03 #2

4.3K 99 0
                                    

Kupikir Jendra bersungguh-sungguh tentang pernikahan kami, namun kenyataannya malah sebaliknya. Dia tidak benar-benar ingin menikah denganku.

Aku merasa terkhianati olehnya.

#

Saat siang hari di hari minggu, Aku dan Jenni sedang jalan-jalan ke sebuah mall. Bisa dibilang sih sudah tradisi kami jalan-jalan di hari libur untuk melepas penat kami.

Meski dibilang hanya iseng saja, biasanya kami hanya makan saja atau nonton bioskop. Kalau berbelanja tentu tidak mungkin, uang saku kami saja tidak banyak.

Pergi ke sebuah mall, pakaianku hanya simpel saja. Aku mengunakan baju pendek berwarna putih polos dan rok hitam selutut, dengan tas ransel mini dipunggungku dengan rambut diikat kuda.

Kami berdua memilih untuk menonton bioskop dahulu, tapi sayang sekali hari itu tidak ada film yang seru untuk ditonton. Sedikit kesal dirasakan oleh Jenni. Dia memang orang yang mudah naik darah.

Berkebalikan sekali dengan sifat diriku yang lebih pendiam dan bersikap tenang. Karena menurutku dengan emosi tidak akan mampu merubah apapun.

Tidak akan mampu merubah apapun.

"yaudah lah, ke toko buku aja yuk, aku mau beli buku" kataku mengalihkan pembicaraan. Karena sejak tadi Jenni mengerang kesal.

Kami pun pergi ke toko buku Gramedia -sebuah toko buku terbesar di indonesia-untuk melihat-lihat buku. aku melangkah diantara rak-rak berisikan novel-novel terjemahan. Mataku melirik ke setiap buku yang terpajang, tanpa memerhatikan langkahku dengan jelas. Terus-terus begitu sampai tidak sadar aku sudah terpisah dengan Jenni.

Aku mengambil sebuah novel yang menurutku menarik, lalu menggenggamnya. Kemudian berputar lagi mencari keberadaan Jenni.

Jenni sedang berada di antara rak-rak berisikan komik-komik. Empat buah komik sudah ada dalam genggamannya. aku tahu itu adalah hobinya, tapi setidaknya dia tidak menghabiskan uang dalam sekejap.

"habis ini makan ya? gue lapar banget!" katanya.

Setelah membayar semua buku-buku kami, aku dan Jenni melihat-lihat restoran. Tentu saja restoran yang cocok dengan budget kami.

Namun, tiba-tiba langkah Jenni terhenti, lalu dia menunjuk ke arah sebuah restoran khas jepang, dan itu sangat mahal.

"jangan bercanda Jen, aku gak mau makan di restoran itu, mahal tau!" kataku sebelum dia mengucapkan satu kata pun.

"bukan Nas! Tapi itu!" kata Jenni  tegas sambil menunjuk ke arah seseorang.

Ya, seseorang yang sangat kukenal.

Jendra.

"itu bukannya Jendra?dia kesini?" kata Jenni dengan nada kaget sekaligus penasaran.

Aku hanya mampu membisu dengan mata tak berkedip, sesaat bahkan nafasku terhehti di paru-paru.

Jendra sedang duduk berdua dengan seorang perempuan, lagi-lagi perempuan amat cantik dan berbanding terbalik dengan diriku yang biasa ini.

Mereka mengobrol, bahkan Jendra selalu tersenyum. Aku tidak pernah melihat dia tersenyum se-ikhlas itu sebelumnya, apalagi denganku!

Saat Jendra sedang tersenyum, dan berbicara sesuatu-hal yang menyenangkan sepertinya-perempuan itu dengan kilatnya mencium bibir Jendra, hingga dia tersentak kebelakang. Lalu mereka tertawa.

Mereka tertawa, tapi hatiku langsung hancur seketika.

"Nas, lu gak apa-apa kan?"

Aku hanya terdiam dan menatap tidak percaya, dunia serasa berhenti. Baru pertama kali aku merasakan perasaan ini. Aku bahkan tidak mendengar suara apapun.

Me & Introvert HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang