"Kenapa kau melakukan itu?"
"Meskipun kau bukan sahabat terbaik ku, tapi aku tidak mau melihatmu mati konyol di gang sempit seperti itu." Beruntungnya Jihoon tak sengaja melewati jalan dimana Seungcheol dikeroyok. Dengan berani dia memberikan uang tabungannya untuk diberikan 0ada lintah darat tersebut. Lalu berhasil mengusir mereka dengan ancaman akan menelepon polisi kalau mereka masih memukuli Seungcheol.
"Aku akan mengganti kerugian uangmu."
"Ck, itu jangan dipikirkan dulu, sebagai gantinya aku mau kau menjawab jujur siapa mereka sebenarnya?" Jihoon menatap Seungcheol mengadili.
"Aku sudah cerita padamu."
"Preman pemalak tidak mungkin hampir membunuhmu cuma karena kau menolak memberi uang." Seungcheol menghela napas, kalau sudah seperti ini sangat sulit untuk bohong pada Jihoon.
"Mereka perampok." Jawabnya kemudian.
"Kau pikir aku akan percaya?" Jihoon memutar bola mata.
"Mereka penagih hutang." Seungcheol akhirnya menjawab jujur. "Aku punya hutang yang sangat banyak."
"Apa kau selalu dipukuli kalau mereka datang padamu?"
"Tidak, kalau aku memberi mereka uang yang cukup."
"Kenapa mahasiswa bobrok sepertimu bisa punya banyak hutang?"
"Ceritanya panjang." Seungcheol bukan orang yang mudah menceritakan masalah pribadinya pada orang lain, meskipun itu sahabatnya sendiri. "Dan lagi kenapa kau langsung percaya aku punya banyak hutang."
"Wajahmu terlihat begitu." Canda Jihoon.
"Sialan kau!" Keduanya terkekeh kecil, Jihoon membantu Seungcheol membungkus es batu dengan kain bersih lalu memberikannya pada Seungcheol.
"Kau bukan pengedar narkoba, kan? Mereka bukan pemasokmu?" Jihoon menginterogasi dengan penuh kecurigaan.
"Yang benar saja Lee Jihoon?" Kini giliran Seungcheol yang memutar bola mata, apa yang ada di pikiran Lee Jihoon sampai dia bisa mencurigai Seungcheol seperti itu. "Kau kemanakan otak jeniusmu sampai berpikir begitu." Seungcheol tertawa meledek, mata sipit Jihoon menyipit tak terima dengan ucapan Seungcheol. "Sekarang bantu aku bagaimana caranya bisa dapat uang yang banyak secepat mungkin untuk membayar mereka."
"Jual saja sebelah ginjalmu, yang ku tahu, manusia masih bisa hidup cuma dengan 1 ginjal." Jihoon menjawab sarkastik.
"Kau pemarah sekali, sih." Seungcheol menepuk-nepuk kepala Jihoon dan membuat lelaki mungil itu makin kesal. Wajah Jihoon yang merengut adalah hiburan tersendiri bagi Seungcheol, menurutnya Jihoon terlihat seperti anak anjing yang sedang merajuk.
========
Seungcheol tiba di gedung tempat tinggalnya diawal malam, dia sudah ijin tidak masuk kerja di kafe, lagi pula tidak mungkin juga dia bisa melayani pelanggan dengan wajah dan tubuh penuh lebam. Sesaat setelah membuka pintu dan masuk ke dalam, dia terpaku melihat sosok Han terduduk lemas di lantai ruangan yang hampir gelap karena lampu utama belum menyala.
"Hei? Ada apa denganmu?" Tanya Seungcheol takut karena Han diam saja. Dia kemudian berlutut di depan sosok tersebut.
"Seungcheol?" Jantung Seungcheol mencelos lega saat melihat Han perlahan mendongak dengan wajah yang sangat berantakan. Setidaknya Han masih hidup meski dengan keadaan seperti itu. Seungcheol tidak mau ada orang mati di apartemennya.
Han langsung memeluk Seungcheol, sangat erat hingga tubuh Seungcheol jatuh terduduk ke belakang. Seketika ruangan itu terang dengan cahaya yang menguar dari tubuh Han. Juga entah bagaimana caranya beban Seungcheol tiba-tiba terasa sedikit berkurang setelah itu. Seungcheol yang terkejut langsung mendorong Han menjauh. "Apa yang kau lakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fairy Mate
FanfictionDiusia menjelang dewasa, Han belum juga mendapat tanda jodoh. Hal itu membuat Ayahnya sedikit khawatir. Hingga pada suatu hari, Han menceritakan tentang mimpi yang berkali-kali datang dalam tidurnya. Han berbeda. "Aku berjodoh dengan manusia?" Seora...