:: (13) Senyuman

48 3 0
                                    

Krakk!!!

Pintu terbuka

Kini,
Fandu masuk ke dalam kamarnya setelah tadi bertemu mamanya--Ana di ruang bawah dan memberitahu Fandu bahwa Ayahnya akan segera sampai lagi.

Fandu pun cukup senang mendengar hal itu.

Fandu melempar tasnya dengan asal ke pojok kamar kemudian ia mulai membuka kancing kaus seragamnya satu persatu dilanjutkan dengan mengusap wajahnya yang sedikit berkeringat.

Tangan Fandu meraih handuk yang tersedia di samping pintu kamar mandi di dalam kamarnya kemudian masuk ke kamar mandi tersebut untuk mendinginkan tubuhnya dari rasa terbakar.

Setelah selesai berkeramas Fandu mengaitkan handuknya di perutnya membiarkan dadanya terbuka kemudian mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil berwarna putih.

Setelah setengah jam lamanya Fandu keluar dari kamar mandi, ia pun membuka pintu dengan perlahan kemudian berdiri di depan pintu untuk menggosok rambutnya kembali, mata Fandu melirik ke atas kasur berwarna coklat tua miliknya.

Entah kenapa mata Fandu melotot dan ia mendenguskan nafas terkejut.

"Whoaa!" Fandu terperanjat menyadari sosok laki-laki yang ada di depannya sedang berbaring tanpa rasa berdosa dengan toples berisi kacang polong di tangannya.

Laki-laki itu menatap Fandu dengan alis yang terangkat, tanpa basa basi laki-laki itu pun bersuara.

"Lo luluran apa perawatan kecantikan sih Nat? Lama amet" Ujarnya sambil mengunyah kacang di mulutnya.

Nat? Fandu Winata. Ya! Hanya satu makhluk hidup di dunia ini yang memanggilnya dengan nama Nata, ya elah siapa lagi kalo bukan bang Rio?!!! Kakak laki-laki yang selama ini selalu menyayanginya.

Fandu melempar handuk kecil ke arah kakaknya yang satu itu, dan menampar wajahnya dengan lembut.

"Mimpi nih gue!" ucapnya menyadarkan, dan kembali menatap lelaki yang ada di hadapannya saat itu.

Rio menangkap handuk itu dengan kesal "eh buset, gini ya cara lo ngucapin selamat datang ke gue?! Dasar adek durhaka" Gerutu nya sambil duduk di kasur menatap Fandu dengan segala kegilaan yang tak tertahankan melihat ekspresi adik bungsunya itu.

Fandu melangkah secara perlahan dan mengatakan "Lo beneran bang Rio?!" ujarnya dengan heran.

"Bukan!! Gue setan!!" Jawabnya dengan kesal, "masa lo gak ngenalin abang lo yang ganteng ini sih Nat?! Berapa lama banget emang kita udah gak ketemu?! Sampe-sampe lo lupa sama muka gue yang rada polos ini?! Oke cukup tau aja lah ya, lo udah lupa sama abang lo yang ganteng ini!" celotehnya sambil mengunyah kacang polong.

Fandu berdiri di depan kasurnya dengan kedua tangan yang berada di pinggulnya kemudian menatap laki-laki itu dengan tatapan menghujam, "Bang! Serius ini, lo kemana aja sih selama ini?! Pake kabur segala, ngerepotin gue aja tau gak buat nyariin lo! Cape gue nyariin lo, aa gue tau! Lo selama ini ngumpet di kamar gue kan? Ngaku dah lo bang"

"Kutu kupret yah lo Nat! Bangke kecoa! Sini nggak lo! Ngerepotin pala lu, lo nyariin gue aja kagak, pake sok care segala najis dah gue, aduhh gini ni kalo punya adek cowok bawaannya pengen marah-marah kayak cewek lagi dapet" Ucapnya sembari memijit pelipisnya.

Tanpa sadar Fandu pun tertawa geli mendengarkan hal itu.

"Hahah"

"Kenapa lo ketawa?!" pekik Rio

"Nggak lucu Nata!" pekiknya sekali lagi.

"Slow bang, gue gak mimpi berarti, gue cuma mau mastiin lo beneran abang gue ato jelmaan" Fandu tertawa geli dan duduk di atas kasur.

Dibalik CoklatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang