~Hidup itu seperti sebuah penelitian, kamu melakukan sesuatu ketika kamu sendiri tidak tau apa yang sedang kamu lakukan~
***
"Gue tebak lu udah ada rasa ya sama cewek mata abu-abu itu?"
"Apaan sih, nggak lah. Gue ini teguh,"
"Mprreet, teguh pala lu? Ngajakin dia ke taman aja ribet banget. Lagian pake bilang mau ngenalin ke gue juga. Sekarang gue tanya sama lu, apa yang lu rasain pas nembak dia malem itu?" tanya Alfa yang masih berusaha menyadarkan sahabatnya. Gamma menelan salivanya sebelum menatap sahabatnya itu.
"Gue capek lu curigain terus, Fa. Lagian gue ngajak dia ke sini biar dia nyaman sama gue dan dia gak curiga. Kenapa jadi lu yang ribet si?" nada Gamma terdengar sinis.
"Nah kan, lu malah gak jawab pertanyaan gue. Gue gak peduli alasan lu ngajak dia apa. Gue cuman mau ngingetin lu aja mengenai rencana lu, kenapa malah sewot atau lo jangan-jangan beneran suka sama dia?" tembak Alfa membuat pemilik manik hitam itu mendengkus.
"Haha, gue mana bisa cinta sama cewek yang udah ngerebut papa gue, Fa"
"Lu itu ya, sulit banget dibilangin!"
"Gue udah bilang, gue cuman mau balas dendam sama Gemi,"
"Serah lu dah, nanti juga bakal kemakan omongan sendiri. Mana dia kok gak dateng-dateng?" tanya sahabatnya itu seraya menyalakan layar ponsel untuk mengecek jam yang tertera di sana. Ia sudah cukup lelah melihat sikap sahabatnya yang seakan sudah melupakan rencananya sendiri. Gamma hanya mengedikkan bahu menanggapi pertanyaan tadi lalu mengecek ponselnya. Bersamaan dengan itu ponselnya bergetar menandakan pesan masuk.
"Dia gak dateng, katanya ada urusan mendadak. Yaudah ayo balik,"
***
Gadis berambut cokelat itu menatap sekelilingnya yang penuh dengan warna putih. Maniknya mengerjap saat cahaya yang masuk belum sesuai dengan matanya. Pandangannya beralih pada tirai biru di sampingnya, di balik tirai tersebut terdengar dua orang yang sedang berbicara. Indra pendengarannya tak bisa mendengar jelas pembicaraan keduanya. Ia beralih menatap langit-langit mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi hingga sebuah ingatan terlintas dalam benaknya membuatnya setengah berteriak.
"Kenapa?" seorang cowok tiba-tiba saja muncul dari balik tirai. Gadis itu mencoba mengingat siapa cowok itu tapi tak terlintas sedikit pun ingatan mengenai cowok itu membuatnya semakin bingung mengapa cowok itu berinteraksi dengan dirinya.
"Lu tadi pingsan tapi kata dokter lu gak apa-apa cuman gegara syok aja. Lu juga udah boleh pulang. Sebagai pertanggung jawaban gue karena udah nabrak lu gue anter lu balik," kata cowok yang sekarang berdiri di samping brankar Gemi.
"Mobil gue masih di sana," ujar Gemi mengingat ia meninggalkan mobil merahnya di parkiran taman.
"Mana kunci mobil lu, gue ambil. Lu tunggu sini sekalian gue yang anter pake mobil lu," ujarnya. Gemi menoleh untuk mencari tas birunya hingga maniknya berhasil menemukan benda itu dan segera meraih tasnya di nakas dekatnya. Tangannya dengan cepat merogoh sebuah kantong kecil di bagian depan untuk mencoba mencari kunci mobilnya dan segera memberikannya pada orang yang ia sendiri tak kenal. Belum sempat berkata, orang yang baru saja menabrak Gemi itu pergi begitu saja setelah berhasil meraih kunci itu dan membuka sebuah surat nomor kendaraan yang tergantung di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCUMPOLAR [NEW VERSION]
Teen FictionIni bukan tentang aku dan dia. Ini bukan tentang aku yang dikenal sebagai most wanted. Ini bukan hanya tentang remaja yang dilanda asmara. Ini bukan tentang bahagia setelah duka, seperti kata orang, pelangi akan hadir setelah hujan lebat. ...