~Gravitasi membuat waktu bisa mengembang dan mengerut, tapi tak akan pernah kembali ke masa lalu. Semua akan pergi dan menyisakan kabut~
***
Gadis berambut cokelat itu menutup pintu di belakangnya sebelum melangkahkan kaki meninggalkan ruangan tempatnya menyimpan toolbox beserta kotak biru yang berisi robot timnya. Netra abu-abu gadis itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan berbelok ke arah lapangan. Bangku di depan kelasnya yang mengarah ke lapangan terlihat sepi, membuatnya melanjutkan langkahnya untuk duduk di sana. Maniknya menatap seseorang yang sedang bermain di tengah sana. Di sisi lapangan yang lain netranya menangkap beberapa gadis yang meneriaki seseorang yang tengah menggiring bola itu. Baginya, ini satu-satunya cara membunuh kebosanan ketika jam ekstrakurikuler saat keadaannya tak mampu menjangkau rooftop seperti sekarang ini. Waktu yang tak terlalu banyak dan luka di lututnya yang tak sepenuhnya kering membuatnya malas menaiki puluhan anak tangga.
"Hei," panggil seseorang dengan seragam futsal sekolahnya yang melangkah semakin mendekati gadis berambut cokelat itu.
"Jadi pulang bareng, kan?" tanyanya seraya mencoba duduk di samping gadis yang membalas dengan anggukan.
"Kak Alfa banyak yang suka ya?" tanyanya menatap wajah pemilik manik hitam yang mengusap peluh dengan tangannya itu.
"Kenapa?" tanyanya sambil mengunyah permen karet.
"Ya emang nanya gak boleh?" katanya balik bertanya. Tawa kecil lepas dari bibir cowok yang sekarang menyandarkan punggungnya itu.
"Maklum, lah. Anak basket, futsal, sapa yang gak tertarik?"
"Gue," Gamma yang mendengar pengakuan itu memajukan wajahnya dengan senyum yang tercetak jelas di bibirnya. Gemi menatapnya dengan kening berkerut, membuat Gamma mengulum bibirnya untuk menahan senyum.
"Gue ganti baju dulu, nanti lu nunggu di parkiran juga boleh si kalo lu mau." pesan cowok yang sekarang bangkit dan punggungnya menjauh dari pandangan Gemi. Gadis yang masih menatap punggung kokoh cowok yang baru saja duduk di sampingnya itu ikut bangkit setelah netranya sudah tak bisa menangkap punggung yang sedari tadi ditatapnya. Kelas yang semakin ramai karena beberapa menit lagi suara bel pulang berbunyi membuatnya berdecak. Gemi yang sudah tak melihat barang-barang teman sebangkunya itu mengangkat sebelah alisnya dan segera mengemasi barang-barangnya. Tepat saat tangannya berhasil memasukkan pulpen biru sebagai barang terakhir miliknya, bel pulang berbunyi. Ranselnya segera ia sampirkan di kedua pundak sebelum meninggalkan kelas. Sebuah panggilan membuat gadis dengan netra abu-abu itu berbalik dan berhenti sejenak menunggu seseorang yang sedang berlari menuju tempatnya berdiri.
"Sudah siap?" tanya Gamma dengan nada formal yang membuat gadis tadi tertawa kecil. Seakan ada yang menggelitiki perutnya, Gamma mengembangkan senyumnya melihat gadis di sampingnya tertawa. Keduanya berjalan beriringan menuju parkiran. Gemi yang sudah bisa mengontrol dirinya sudah mulai terbiasa berada di dekat cowok yang sedang menyisir rambut setengah basahnya dengan tangan.
"Ih lu masih keringetan ya?" Gemi yang menyadarinya melepas ranselnya dan mengambil beberapa lembar tisu.
"Nih, keringin dulu. Lu pake helm, kan? Daripada helm lu bau," Gamma mengambil tisu yang disodorkan Gemi dan segera mengelap rambutnya dengan cepat sebelum sampai di parkiran. Tangannya melempar tisu bekas ke tong sampah yang baru saja ia lewati. Langkah keduanya berhenti di samping motor hitam milik cowok yang sekarang menyodorkan helm putih pada gadis yang sedang menatap motor di sampingnya itu.
"Nih, lu bisa pasang sendiri?" Gemi hanya mengangguk sebagai balasan tanpa mengalihkan pandangan.
"Kenapa?" tanya Gamma dengan sebelah alis terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCUMPOLAR [NEW VERSION]
Teen FictionIni bukan tentang aku dan dia. Ini bukan tentang aku yang dikenal sebagai most wanted. Ini bukan hanya tentang remaja yang dilanda asmara. Ini bukan tentang bahagia setelah duka, seperti kata orang, pelangi akan hadir setelah hujan lebat. ...