"Ada a-"
Belum juga Jihoon selesai bertanya, dia merasakan tarikan yang begitu besar sebelum sekerjap kemudian ia sudah berada di tengah hutan yang sangat hijau dan lebat.
"Kau. Siapa kau sebenarnya?" Tanya Jihoon, panik.
"Apa yang terjadi?" Bingungnya. "Ini dimana?"
"Jawab aku!"
"Hei Pak Tua." Jihoon menunjuk lelaki tua di depannya.
"Jun, namaku Jun." Oh! Jujur saja Jihoon baru tahu nama lelaki tua itu. Sebelumnya dia tidak pernah penasaran dengan orang tersebut sampai hari ini.
"Aku merasa tidak sopan hanya memanggil dengan namamu begitu saja. Bagaimana kalau Pak Jun, Tuan Jun, Mister."
"Kau benar-benar mirip dengan Sunhee."
"Sunhee, siapa?"
"Park Sunhee, dia nenek buyutmu."
"Nenek buyutku?"
"Tuan Jun..." Jihoon mencari suara wanita yang memanggil nama lelaki tua tersebut. Dia berjalan lalu mengintip dari balik pohon besar tak jauh dari mereka berdiri.
"Hei kau mau kemana?" Jihoon panik saat Jun tua mendekati dua pemuda di balik pohon.
"Mereka tidak akan melihat kita."
"Aku bawa makanan kesukaanmu, Pak Jun." Ucap gadis muda yang sangat cantik menurut Jihoon.
"Sudah berapa kali ku bilang, jangan panggil aku Pak, wajahku terlalu muda untuk dipanggil seperti itu."
"Tapi usiamu memang jauh lebih tua dariku."
"Gadis nakal."
"Itu, kau?" Tanya Jihoon menunjuk lelaki muda yang terlihat tak peduli dengan keberadaan mereka.
"Ya, bukankah aku tampan?" Jun tua tersenyum kecil percaya diri.
"Sombong sekali kau." Cibir Jihoon, meskipun tidak dapat dia pungkiri wajah Jun muda memang sangat tampan. "Apa yang sedang kalian lakukan disini? Di hutan."
"Menjaga." Jawab Jun.
"Menjaga?"
"Sunhee adalah manusia pertama dan terakhir yang melakukan itu. Dia mempunyai bakat langka sehingga menarik perhatianku." Jelas Jun tua.
"Kau jatuh cinta pada nenek buyutku?"
"Apa?"
"Aku bisa melihat dari caramu melihat Sunhee, itu." Jihoon menunjuk dua sosok yang sedang menikmati makanan bersama. Jun tersenyum kecil melihat pemandangan itu. Salah satu kenangan terindah yang dimiliki Jun.
"Kalian menjaga apa?" Pertanyaan Jihoon memotong lamunan sesaat Jun.
"Gerbang."
"Gerbang?"
"Sebuah tempat perbatasan diantara dunia manusia dan dunia peri."
"Peri?"
"Kau tidak melihat telinga runcingku?" Jihoon menoleh untuk melihat telinga Jun. "Bukan ini, disana." Jun tua menunjuk telinga Jun muda.
"Kau peri? Kenapa dengan telingamu sekarang, kenapa tidak runcing lagi?" Jun terkekeh kecil, alih-alih bertanya tentang gerbang, lelaki mungil itu justru lebih tertarik menanyakan tentang telinganya.
"Peri yang berada di dunia manusia akan sepertiku. Penampilan peri dengan sendirinya akan menyesuaikan dengan makhluk dari tempat yang mereka datangi."
"Oh." Jihoon mengangguk paham. "Lalu, apa yang kau jaga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fairy Mate
FanfictionDiusia menjelang dewasa, Han belum juga mendapat tanda jodoh. Hal itu membuat Ayahnya sedikit khawatir. Hingga pada suatu hari, Han menceritakan tentang mimpi yang berkali-kali datang dalam tidurnya. Han berbeda. "Aku berjodoh dengan manusia?" Seora...