:: (18) Pemenang

32 3 0
                                    


-hanya saja. Entahlah-
.
.

Baik Febby maupun Fandu hanya diam di balik wajah mereka, menyusuri perjalanan komplek di malam ini menuju rumah mereka.

Melewati jalanan kerikil kehidupan asek asek. Fokus!

Namun Febby sedari tadi sudah tidak tahan lagi menahan pipis eh salah wkwk. Menahan perasaan, rasa ingin mengutarakan pertanyaan yang menggelut di otak dan hatinya. Pikirannya terasa sudah bergelut di ronde terakhir.

Kemudian Febby menghentikan langkahnya secara mendadak "Fan? Lo itu sebenernya kenapa sih? Gue gak abis pikir lagi deh sama sikap lo" Febby menggeleng heran menatapi wajah Fandu yang kini berubah datar menatap Febby.

"Apa? Gue gak apa kok" jawab Fandu mendongakkan wajahnya. Seolah menantang perkataan Febby barusan.

Mendengar ucapan Fandu yang begitu datar kayak jalan tol palembang, ingin rasanya Febby melempar sesuatu di wajah Fandu kala itu namun beruntung Febby sedang berbaik hati malam ini karna itulah pikiran setan itu tidak jadi ia lakukan.

"Ssh. Pengen di tabok yah, heran gue lo itu kayak berkepribadian ganda gitu, kira-kira sekitar 3,5 ato 7 lah kepribadiannya udah kayak formasi sepak bola kan?" Febby menggerutu  terhadap sikap Fandu yang kini sudah berubah lagi.

Fandu menghela nafasnya sembari menahan senyum "oke. Gue minta maaf yaah. Kemarin gue gak dateng ke cafe, alesannya karna gue kesel sama lo yang deket-deket sama Acil waktu itu, jadi gue pengen buat lo ngerasain gak enak nunggu lama-lama. Terus gue juga mau minta maaf karna udah bersikap dingin kayak balok es kelapa muda dan malah jadi ngebahayain lo tadi" papar Fandu dengan senyum usilnya.

Febby melongo dengan mulut membentuk hurup K eh salah maksudnya huyup O hehe. Mendengar penjelasan Fandu seperti menemukan jawaban dari hasil perkalian logaritma.

Setelah beberapa saat Febby puas melongo akhirnya ia lanjut berjalan pelan awas ada anak-anak. Eh hehe "oke sekarang gue pengen nanya sama lo"

"Nanya paan lagi? Kepo amat" ledek Fandu.

Febby menjawab "bodo. Pertama kenapa lo kesel gue deket sama Acil? Padahal gue cuma ngobrol doang, kedua kenapa lo tiba-tiba bersikap dingin dan malem-malem malah pergi ketempat yang kayak tadi?" Tanya Febby dengan sedikit gerakan tangan yang mengisyaratkan pertanyaannya.

Fandu terkekeh melihat tingkah Febby secara langsung.

"Jawaban yang pertama : gue nggak tau alasannya kenapa gue kesel" Fandu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Kemudian menambahkan "Dan jawaban yang kedua itu, karna tante Tamara nelpon gue buat jemput lo dirumah Titi, oke gue mau. Tapi pas gue mau keluarin motor gue eh ternyata lo lagi jalan mau pulang kerumah. Nah gue punya ide buat nakutin lo biar gak usah pulang malem-malem kayak gini lagi, apalagi masih pake seragam sekolah begini. Karna itu juga nyokap lo jadi khawatir dan minta tolong sama gue buat jemputin lo, kan jadi ngerepotin gue" papar Fandu panjang kali lebar sama dengan luas banget.

Febby melongo untuk ke seribu kalinya, mencerna baik-baik perkataan Fandu barusan melalui ususnya. Jadi poop dong hehe. Ia tak habis pikir apa yang sebenarnya Fandu lakukan terhadap dirinya yang lemah ini.

Rasanya Febby hanyalah kecebong aer yang sedang belajar berenang di tepi empang tidak dapat apa-apa. Padahal sebenarnya Febby itu sebuah kodok raksasa hijau yang tak mampu menampakkan diri. Jadi ngawur.

Dibalik CoklatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang