Sakura melihat jam dinding yang terpasang di ruang tamu. Setelah kejadian Izumi yang darah tingginya kambuh, Sasuke pergi entah ke mana. Padahal malam ini lagi-lagi hujan lebat.
Walau sebenarnya Sakura masih kesal pada orang itu, tapi masih ada rasa khawatir terbesit di hatinya.
Suara deru mesin motor memasuki teras rumah. Buru-buru Sakura lari keluar rumah dan ia mendapati sosok Sasuke yang sudah basah kuyup.
Lagi-lagi tanpa mengatakan apapun, Sasuke memasuki rumah begitu cueknya. Tanpa menanggapi kehadiran Sakura sama sekali.
***
"Ha ... ha ... hachim!" Sasuke menekan-nekan hidungnya yang mulai memerah. Sial, dia jadi pilek gara-gara kehujanan tadi malam.
Apalagi, kini ia melihat Sakura yang tengah tersenyum sinis ke arahnya. Sasuke mendecih. Sial, perempuan itu tengah meledeknya.
"Kenapa? Pilek?"
Sasuke mendelik tajam. "Bukan urusanmu."
Sakura menghendikkan bahunya enteng. "Memang bukan."
Sasuke terdiam sambil mengoleskan selai di rotinya. Pikirannya tiba-tiba tertuju pada Izumi. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah kondisinya sudah membaik?
"Bagaimana keadaan Izumi sekarang?" tanya Sasuke membuat Sakura terheran-heran. Ia tidak salah dengar, 'kan?
"Ini telingaku tidak salah dengar, 'kan? Atau telingaku memang habis kemasukan serangga, ya?"
Sasuke menggeram. Percuma saja ia bertanya pada perempuan yang satu ini.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba kepala Sasuke mendadak terasa pening. Sasuke menggelengkan kepalanya berkali-kali, namun rasa pening itu malah makin menjadi-jadi.
"Kau kenapa?" tanya Sakura sedikit khawatir, senyum meledeknya meluntur perlahan.
Sasuke menggeleng, namun ia masih meringis seraya memegangi pelipisnya.
"Tidak apa-apa."
Sakura memicingkan matanya curiga. "Bohong."
Sasuke tetap menggeleng, daripada membuat Sakura khawatir, ia pun memutuskan untuk langsung berangkat sekolah.
Namun, di saat ia akan menjalankan motornya, Sasuke malah kembali masuk ke rumah.
Sakura keheranan. "Lah, kenapa masuk lagi? Sekolah libur?" tanya Sakura yang kebetulan izin tidak masuk sekolah, karena ingin menjaga Izumi.
"Pusing."
***
"Tuh, 'kan ... makanya jangan sok bertengkar dengan kakakmu. Jadi karma, 'kan?" nasehat Sakura kesal seraya mengompres dahi Sasuke.
"Tidak ada hubungannya," balas Sasuke tidak terima. Sesekali ia meringis kesakitan.
Sakura tidak menjawab lagi. Ia memeriksa termometer yang sempat ia pasangkan pada tubuh Sasuke.
"Suhu tubuhmu makin panas. Aku beli obat dulu, ya?"
"Tidak usah, nanti sembuh sendiri."
"Dasar keras kepala." Sakura berkacak pinggang di hadapan Sasuke sambil memasang muka galak. "Orang sakit itu butuh obat. Bukan butuh omongan."
"Iya, iya, dasar cerewet. Sudah, sana pergi!"
Sakura hanya mendengus pelan. Ia pun tersenyum pada Izumi yang tengah berdiri di dekat pintu kamar Sasuke.
"Kak, aku titip Sasuke sebentar, ya?"
Izumi mengangguk dengan seringaian jahil di bibirnya. "Tenang saja, pasti aku akan menjaga anak nakal itu."
Merasa disudutkan, Sasuke hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya secara perlahan.
***
Sakura membuka aplikasi Google Maps di gadgetnya, hendak mencari lokasi apotek terdekat dari sini.
Namun di saat Sakura berjalan, ia tidak sengaja bertemu dengan laki-laki yang sebaya dengannya. Dengan rambut jabrik kuning dan mata biru terangnya.
"Kau siapanya Sasuke?" cerocos orang itu tanpa menyapa Sakura terlebih dahulu.
"Kau yang siapa?" tanya Sakura dengan mata memicing. "Kau menguntitku?"
"Aku Naruto, dulu teman dekat Sasuke," ujar Naruto memperkenalkan diri. "Tadi aku melihatmu keluar dari rumahnya. Siapa kau? Pacarnya?"
"Iya, mungkin," jawab Sakura enteng. Kemudian ia berlalu begitu saja dan kembali mencari lokasi apotek.
Naruto tersenyum misterius. Tanpa Sakura sadari, Naruto memotretnya dari belakang dan mengirimkannya pada seseorang.
***
Happy new year 2k18! Semoga, semua yang kita inginkan dapat tercapai di tahun ini.
Btw, apa resolusi kalian di tahun 2k18 ini? Kalo aku sendiri, semoga keterima di STAN. Kalo kalian?
- Maul