Circumpolar 12

315 22 2
                                    

~Senja menggores jingga dalam tenggelam biru, menarik sudut manis sang malam. Membuka harapan dalam kelam tak bersudut~

***

Binar bahagia terpancar dari manik abu-abunya. Bibir mungilnya tak henti menyunggingkan gurat bahagia yang terealisasikan melalui sebuah senyum manis. Bahkan, langkahnya terlihat lebih riang. Ia kembali menatap layar ponselnya. Helaan bahagia terdengar begitu netranya kembali membaca deretan aksara yang ada di sana. Degup jantungnya masih belum bisa kembali normal. Padahal, ajakan itu sudah ia setujui sejak tadi malam hanya saja pengirim pesan itu kembali mengingatkan mengenai rencananya, pemilik rambut cokelat itu semakin tak sabar menunggu malam tiba.

"Kak," Panggilan itu membuat langkah bahagia gadis dengan netra abu-abu itu terhenti dan membalikkan badannya, mencari sumber suara yang ia duga memanggilnya. Pandangannya menangkap tubuh milik Nata yang melangkah semakin dekat dengannya.

"Ya?" tanya gadis itu, masih tak bisa menghilangkan gurat bahagia yang terpancar dari wajah manisnya.

"Nanti malem, katanya Kak Iqbal kumpul di lab robot buat tes lagi, sekalian dihias biar menang best design." jelas pemilik manik hazel itu.

"Tumben dadakan gini? Gue gak bisa nanti malem," binar manik abunya memudar.

"Kak Nanda katanya juga gak bisa, Kak. Gimana?" Wajah imut milik Nata tampak menyendu.

"Hem. Gimana ya?" Raut gadis dengan rambut yang dikucir kuda itu tampak sedang mencari titik terang, bibir kiri bagian bawahnya ia gigit dengan taringnya yang tidak terlalu tajam, ditambah alis kiri yang naik sambil memainkan bola matanya, seperti memikirkan sesuatu. Wajah itu berhasil membuat Nata harus menahan napas berkali-kali demi meredakan degup jantungnya yang semakin tak normal. Gadis dengan netra abu-abu itu tetap pada posisinya, membuat sang hazel semakin ingin mencubit pipi gadis itu yang melebihi volume pipi pada umumnya.

"Gimana kalau gini aja, lu gak usah dateng aja nanti. Gue bawa robotnya, gue yang mau cek sendiri fungsinya, perkara design nanti omongin chat aja atau lu buat mpc, Nanda lu gabungin. Ya selesai nggaknya bergantung nanti. Gimana?" Suara itu membuat sang hazel segera menegakkan tubuhnya dan kembali pada alam sadar sepenuhnya. Tak lama, terlihat anggukan.

"Oke. Bisa tolong lu ambilin robotnya? Nanti anter ke parkiran ya, gue kasian sama yang pulang bareng gue. Takut nunggu lama," Nata hanya bisa mengangguk menanggapi perintah dari gadis di hadapannya. Ia melangkahkan kakinya menuju lab robot untuk segera memberikan komponen robot pada gadis yang sudah berhasil membuatnya senam jantung sore ini.

Sang hazel menyusuri lapangan dengan tangan kiri memegang toolbox dan tangan kanan memegang kotak berisi sebuah robot yang siap dicoba. Ia mempercepat langkahnya mengingat gadis tadi masih menunggunya. Pemandangan menyakitkan kembali tersuguhkan di hadapan manik hazelnya. Sebuah tangan yang menepuk puncak kepala gadis yang sekarang memunggunginya membuat sang hazel kembali menghela napas. Ia secepat mungkin sampai di hadapan gadis itu, agar mereka berhenti melalukan hal yang membuat sang hazel semakin kesal.

"Ini Kak, toolbox sama komponen robotnya." Suara itu membuat sang netra abu-abu membalikkan tubuhnya.

"Oh iya, makasih, Dek." balasnya seraya mengambil alih dua benda di tangan kanan dan kiri sang hazel. Tubuhnya kembali ia balikkan menghadap cowok yang sekarang sudah siap dengan motor hitamnya lengkap dengan helm yang sudah terpasang dan menutupi sebagian wajahnya. Tangan cowok itu bergerak mengambil helm di depannya dan memakaikannya pada gadis di sampingnya melihat kedua tangan gadis itu penuh.

"Ayo, naik!"

"Susah," ucap gadis itu menaikkan kedua alisnya, membuat cowok pemilik iris hitam legam itu tersenyum di balik helmnya.

CIRCUMPOLAR [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang