ABI II

64 3 0
                                    

Benda itu seukuran jari
Pendek sekitar sepuluh senti
Sebagian orang menganggap itu tak berarti
Tapi tak begitu pendapat Abi

Abi anak penjual Ubi
Ayahnya sudah lama mati
Kini Abi mengandalkan kaki
Dengan sedikit harga diri
Malam malamnya berlalu sepi
Saat lentera kecil menyinari

Diambilnya buku dengan pena peni
Karna ini waktunya berkreasi
Tak teratur pena berlari
Tak selancar otaknya berinspirasi

Maklum pena bukan beli
Abi memungutnya siang tadi
Siang tadi pena itu sendiri
Terinjak injak di khalayak ramai
Terontanh anting kesana kemari

Hampir pecah seringkih kuda poni
Bukan PR yang Abi kerjakan malam ini
Sekolah baginya hanya sebatas mimpi
Karna biaya yang membatasi

Abi tak mengenal Geometri
Pena Abi terus berlari
Mencipta untaian bait puisi
Dengan semangat dan apa kata hati

Abi tak punya cita cita tinggi
Karna Abi sadar diri
Berjual Bui sebagai profesi
Abi tak berharap jadi menteri

Abi hanya ingin suatu hari
Puisinya membawa hoki
Mengantarkan untuk berdiri
Mengisahlan hidupnya kini

Abi punya janji
Jika ia sudah beristri
Naik pesawat ke tanah suci
Bersama keluarganya di dini hari

Bergegas ia untuk bersuci
Dengan baju taqwa dan peci
Ke masjidlah ia pergi
Abi berdoa kepada ilahi
Agar pada hari ini
Punggungnya kuat untuk menjalani
Hari biasa yang tak kunjung henti

-Bunga Harapanku-

Ishamie BUNGA HARAPANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang