CHAPTER VII
Posible
Malam harinya saat kami sudah sampai dirumah setelah berjam-jam dari perjalanan. Aku terbaring bersama Hayse dikasur empuk miiliknya. Setelah puas tertidur di mobil, ternyata dia jadi sulit tidur saat malam hari. seperti biasanya dia selalu bercerita padaku sebelum dia tidur malam, anak itu bercerita banyak bermacam-macam hal.
Aku selalu menanggapinya dengan senyuman dan penuh kasih sayang, aku sudah menganggap Hayse seperti anakku sendiri dan bahkan menyayanginya lebih dari diri sendiri.
"jadi, akhir ceritanya gimana?" tanyaku. Saat ini dia sedang bercerita tentang imajinasinya, sebuah kisah tentang dinosaurus dalam pikirannya.
"jadi T-rexnya mati ma, dan dinosaurus yang lain hidup bahagia." Jawabnya.
"yah, kasihan dong T-rexnya?"
"iya, tapi dia jahat ganggu binatang yang lain. kata ayah T-rex itu pemakan daging, jadi dia harus mati supaya binatang lain hidup bahagia."
Aku tersenyum, melihatnya bercerita penuh dengan dunia imajinasinya yang luas itu. dia anak yang pintar.
Hayse meletakkan mainan dinosaurusnya kelantai, lalu memeluk erat tubuhku. Kami sama-sama tersenyum, tapi kemudian dia mengatakan.
"harus ada yang berkorban supaya yang lain bisa bahagia, ma." Ucapnya.
Aku membeku mendengarnya, jantungku seperti berdetak kencang. Apa yang Hayse maksud?
Aku tersenyum, membuang pikiran negatif jauh-jauh. Mungkin Hayse hanya melanjutkan kata-kata dari cerita dia sebelumnya.
Dalam hening, Hayse tertidur dalam pelukanku. Lalu aku menyelimuti tubuhnya, mencium kening dan pipinya seperti biasa dan membiarkannya tidur dikamar dengan pulas.
Jendra sedang menyusun pakaiannya ke dalam koper, aku melangkah mendekatinya. Dia melipat kemejanya dengan asal-asalan, sontak itu berhasil membuatku tertawa kecil.
"percuma dong pakai koper kalau kemejanya jadi lecek gini? Udah sini biar aku yang lipatin." Ucapku, mulai melipat kemejanya yang berantakan.
"ooh, Nasira udah pintar ya.." ledeknya.
Kesal dengan ledekannya, aku hanya mencubit lengannya pelan tapi tetap saja dia merigis kesakitan. Kam tertawa berdua.
Aku membantunya memilah-milah pakaian dan memasukkannya dalam koper. Beberapa alat seperti sisir, pencukur, suncream, dan peralatan mandi juga aku tata didalam kopernya.
Setelah itu selesai, aku dan Jendra hanya sama-sama terbaring diatas tempat tidur. Tubuhku rasanya lelah sekali, dan kepalaku juga berat rasanya. Kurasa Jendra juga begitu, dia sudah mulai memejamkan matanya beberapa kali.
Hening, kami hanya menatap langit-langit kamar. Kalau sedang suasana begini, aku jadi sering teringat masa-masa lalu. masa saat aku dan Jendra baru bertemu.
Padahal dulu kami tidak mencintai dan terlihat jengkel satu sama lain, kami bisa bersama karena Hayse. selebihnya tidak mungkin. Mengingatnya membuatku tersenyum diam-diam.
"menakutkan, jangan tersenyum sendirian begitu." sindir Jendra, aku tertawa mendengarnya.
aku memiringkan posisi menghadap ke arah Jendra, lalu menatapnya sambil tersenyum.
"aku hanya teringat masa lalu, padahal kita tidak saling mencintai dulu, tapi sekarang tiba-tiba saja kamu sudah jadi suami aku dan aku terbiasa akan hal itu." tuturku.
Jendra merangkul bahuku, supaya aku bisa mendekat padanya, dia hanya tersenyum saja menanggapi kalimatku. Kepalaku bersandar pada dadanya, kami saling menatap satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Introvert Husband
Romance[END] Kisah tentang seorang gadis sederhana berusia 21 tahun bernama Nasira Humaira, dan pernikahannya yang tidak biasa dengan seorang pria hebat, Majendra putra. . Awalnya keduanya tidak saling mencintai, namun hanya karena Hayse, semuanya berubah...