CAUTION!!
Terdapat Adegan Kekerasan dan Tindakan Bullying__________________________________
"Kaulah bintang, kaulah cahaya, dan akulah pusat di atas panggung."
Bagi setiap orang, self-affirmation adalah yang terpenting dalam memulai sesuatu. Begitulah yang kulakukan sebelum naik ke atas panggung. Dengan pikiran positif, aku yakin dapat menyuguhkan penampilan terbaik di sana. Kang Sung-jung adalah aku di luar panggung; di atas sana, mereka meneriakkan nama 'Alex', nama panggung yang begitu kubenci.
"Heh, jangan melamun! Kita harus segera naik ke atas panggung," ucap Chong sambil menepuk pundakku dengan kasar.
Aku mengangguk dan mencoba mengalihkan pikiranku dari kebencian terhadap nama panggung itu. Langkah kakiku terasa berat, tetapi aku tahu tidak ada jalan kembali. Musik mulai mengalun, dan sorak-sorai penonton semakin keras saat kami muncul di atas panggung.
Lampu sorot menyilaukan mata, tetapi aku sudah terbiasa. Aku tersenyum dan melambaikan tangan kepada penonton, berusaha menutupi kegelisahan yang masih bersemayam di dalam hati. Mereka melihat 'Alex', sosok yang penuh percaya diri dan karisma, bukan Kang Sung-jung yang rentan dan sering meragukan dirinya sendiri.
Aku berdiri di tengah panggung, mengambil posisi, dan menatap penonton dengan tajam. Ini adalah momen yang selalu kutunggu-tunggu dan sekaligus kutakuti. Musik berubah menjadi lebih keras dan ritmis. Dengan isyarat tangan dari Chong, kami mulai menampilkan koreografi yang telah kami latih berulang kali.
Selama beberapa menit, aku terhanyut dalam gerakan dan ritme. Setiap langkah, setiap lompatan, terasa seperti bagian dari diriku yang sebenarnya. Di tengah lagu, aku mendapat bagian solo, dan saat itulah aku merasakan energi penonton yang tak terbatas. Mereka bersorak, berteriak, dan aku merasa seolah terbang.
Namun, di balik topeng kebahagiaan itu, ada sebuah lubang yang tidak bisa kututupi. Aku berpikir tentang diriku yang sebenarnya, tentang Kang Sung-jung yang tersembunyi di balik nama 'Alex'. Apakah penonton akan menyukai diriku yang sebenarnya? Atau mereka hanya menyukai ilusi yang kutampilkan di atas panggung?
Lagu berakhir dengan gemuruh tepuk tangan dan sorakan. Aku tersenyum dan membungkuk, menyembunyikan perasaan sebenarnya di balik wajah penuh kemenangan. Saat kami meninggalkan panggung, aku merasa kelelahan, bukan hanya fisik, tetapi juga mental. Di belakang panggung, aku menghela napas panjang dan mengusap keringat di wajahku.
"Kau melakukannya dengan baik, Alex," kata Chong sambil menepuk bahuku. Aku hanya bisa tersenyum dan mengangguk, meskipun di dalam hati aku bertanya-tanya kapan aku bisa benar-benar menjadi diriku sendiri.
Aku berjalan menuju ruang ganti, berharap bisa menemukan ketenangan sejenak. Tetapi, yang kutemukan hanyalah bayangan diriku sendiri di cermin, memandang balik dengan tatapan yang sama lelahnya.
"Kapan aku bisa berhenti menjadi 'Alex' dan menjadi Kang Sung-jung?" tanyaku pada diri sendiri. Namun, cermin itu hanya diam, mencerminkan kebisuan yang sama seperti hatiku.
"Kamu sudah bekerja keras, kok." kata Jisung sambil tersenyum lembut padaku.
Aku hampir melompat karena dia tiba-tiba muncul seperti hantu, "Hyung, jangan membuatku terkejut begitu."
Jisung terkekeh, "Aku tidak membuatmu kaget, hanya kamu yang melamun sambil berjalan. Adik kecil." katanya.
Aku juga kurang menyukai sematan panggilan 'adik kecil' yang kadang digunakan padaku, memang aku yang paling termuda namun menjengkelkan jika terus diperlakukan seperti anak kecil di usiamu yang sudah menginjak kepala dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ummi & Abi [REVISI]
RomanceJadi ibu itu gak gampang ya, apalagi single mom pasti lebih susah lagi. Tapi sesulit apapun cobaan harus tetap dilewati dengan semangat, insyallah Allah pasti akan membantu jika kita ikhlas dan kuat. -END