"Ayah! Aku mau eskrim yang banyak, ya ya ya."
"Tidak boleh sayang, bagaimana kalau milkshake?"
"Tapi aku mau eskrim."
"Seminggu lagi setelah pilekmu sembuh, Ayah janji akan membelikan eskrim sebanyak yang kau mau."
"3 skop stroberi dan 2 skop cokelat?" Si anak bertanya dengan wajah sumringah.
"Siap bos!"
"Janji?" Si Ayah tersenyum gemas melihat anaknya menyodorkan jari kelingking mungilnya. "Janji dulu Ayah..." pintanya.
"Okeee..."
Seungcheol tersenyum kecil melihat interaksi sepasang Ayah dan Anak tersebut. Dia ingat bagaimana dia dan Ayahnya dulu juga sangat dekat seperti mereka. Setiap minggu menghabiskan waktu bersama, piknik ke taman atau berenang di laut bahkan mengikuti camping keluarga. Semua itu adalah kenangan indah Seungcheol sebelum Ayahnya berubah menjadi penjudi dan pemabuk sejak usahanya bangkrut.
Malamnya setelah selesai mandi, Seungcheol mengambil kotak pemberian Ayahnya dari kolong ranjang. Dia memandangi kotak itu lama, berpikir apakah dia harus membukanya atau tidak. Tapi Seungcheol kembali menaruhnya di lantai, sejurus kemudian dia mengambilnya kembali lalu membukanya. Dia mengembuskan nafas berat.
Sebuah amplop cokelat tebal yang pertama Seungcheol buka. Dia sangat terkejut saat melihat isi dalam amplop tersebut. Dua gepuk uang pecahan limapuluh ribu yang masing-masing bertuliskan 10 juta.
"Banyak sekali." Lirih Seungcheol, dari mana Ayahnya mendapatkan uang sebanyak itu. Batinnya penasaran.
Seungcheol menumpahkan semua isi amplop cokelatnya dan menemukan selembar surat yang ditulis langsung oleh Ayahnya. Wajahnya mengeras setelah membaca baris pertama, namun wajah keras itu melembut seiring dia membaca suratnya sampai habis.
"Bodoh!!!"
Seungcheol berdiri lalu membuang kotak tersebut ke lantai hingga barang-barang di dalamnya tercecer. Dia bahkan membanting handuknya.
Brak!!!
"Seungcheol?" Han terkejut begitu Seungcheol membanting pintu kamarnya.
"Kau tetap disini." Han bisa merasakan amarah yang besar dari gelagat Seungcheol. "Jangan ikuti aku." Perintahnya, mutlak.
Brak!
Seungcheol membanting pintu apartemennya tepat di depan wajah Han.
Han menghembuskan nafas panjang. Dia memang bisa merasakan amarah Seungcheol tapi Han juga merasakan ketakutan luar biasa dari Seungcheol dan juga perasaan sedih. Han sangat khawatir tapi dia belum bisa melakukan apa-apa sekarang.
"Seungcheol."
Seungcheol berlari kencang untuk menghentikan taksi di depan jalan, "Rumah Sakit Xxx." Ucapnya pada pengemudi. Lelaki bermarga Choi itu meremas selembar surat dari Ayahnya. Air mata mulai menggenang, siap meluncur di pipinya kapan saja saat dia berkedip. Jelas sekali dia sedang kacau sekarang.
"Orang tua bodoh!" Umpatnya marah.
Seungcheol kembali lari setelah turun dari taksi. Saat sampai di depan lobi, dua orang penjaga keamanan menahan langkah besar Seungcheol dan menanyainya.
"Ada yang bisa kami bantu?"
"Aku harus ke dalam." Jawab Seungcheol.
"Jam berkunjung pasien sudah selesai sejak tiga jam lalu."
"Aku harus menemui Ayahku, sekarang juga. Dia dirawat disini." Seungcheol bersikeras.
"Dimana kartumu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fairy Mate
FanfictionDiusia menjelang dewasa, Han belum juga mendapat tanda jodoh. Hal itu membuat Ayahnya sedikit khawatir. Hingga pada suatu hari, Han menceritakan tentang mimpi yang berkali-kali datang dalam tidurnya. Han berbeda. "Aku berjodoh dengan manusia?" Seora...