Benda itu seukuran jari
Pendek sekitar sepuluh senti
Sebagian orang menganggap itu tak berarti
Tapi tak begitu pendapat AbiAbi anak penjual Ubi
Ayahnya sudah lama mati
Kini Abi mengandalkan kaki
Dengan sedikit harga diri
Malam malamnya berlalu sepi
Saat lentera kecil menyinariDiambilnya buku dengan pena peni
Karna ini waktunya berkreasi
Tak teratur pena berlari
Tak selancar otaknya berinspirasiMaklum pena bukan beli
Abi memungutnya siang tadi
Siang tadi pena itu sendiri
Terinjak injak di khalayak ramai
Terontanh anting kesana kemariHampir pecah seringkih kuda poni
Bukan PR yang Abi kerjakan malam ini
Sekolah baginya hanya sebatas mimpi
Karna biaya yang membatasiAbi tak mengenal Geometri
Pena Abi terus berlari
Mencipta untaian bait puisi
Dengan semangat dan apa kata hatiAbi tak punya cita cita tinggi
Karna Abi sadar diri
Berjual Bui sebagai profesi
Abi tak berharap jadi menteriAbi hanya ingin suatu hari
Puisinya membawa hoki
Mengantarkan untuk berdiri
Mengisahlan hidupnya kiniAbi punya janji
Jika ia sudah beristri
Naik pesawat ke tanah suci
Bersama keluarganya di dini hariBergegas ia untuk bersuci
Dengan baju taqwa dan peci
Ke masjidlah ia pergi
Abi berdoa kepada ilahi
Agar pada hari ini
Punggungnya kuat untuk menjalani
Hari biasa yang tak kunjung henti-Bunga Harapanku-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ishamie BUNGA HARAPANKU
Poetry[COMPLETE] Menjadi sebuah pohon adalah perjuangan. Dengan terjal, tanah tandus dan angin kencang. Sinar Mentari, dinginnya malam menjadi kekuatan. Demi mekarnya bunga menjadi buah harapan.