Weekend adalah waktunya untuk bersantai-santai atau menghabiskan hari di atas tempat tidur alias tidur sepanjang hari. Sekiranya itulah yang dilakukan Anna setiap weekend. Dia akan bangun bila perutnya terasa lapar setelahnya ia akan tidur kembali membuat Amel sang Mama menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan anak perawannya. Namun, sepertinya kali ini berbeda. Sedari tadi ponsel Anna terus saja berdering. Berkali-kali Anna menolak panggilan telepon itu.
Itulah Anna. Tidak perduli seberapa pentingnya telepon tersebut dia lebih mementingkan waktu tidurnya. Jarang-jarang ia bisa menghabiskan waktu hanya untuk tertidur, hari biasa ia akan sibuk dengan sekolah beserta tugas-tugasnya. Bahkan ia meninggalkan kegiatan rutinnya; menatap langit hingga fajar datang dan jendela kamar Kenziano terbuka menampakkan cowok itu. Ponselnya kembali berdering membuat Anna jengah. Dengan badan telungkup serta mata yang masih memejam--setengah sadar--Anna meraih ponselnya, men-slide layar benda pipih itu, menempelkan benda tersebut di telinganya.
"Hallo..." Sapa Anna malas dengan mata yang terpejam.
"Lo belom bangun, ya?" Tanya orang di sebrang sana.
"Hmm..."
Kenziano tertawa kecil. "Bangun. Temenin gue naik sepeda, yuk!"
"Hmm..."
"Anna bangun. Lo udah bangun blm sih?"
"Hah?" Namanya juga orang masih mengantuk wajar saja jika ngelantur.
Terdengar helaan napas Kenziano. "Temenin gue sepedaan, mumpung masih pagi. Lo bangun, ya... Ntar gue ke rumah lo."
"Iyaa..." Sambung telepon pun terputus, tetapi gadis itu tidak beranjak dari tempat tidurnya--masih dengan ponsel yang menempel di telinga Anna kembali memejamkan matanya.
***
Amel memasuki kamar Anna dan disuguhkan pemandangan yang membuat dirinya menggelengkan kepala--tempat tidur yang berantakan beserta sang empunya masih pulas di dalam alam mimpi. Amel melangkah mendekati tempat tidur Anna, menyibak selimut yang dipakai gadis itu.
"Anna... Bangun, udah ada Kenziano di bawah." Amel mengguncang tubuh Anna, "Ayok, bangun Anna. Kasian itu si Kenziano nungguin kamu."
"Hmm..." Anna bergumam, menggeliatkan tubuhnya, lalu mengubah posisi tidur menjadi membelakangi Amel.
Amel menghela napas. Anaknya yang satu ini memang sulit untuk dibangunkan jika sudah tidur.
"Anna... Bangun!" Amel meninggikan suara, "Kenziano udah nunggu kamu buat sepedaan itu."Merasa tidurnya terganggu, terpaksa Anna membuka matanya yang terasa berat. "Ck, iya, iya, udah bangun."
Anna bangun dari tidurnya, duduk di atas tempat tidur, mengumpulkan nyawanya yang masih berkeliaran. Penampilannya berantakan--rambut yang mekar seperti singa, wajahnya yang masih mengantuk. Anna menyipitkan matanya yang terasa silau gadis itu menatap Amel yang berada di sebelahnya.
"Ayok bangun! Mandi, setelah itu kamu ke bawah. Udah ada Kenziano."
15 menit setelahnya Anna turun ke bawah dan mendapati Kenziano tengah duduk di sofa. Gadis itu menghampiri Kenziano yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Lo, tuh, ganggu tidur gue aja deh." Gerutu Anna sambil duduk di salah satu sofa tanpa merasa bersalah karena telah membuat Kenziano menunggu.
Kenziano memasukkan ponsel ke saku celana trainingnya. "Ayokk, nanti malah kesiangan. Nggak enak olahraga siang-siang." Ucapnya tanpa memperdulikan gerutuan Anna.
Kenziano bangkit, lalu menarik lembut tangan Anna hingga cewek itu ikut berdiri.
"Tante, aku pinjam Anna nya dulu yaa..." Teriak Kenziano.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Name Of Love
Подростковая литератураHighest rank #25 in teenfiction(31/08/18) Atas nama cinta ku tuliskan sebuah pengakuan hati yang tersakiti. aku kira kau mencintaiku ternyata aku keliru, kau tidak mencintaiku melainkan mencintainya. Atas nama cinta ku tuliskan sebuah harapan nan se...