02 #1

5.4K 125 0
                                    

Ch 02

Nasira Humaira

***

Udara panas lagi-lagi menyambut pagiku, saat aku membuka mataku dan suara burung mulai saling bersahutan terdengar ditelingaku. Badanku masih terasa pegal, perjalanan pulang kemarin menguras banyak tenaga dan saat sampai dirumah aku langsung tertidur sampai pagi.

Bau-bau masakan yang harum tercium sampai ke kamarku, segera kulangkahkan kaki menuju dapur yang ada dilantai bawah. Kulihat mama dan papa sedang makan bersama dimeja

"pagi-pagi udah main PS aja! Nanti kena omel papa loh!" ujarku pada Arfan, adikku yang tengah bermain Playstation diruang tamu.

"gak apa-apa, liburan masih lama" ujar Arfan dengan santai.

"mama, Hari ini Nasira sudah harus kerja paruh waktu lagi. Kafe lagi ramai karena sedang liburan" jelasku

Mama mengangguk mengerti, berhubung keluargaku hanya sederhana, aku lebih memilih untuk kerja part time demi memenuhi kebutuhan sampinganku. Sudah cukup aku memberatkan mama dan papa dengan uang bayaran kuliahku.

Aku bergegas sarapan pagi lalu mandi. Setelah itu, aku kembali ke kamar untuk membereskan barang-barangku kemarin.

Aku baru sadar, sejak kemarin ponselku mati karena low batt. Layar ponselku mulai menyala setelah di charge, bertapa terkejutnya aku mendapati banyak missed call dan semuanya adalah satu nomor yang tidak dikenal.

Teringat kembali wajah Hayse yang imut dikepalaku, kemarin aku memberinya nomor ponsel milikku. Dan kurasa Hayse yang menelfonku. Entah apa yang merasuki diriku, aku lalu menelfon kembali nomor tersebut.

Berharap suara kecil Hayse yang muncul.

Tut~tut~tut~

"ugh.. ya, hallo?" Suara Jendra terdengar sangat serak, dia baru saja bangun dari tidurnya.

Astaga! Bodohnya aku! aku lupa kalau yang mengangkat telfon pastilah ayahnya terlebih dahulu, mana mungkin langsung dengan Hayse. Terlebih ini masih pagi, aku pasti sangat sudah mengganggunya!

"ma-maafkan saya mengganggu, akan saya tutup kembali!" ujarku dengan nada cepat sambil menyentuh layar untuk memutus sambungan.

Aku menutup wajahku yang memerah dengan telapak tangan, malu sekali rasanya diriku!

Suara Jendra terus terngiang-ngiang ditelingaku, rasanya sangat nyaman mendengar suaranya. Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali, berharap kembali normal. Tapi tidak bisa, wajahku terus tersenyum-senyum tidak jelas akibat malu.

Mama dan Arfan jadi bingung melihat tingkah lakuku.

#

"apa? Jadi lu nelfon yang angkat ayahnya dan bukan Hayse?"

Jenni terus mentertawai kebodohanku dan selalu meledekku. Apa salahnya, aku hanya ingin mendengar suara Hayse.

Saat ini kami sedang ada di minimarket dekat rumah, aku mengajak Jenni untuk menemaniku membeli beberapa keperluan.

"cie~ Nasira suka sama duda nih yee."

"apaan sih Jen! Kesel deh" keluhku.

"emangnya lu tau dia tinggal dimana?"

Pertanyaan Jenni membuatku menggeleng, aku menghela napas. Tahu tempat tinggalnya saja tidak bagaimana mau bertemu dengan hayse?

Kami berdua selesai membeli barang-barang dan Jenni berdiri mengantri untuk membayar sedangkan aku menunggu diluar. Awan terlihat mendung, apa mungkin akan hujan?

Me & Introvert HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang