Kini kutahu bila cinta tak bertumpu pada lidah, lidah bisa berkata namun hati tak sejalan kata-kata tak menjamin cinta
Untuk Apa-Maudy Ayunda
.
.Febby hanya diam menunggu seseorang yang ia harap kehadirannya di ruang musik siang ini.
Tas berwarna navy masih menggantung di pundaknya, kakinya mengetuk ngetuk lantai ruangan sehingga menghasilkan nada yang teratur.
Rasa gelisah pun melanda pikirannya yang kini berkalut tak tau arah, ia hanya menatapi sebuah gitar yang tersandar di sebuah dinding di sebrang sana.
Hingga pada akhirnya ia menemukan suatu suara yang berasal dari sebelah kirinya.
"Maaf gue telat" sapa seorang itu.
Febby menoleh ke arahnya "nggak papa, ada yang harus gue omongin ke lo Ki" papar Febby to the point.
Rizki mengangguk paham "ya udah kita duduk disitu aja" ia menunjuk ke arah bangku yang berada tak jauh dari mereka berdiri.
"Hmm"
Febby dan Rizki saling menghelas nafas.
Febby bingung harus mulai dari mana.
"Maaf gue lancang, gue cuma mau nanya sebenernya gimana perasaan Fandu sama Citra?" Tanya Febby.
Rizki tersenyum miring "lo masih nanya itu ke gue? Lo udah nanya lebih dari 10 kali loh dalam minggu ini"
Febby tertegun, ia tak menyangka Rizki menghitung semua pertanyaan yang ia lontarkan pada Rizki beberapa waktu lalu.
Hari ini sudah hari ke 7 Febby selalu menemui Rizki untuk mengetahui apa yang kini tengah ia rasakan.
Febby diam.
"Lo suka ya sama Fandu?" Tanya Rizki.
Mendengar pertanyaan itu, ingin rasanya Febby mengangguk mengiyakan namun sayang, otaknya malah menggeleng cepat saat Rizki melontarkan kalimatnya barusan.
"Nggak, gue nanyain dia bukan berarti suka Ki, ya cuma gue peduli aja sama dia. Gue cuma mau dia terus bersifat kayak sekarang, jangan dingin kayak dulu lagi"
"Gue tahu diri" batin Febby.
Rizki menggaruk kepalanya "dan itu jawaban lo yang ke 5 kali saat gue tanya lo suka sama Fandu atau nggak"
Febby diam kembali.
Entah kenapa tiba-tiba Rizki tertawa.
"Hahah lo lucu, kayak orang nggak pernah jatuh cinta aja. Gayanya ketawan banget"
Febby membulatkan matanya "ha? Ketawan gimana?"
Rizki hanya tersenyum dan mengangkatkan bahunya.
●●●
Febby membuka pintu toko dengan lembut.
Wajahnya sayu, keringatnya masih bersisa di keningnya yang membasahi poninya.
Tamara meliriki anaknya yang baru saja pulang dari sekolah.
"Lecek banget mukanya udah kayak jemuran kering" ledek Tamara yang membuyarkan lamunan Febby.
Febby memutarkan bola matanya "hmm Febby capek ma, Febby langsung ke kamar aja ya ma"
Tamara hanya balas tersenyum dan menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Coklat
JugendliteraturGa seromantis itu sayangnya, bagi gue jatuh cinta adalah hal tragis. Bagi diri gue, menyukai seseorang adalah sebatas menyimpannya didalam hati, berharap jika suatu saat nanti seseorang itu mengetahuinya dan berharap ia memiliki perasaan yang sama...