~Kenapa aku masih saja berharap, walau aku tau harapanku sendiri yang mengkhianatiku~
***
Pemilik manik hitam itu meregangkan tubuhnya setelah pesawat benar-benar berhenti. Pandangannya beralih pada gadis yang duduk di sampingnya sekaligus dekat jendela. Gadis itu masih diam dengan napas yang tak teratur membuat Gamma menawarkan bantuan tapi gadis itu menolak. Cowok itu masih menatap gadis di sampingnya hingga gadis itu memilih menoleh dengan sebelah alis terangkat.
"Lu gak mabuk, kan?" tanya Gamma memastikan.
"Ya nggak lah." balas gadis itu dengan tatapan tak percaya. Gamma tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi seraya mengusap puncak kepala Gemi hingga suara seseorang membuatnya mengerutkan kening. Tatapannya beralih pada pintu keluar pesawat, tapi penumpang yang mengantri membuatnya tak dapat memastikan dengan baik.
"Tadi lu dengerin gak pas pilotnya announcement sebelum take off?" tanya Gamma pada gadis yang sedang menggulung kabel earphone miliknya.
"Dengerin tapi gak masuk di otak," sahut Gemi yang membuat Gamma kembali berusaha mencari tahu siapa yang berdiri di depan cockpit. Ia juga berusaha mendengar dengan jelas ucapan terima kasih dari pilot maskapai pesawat yang baru ia tumpangi itu.
"Eh San, lu tadi dengerin gak pas pilotnya announcement sebelum take off?" tanya Gamma pada temannya yang sedang menurunkan sebuah koper hitam itu sebelum meninggalkan kedua insan yang masih duduk itu.
"Ayo," ajak gadis yang baru saja berdiri seraya menyampirkan ransel pada kedua bahunya.
"Kenapa?" tanya gadis itu lagi yang melihat gerak-gerik Gamma yang terlihat berbeda dan lebih gelisah. Namun, cowok itu hanya menggeleng dan segera bangkit untuk keluar agar gadis berambut cokelat itu bisa keluar. Tangannya segera menarik lengan gadis yang sedang berjalan di depannya saat maniknya berhasil menangkap sosok pilot yang menerbangkan pesawat itu.
"Kenapa si?" tanya gadis itu lagi.
"Gapapa," jawab Gamma dengan senyum seraya merangkul bahu gadis itu seraya terus berjalan mendekati pintu keluar. Kini ia ingin mengutuk dirinya sendiri yang menyebabkan ia menjadi penumpang terakhir yang turun. Napasnya yang semakin tak beraturan seiring semakin dekat dengan pintu keluar membuat Gemi menatapnya dengan senyuman, berusaha membuatnya lebih nyaman dan ia akui itu.
"Terima kasih," ucap pramugari yang berdiri di sebelah Gamma dan benar dugaannya. Laki-laki yang sekarang berdiri di sebelah pramugari tadi dengan seragam pilot khas maskapai pesawat tersebut lengkap dengan bar empat di bahunya segera menoleh.
"Wah lu naik pesawat gue, Bro?" tanyanya seraya menepuk pundak Gamma, membuatnya tersenyum sekilas seraya memindahkan tangannya dari pundak Gemi ke tangan kanan gadis itu. Kakinya hendak ia langkahkan lagi sebelum sebuah tangan menahan pundaknya.
"Lu gak sekolah? Bukannya hari ini weekday ya? Itu cewek lu?"
"Maaf gue sibuk," balas Gamma semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Gemi dan segera turun membuat Gemi menatapnya tak mengerti. Namun, ia memilih untuk diam melihat wajah pemilik manik hitam itu yang tidak terlihat baik-baik saja.
Gamma masih menggenggam tangan Gemi hingga mereka masuk dalam mobil. Bahkan, cowok itu tak peduli saat teman-teman robotikanya meledeki dirinya yang dianggap terlalu posesif. Gadis dengan rambut cokelat yang dikucir kuda itu memilih tempat duduk paling belakang dan tentu saja Gamma ikut. Gadis itu sengaja memilih tempat itu untuknya bertanya pada sang pemilik manik hitam mengenai semua ini.
"Dia Fajar," lirih Gamma sesaat mobil melaju bahkan tanpa Gemi tanya sebelumnya. Gadis itu memilih diam, membiarkan Gamma untuk melanjutkan.
"Lu tau Senja, kan? Gue juga yakin lu tau ada apa di antara gue sama Senja," Gemi mengangguk ringan walau ia merasakan seakan ada yang mencubit sesuatu di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCUMPOLAR [NEW VERSION]
Teen FictionIni bukan tentang aku dan dia. Ini bukan tentang aku yang dikenal sebagai most wanted. Ini bukan hanya tentang remaja yang dilanda asmara. Ini bukan tentang bahagia setelah duka, seperti kata orang, pelangi akan hadir setelah hujan lebat. ...