03 #1

4.1K 104 1
                                    

Chapter III

Lamaran

Tanpa kusadari, akhir pekan ternyata sudah tinggal esok hari. Mama dan aku pergi berbelanja untuk bahan masakan supaya dapat disantap bersama. Tapi sedikit bingung juga, karena Jendra kurang begitu suka dengan makanan rempah-rempah. Lalu aku dan mama harus buat masakan apa? Duh, bingungnya.

"ya sudah kita masak seperti biasa saja, kalau dia pengertian pasti dia mau kok makan masakannya, apalagi yang buat mama" kata mama dengan bangga, aku hanya tertawa.

Betul juga sih kata mama, yasudah deh memang kita sebagai warga negara Indonesia harus menjunjung tinggi rempah-rempah. Jendra tidak mungkin menolak apalagi didepan orang tuaku nantinya.

Jendra tiba-tiba menelfon, dan aku langsung menerima panggilan itu.

"ya, hallo?" kataku santai.

"kamu sedang dimana dan sama siapa?" kata Jendra tiba-tiba.

"hah? Aku lagi sama mama di pusat perbelanjaan. Kamu kenapa kok bertanya seperti itu?" kataku, pertanyaannya aneh.

"oh, benar. Aku ada dibelakangmu"

"hah?"

Dengan cepatnya aku memutar kepalaku, dan terkejut ketika melihat Jendra dan Hayse sudah ada dibelakang kami. Mama pun ikut menoleh kebelakang.

"mama, Hayse kangen!" teriak Hayse sambil berlari kearahku dan langsung memelukku seperti biasa.

"wah, mama juga kangen sekali denganmu" kataku.

Jendra memberi salam kepada mamaku, wajah mama sudah kebingungan. aku mengenalkan Jendra pada mama, dan beliau sangat terkejut.

"oh, ya ampun. Kamu tampan sekali! Kamu juga lucu sekali, siapa namanya Hayse ya?" kata mama dengan senang. Jendra hanya tersenyum saja.

"kalian sedang apa disini?" bisikku pada Jendra.

"aku hanya membeli sedikit untuk besok." kata Jendra pelan.

"jangan repot-repot , kamu gak sibuk hari ini?" kataku, tapi dia hanya menggidikkan bahunya. "hari ini dan besok aku tidak sibuk" katanya.

Pandangan kami kemudian mengarah kearah Hayse yang sudah mulai akrab dengan mamaku. Aku tertawa dalam hati, mungkin mama sudah mendamba-dambakan seorang cucu.

"wah, matanya indah sekali. Apa dia keturunan luar negeri?" tanya mama pada Jendra.

" dia keturunan prancis" jawab Jendra singkat.

"aduh, imutnya. Di juga sudah pandai bicara ya, anak yang pintar" mamaku terus memuji tiada hentinya. Hayse juga terlihat senang.

Yah, awalnya aku juga begitu. Hayse adalah anak yang spesial, dan ayahnya adalah orang yang luar biasa, tapi Jendra sedikit egois.

"besok mau datang jam berapa?" tanyaku.

"mungkin sekitar jam 10, atau siang mungkin" katanya, jamnya masih belum pasti.

Akhirnya aku dan mama pulang diantar dengan mobil Jendra. Sayangnya, Jendra tidak ingin mampir ke rumah dikarenakan harus pergi ke kantor. Aku mencium pipi Hayse berkali-kali sebelum mereka pergi pulang.

"huft, mama lega ternyata calonnya mapan dan kelihatannya baik juga, tapi dia kelihatan dingin sikapnya, apa memang seperti itu orangnya?" tanya mama.

"iya dia sedikit dingin, tapi kalau sudah kenal gak terlalu kok ma." Jelasku.

Jendra dingin? Ya memang benar sih, dia selalu bicara singkat namun jelas. Kalau dipikir-pikir dia juga jarang berbasa-basi. Jedra lebih kepada Orang yang langsung to the point saja.

Me & Introvert HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang