batin Sakura bersimpati pada Izumi.
"Dokter, bagaimana keadaan Kak Izumi?" tanya Sakura tidak peduli lagi dengan keberadaan Sasuke.
"Tenang saja. Setelah minum obat, pasti dia akan segera membaik. Oh ya, pastikan agar emosi Izumi tetap stabil, ya?" jawab dokter setelah selesai memeriksa Izumi.
Sakura akhirnya dapat bernapas lega. Izumi baik-baik saja. Namun ia masih kesal pada orang yang menyebabkan Izumi seperti ini.
"Kau! Aku mau kau minta maaf pada Kak Izumi saat ia bangun nanti. Kalau tidak, aku tidak akan tinggal diam, meski aku ini orang asing bagimu!"
Sasuke hanya diam. Tanpa mengatakan apapun, ia pergi begitu saja dari sana. Sakura menghela napas pelan, ia harus mengendalikan emosinya bila ia tidak ingin bernasib sama seperti Izumi.
***
"Sasuke? Mana Sasuke?" tanya Izumi mencari Sasuke ketika ia terbangun.
Sakura yang tengah tertidur menjaga Izumi di pinggir kasur, tentu saja langsung terbangun karena suara Izumi.
"Kak?" Sakura mendekati Izumi khawatir.
"Di mana Sasuke?" Izumi menatap Sakura penuh harap. "Dia tidak pergi, 'kan? Dia sudah tidak marah padaku lagi, 'kan?"
Sakura meringis, kemudian menggeleng sebagai jawaban. "Aku tidak tahu dia di mana, Kak."
Bahu Izumi langsung merosot. Sakura tahu, Izumi pasti sangat putus asa kali ini.
"Aku harus bagaimana, Sakura? Dia sudah tidak mau mendengarkanku lagi. Dan semua ini terjadi gara-gara perempuan tidak jelas itu!"
Sakura mengerutkan kedua alisnya bingung. Siapa sebenarnya perempuan yang dimaksud Izumi barusan?
"Memangnya siapa perempuan itu, Kak?"
Izumi tersenyum sinis. "Dia ..."
***
"Sasuke-kun!" seorang perempuan berteriak memanggil nama Sasuke.
Sudut bibir Sasuke terangkat taktala menyadari siapa yang memanggilnya barusan. Ia pun berlari kecil ke arah perempuan itu.
"Ino? Kau di sini juga?"
"Iya, Sayang." Ino berdiri, lalu mengecup pipi Sasuke cepat. "Aku bosan."
"Sama." Sasuke mengambil kursi di depan Ino. "Kakakku berulah lagi."
"Kak Izumi? Kenapa dia?"
"Dia menyalahkanmu lagi, seperti biasa. Dan sekarang dia malah sakit. Terkadang dia memang menyusahkan."
"Kak Izumi sakit?" Wajah Ino mendadak jadi khawatir. "Bagaimana keadaannya sekarang? Dia baik-baik saja, 'kan? Seharusnya kau menjaganya, bukan malah ke tempat ini."
Sasuke tersenyum tipis. "Tenang saja, ada yang menjaganya."
"Siapa?"
"Ada." Sasuke tersenyum misterius. Dan Ino menyadari kalau ada sesuatu yang disembunyikan Sasuke saat ini.
"Andai Kak Izumi tidak membenciku. Pasti aku yang akan menjaganya saat ini."
Ucapan Ino membuat Sasuke tersenyum hangat. Ia pun meraih kedua tangan Ino, lalu ia genggam erat-erat.
"Andai kakakku tahu betapa baiknya hatimu, pasti hubungan kita tidak akan serumit ini." Setelah mengucapkan itu, Sasuke mencium punggung tangan Ino. "Pasti dia menyesal karena tidak mengenalmu dengan baik, Ino."
Kedua pipi Ino langsung memerah kala diperlakukan semanis itu oleh Sasuke.
"Tidak ada yang mudah dalam suatu hubungan, Sasuke-kun. Yang penting kita harus saling percaya."
"Tumben pintar." Sasuke mengacak rambut Ino gemas.
"Sayang! Rambutku jadi berantakan, tahu!"
***
"Dia yang merubah Sasuke. Dia yang menyuruh Sasuke untuk menyembunyikan diri di sekolah. Perempuan itu, tidak ingin orang lain melihat Sasuke," jelas Izumi membuat Sakura tertegun. Jadi, selama ini ada orang di balik sifat tertutupnya Sasuke selama ini? Tidak bisa dibiarkan.
"Lalu Bibi Mikoto ... apa dia tahu soal ini?"
"Tentu saja tidak." Izumi terkekeh pelan. "Aku menutupi semua ini. Demi Sasuke."
Hati Sakura terenyuh taktala mendengar semua pengakuan Izumi. Kasih sayang seorang kakak yang malah tidak dihargai oleh adiknya sendiri, Sakura benar-benar merasa prihatin dengan Izumi.
"Tenang saja, Kak." Sakura bangkit dari duduknya, kemudian ia memasang cengiran optimis. "Akan kuhajar Sasuke sampai dia sadar, kalau ia telah menyakiti kakaknya sendiri hanya karena seorang perempuan aneh!"
***
Yang baca, ayo divote. Gak juga gpp sih :v
Apa pendapat kalian sejauh ini?
- Maul