Setelah pusing memikirkan tentang cemburu Kenziano harus di hadapi perasaan deg-degan saat dia mulai menginjakkan kakinya di koridor rumah sakit. Cowok itu dapat kabar bahwa hari ini adalah hari di mana Anna sudah dibolehkan pulang. Kenziano menghembuskan napas berkali-kali persis seperti orang yang ingin melahirkan.
Debaran jantungnya semakin meningkat kala ia sampai di depan ruang rawat Anna. Kenziano menatap lekat pintu itu sambil memegang dadanya yang berdebar dengan kencang. Bahkan untuk menyentuh knop pintu saja tangannya bergetar. Dirinya seperti merasa ingin bertemu Presiden padahal hanya ingin menemui Anna dan membantu gadis itu.
Saat pintu berhasil di buka. Dia dapat melihat Anna yang sedang menguncir rambut tiba-tiba saja Kenziano merasa atmosfer di bumi berhenti. Matanya seperti diatur hanya untuk memandang Anna, entah mengapa Anna terlihat lebih cantik. Anna terlihat seperti model iklan shampo membuat pacuan jantung Kenziano seakan ingin meledak.
Kenziano tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya?
"Woyyyy... Kak Ken, ngapain lo di situ? Pamali diri di depan pintu. Ntar yang ngelamar balik lagi." Ucapan Anna membuat Kenziano tersadar dan mengerjabkan matanya beberapa kali sebelum melangkah mendekati Anna.
"Hai." Sapa Kenziano membuat Anna mengernyit. "Tante Amel sama Om Bayu kemana? Katanya lo pulang hari ini."
"Nyokap lagi ngurusin administrasi, kalo bokap lagi sibuk ngurusin masalah penculikan gue." Jawab Anna.
Setelahnya canggung. Mereka saling diam seakan topik pembicaraan di dunia ini telah habis. Atau mungkin bekerjanya jantung mereka yang sama-sama berdetak cepat membuat mereka tak mampu bicara. Padahal biasanya Anna selalu saja memiliki topik pembicaraan agar Kenziano tetap mengobrol bersamanya. Namun, sekarang berbeda. Anna terlalu malas berbicara, mungkin karena tubuhnya masih lemas.
Dan Kenziano memutar otak supaya si topik pembicaraan itu muncul agar suasana canggung seperti ini cepat berhenti.
"Gimana sama dada lo?" Hanya itu yang mampu ia ucapkan sambil menatap Anna.
Mendengar perkataan Kenziano yang menurut Anna sedikit melenceng belum lagi tatapan cowok itu membuat Anna meradang, lantas meninju lengan Kenziano membuat cowok itu mengaduh kesakitan.
"Kok lo nonjok gue?!"
"Heh! Mata lo tuh dijaga ya! Ngapain lo nanya-nanya dada gue?! Mana natap gue gitu banget lagi!" Teriak Anna.
Fix. Ini salah paham!
"Dih?" Kenziano mengerutkan keningnya, "maksud gue itu luka tembak di dada lo udah mendingan atau masih sakit?"
"Oh..." Anna menggaruk kepalanya yang tidak gatal merasa malu karena terlalu percaya diri. "Lagian kenapa sih lo ngeliatin gue? Emangnya gue pisang?"
"Gue nggak ngeliatin lo. Lo-nya aja kegeeran."
"Lah, kenyataannya emang lo ngeliatin gue. Gue tau lah gue ini cantik, lebih dari mbak-mbak selebram, tapi nggak usah segitunya juga ngeliatin gue."
"Iya, lo emang cantik."
"Hah?" Sepertinya Anna salah dengar.
"Nggak jadi."
Anna mengernyit menatap Kenziano, "dasar aneh!"
***
"Ken, tolong bantu Anna masuk ke dalam, ya. Biar Tante yang bawa barangnya." Amel berbicara saat mereka sampai di pekarangan rumah Amel. Sebelum masuk Amel mengedipkan sebelah matanya pada Anna, "kalau bisa digendong aja ya, Ken. Kasian Anna masih lemas dia."
Kenziano mengangguk canggung, "iya Tante."
Setelah Amel masuk ke dalam rumah Kenziano beralih menatap Anna--yang bersiap untuk turun dari mobil. "Eh, Tunggu! Biar gue bantu." Kenziano mulai meletakkan tangannya pada punggung dan lekukan lutut Anna, lalu mengangkat tubuh gadis itu yang terasa sangat ringan.
![](https://img.wattpad.com/cover/121020501-288-k431138.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Name Of Love
Fiksi RemajaHighest rank #25 in teenfiction(31/08/18) Atas nama cinta ku tuliskan sebuah pengakuan hati yang tersakiti. aku kira kau mencintaiku ternyata aku keliru, kau tidak mencintaiku melainkan mencintainya. Atas nama cinta ku tuliskan sebuah harapan nan se...