~Belajar alam semesta yang amat luas agar aku bisa mencari tempat lain yang tak mengenal cinta hingga tak ada satu pun penghuni yang tersakiti~
***
Baru beberapa langkah gadis itu meninggalkan sang iris cokelat, suara pukulan membuatnya berbalik untuk mencari tahu apa yang terjadi. Napasnya tercekat saat maniknya menangkap buku-buku tadi kembali berserakan kembali dengan Nata yang sedang memukuli wajah cowok tadi. Seragamnya yang berbeda dari seragam yang Nata pakai terlihat sangat kontras, seakan Nata sedang memukuli siswa sekolah lain. Bahkan gadis itu baru menyadari kalau seragam seseorang yang tadi menabraknya sedikit berbeda dengan seragam yang ia kenakan. Namun, buku yang sempat ia bereskan tadi sepertinya buku yang dipakai oleh sekolahnya.
"Ngapain lu di sini??"
Teriakan Nata membuat gadis tadi tersadar dan kembali menatap kejadian yang ada di depannya. Untungnya sekolah masih sepi karena saat itu masih terbilang pagi. Gadis itu masih terpaku, tak berniat bergerak barang sesenti pun. Ia menelan salivanya susah, tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Pikirannya ingin memerintah untuk berbalik dan segera melanjutkan langkahnya menuju kelas, tapi entah mengapa kakinya tak bisa diajak kerja sama. Ia masih diam di tempatnya, menyaksikan sang hazel yang kalap. Gadis itu seakan sedang menyaksikan seorang algojo yang ingin menghabisi seseorang, pasalnya cowok dengan iris cokelat itu tak berniat melawan sedikit pun. Tatapan cowok itu begitu datar, tak ada gurat kebencian di dalam sana dan membiarkan Nata menyakiti tubuhnya.
Gadis pemilik rambut cokelat itu akhirnya bisa bernapas lega setelah Pak Dadang datang dan memisahkan mereka, lebih tepatnya menenangkan Nata karena hanya Nata yang memukul, tak ada perlawanan dari cowok itu. Nata mengembuskan napas kencang dan memilih pergi meninggalkan laki-laki yang sudut bibirnya berdarah itu. Pemilik manik cokelat itu mengusap sudut bibirnya kasar sebelum berjongkok dan memunguti buku-buku yang sudah jatuh untuk kedua kalinya itu dibantu Pak Dadang. Laki-laki itu bangkit setelah dibantu Pak Dadang yang sekarang meninggalkannya untuk kembali ke pos satpam. Tatapan laki-laki tadi beralih pada gadis dengan netra abu-abu yang menatap kejadian tadi. Namun, gadis itu segera berbalik untuk kembali melangkah menuju kelasnya.
***
Entah mengapa seakan ada yang membisikkan sebuah pesan mengenai apa yang akan dilakukan semesta jika ia memilih untuk tetap duduk di bangku pojok kelasnya ketika sebagian besar penghuni kelas itu memilih mengisi perutnya untuk menghabiskan waktu istirahat yang dianggap singkat ini. Gadis itu memutuskan untuk bangkit setelah teman sebangkunya menghilang di balik pintu kelas. Ia melangkahkan kakinya menyusuri koridor sambil sesekali menghela napas berat, seakan ada yang membuatnya terbebani. Gadis dengan rambut cokelat itu diam sejenak saat kakinya akan menuruni tangga curam, tempat yang juga berperan dalam kisahnya ini. Ia menelan salivanya yang terasa susah sebelum menapaki anak tangga di hadapannya satu persatu.
Gadis itu menghampiri sebuah bangku yang menghadap sebuah pohon besar. Ia memejamkan matanya sejenak seakan sedang berkomunikasi dengan semesta. Gadis itu duduk dengan punggung bersandar dan tatapan terarah pada sebuah daun kuning yang masih menggantung di sebuah ranting pohon besar di hadapannya. Tempat itu jauh dari ramai sekolah yang sering membuatnya sesak. Suara angin pun terdengar dari indranya. Daun yang tadi menarik perhatiannya terbang tertiup angin, netranya mengikuti arah geraknya hingga maniknya menangkap seseorang yang sedang berdiri tak jauh darinya. Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya ke depan berusaha menghiraukan sekarang langkahnya terdengar mendekati gadis yang duduk di bangku itu. Ia mendudukkan dirinya di samping gadis yang mencoba tak peduli akan kehadirannya.
"Nanti jalan, yuk." ajak laki-laki yang ikut menatap pohon di hadapan keduanya. Namun, gadis itu masih diam seakan tidak ada yang mengajaknya bicara. Laki-laki tadi menoleh karena ajakannya tidak direspons, maniknya menatap wajah gadis di sampingnya itu yang terlihat datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCUMPOLAR [NEW VERSION]
Teen FictionIni bukan tentang aku dan dia. Ini bukan tentang aku yang dikenal sebagai most wanted. Ini bukan hanya tentang remaja yang dilanda asmara. Ini bukan tentang bahagia setelah duka, seperti kata orang, pelangi akan hadir setelah hujan lebat. ...