Tempat itu sangat asri, langit biru cerah berawan tipis, udara terasa menyegarkan, pohon rindang tumbuh sepanjang jalan seperti kanopi alami yang sangat indah, sementara aliran sungai kecil terdengar gemericik tak jauh dari jalanan, aliran yang sangat bening, bahkan kau bisa melihat bebatuan di dasar sungai dan ikan-ikan kecil yang berenang kesana kemari.
"Han," suara berat lelaki dewasa terdengar dari salah satu rumah yang sangat luas disana. "Kyung, kau tau dimana Han?" Tanya lelaki itu pada gadis muda yang berjalan membawa wadah berisi air saat orang yang dipanggilnya tak juga terlihat.
"Ku rasa dia sedang di gazebo belakang, Kakak kan hobi sekali menghabiskan waktu disana untuk membaca." jawab gadis cantik yang mulai menyiram bunga.
"Tolong, kau panggilkan Han kesini." gadis bernama Kyung itu mengangguk dengan senyum cantiknya, meskipun di rumah itu banyak pelayan, tapi dia menuruti perintah Ayahnya dengan berjalan ke belakang untuk mencari kakak kandungnya.
"Kak Han, Ayah memanggilmu." seperti dugaan Kyung sebelumnya, dia menemukan kakak lelakinya sedang sibuk membaca di tempat tersebut.
"Untuk apa?" Tanyanya sambil menyelipkan rambut panjangnya ke telinganya yang runcing. Kyung mengerutkan alisnya serius mencoba menebak-nebak.
"Mungkin Ayah akan menjodohkan mu dengan putri sahabatnya." Han langsung menjitak kepala Kyung, hingga adiknya itu mengaduh sakit.
"Bicara apa kau, aku bisa mendapatkannya sendiri, tahu."
Kyung mengerucutkan bibir. "Bisa saja, kan? Kakak sudah hampir dewasa tapi belum juga mendapat tanda jodoh."
"Jangan bicara sembarangan, sana lanjutkan pekerjaanmu jangan lupa untuk belajar juga."
Han meletakan buku bacaannya di atas meja, lalu pergi menemui sang Ayah ke depan, Kyung sudah menghilang entah kemana.
Meskipun ia lelaki, tapi wajah Han terbilang sangat lembut, ia mendapatkannya dari mendiang ibunya yang mana hampir seperti kembar jika disandingkan juga dengan Kyung, adiknya yang sangat cantik. Tapi Han terlihat seperti duplikat dari Ibunya, bahkan warna rambutnya pun sama, ungu kebiruan, sementara rambut Kyung sewarna dengan rambut ayahnya, hitam pekat.
Yong-Ayah Han-tersenyum kecil melihat putra sulung kesayangannya mendatanginya. Oh, Yong jadi ingat pada mendiang istri tercintanya.
"Ada apa Ayah mencariku?" Tanya Han pelan setelah duduk di depan sang ayah.
"Han, kau tau kan beberapa hari lagi kau akan menjadi dewasa," Han mengernyit sebentar, sepertinya tebakan adiknya kali ini tepat. Han mengangguk setelahnya. "Apa kau belum mendapat tanda sedikitpun?"
Han menunduk lama, "Maafkan aku Ayah." ucapnya kemudian.
"Kau tau kan, apa yang akan terjadi kalau kau tidak mendapat tanda itu." Han menunduk mendengar ucapan Yong. Han tau, seharusnya dia sudah mendapat tanda jodohnya, karena itu adalah hal wajar yang akan terjadi pada peri yang akan beranjak dewasa seperti dirinya. Entah itu mencium wangi jodohnya yang hanya bisa dipahami oleh peri itu sendiri atau dengan cara lain yang juga hanya diketahui dua peri yang berjodoh itu.
"Ayah, akhir-akhir ini aku sering memimpikan hal yang sama dan anehnya aku mengalami mimpi ini dan berulang-ulang setahun terakhir." terang Han.
"Mimpi seperti apa, Putraku?"
"Aku melihat sesosok, disirami cahaya sewarna rambutku ini, tapi karena cahaya itu terlalu terang aku tidak bisa melihat dia dengan jelas." Yong mengangguk mendengar penuturan Han, dia lalu menepuk lembut bahu Han dengan senyum lebar penuh kelegaan di bibirnya. Pikirannya memutar kembali kenangan indahnya bersama mendiang sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fairy Mate
FanfictionDiusia menjelang dewasa, Han belum juga mendapat tanda jodoh. Hal itu membuat Ayahnya sedikit khawatir. Hingga pada suatu hari, Han menceritakan tentang mimpi yang berkali-kali datang dalam tidurnya. Han berbeda. "Aku berjodoh dengan manusia?" Seora...