BAB 9: Belajar? (2)

58.4K 4.6K 82
                                    

Motor Ninja biru memasuki pekarangan sebuah rumah yang bisa dibilang cukup megah. Anna turun dari motor Kenziano, melepas helm dan memberikannya pada Kenziano. Kemudian, mereka berjalan beriringan menuju pintu utama.

Kenziano membuka pintu tersebut. Bertepatan saat mereka sampai diruang tengah seorang wanita menghampiri mereka berdua. Wanita yang masih terlihat muda dan cantik padahal sudah memiliki dua orang anak.

"Eh, Abang udah pulang." Senyum lembut tercetak jelas di wajah wanita itu.

Kenziano mencium tangan wanita itu diikuti oleh Anna. Mata coklatnya --yang sama persis seperti Kenziano-- memandang Anna.

"Anna makin cantik aja."

"Masih cantikan Tante 'kok." Balas Anna sambil tersenyum.

"Kamu bisa aja." Jeda. "Abang ajak Anna nya duduk dong, masa disuruh diri doang. Bunda mau ambil minum sama cemilan dulu." Lanjutnya.

"Eh, nggak usah Tante, jadi ngerepotin 'kan." Kata Anna merasa tidak enak--sambil duduk di sofa.

"Biasa ngerepotin aja lo." Limbrung Kenziano yang duduk disebelah Anna.

Anna menoleh dan melotot pada Kenziano sampai akhirnya ia menabok paha Kenziano cukup keras hingga cowok itu meringis.

Nadira--ibunda Kenziano--hanya bisa terkekeh melihat perdebatan mereka.
"Enggak ngerepotin kok." Setelahnya ia pergi menuju ke arah dapur.

"Mana sini tas lo." Ucap Kenziano.

"Dih... Buat apaan?" Tanya Anna sambil mengernyit.

"Siniin aja dulu."

Anna menyerahkan tasnya yang berwarna biru Dongker pada Kenziano. Menatap Kenziano saat cowok itu mencari sesuatu di tasnya.

"Lo nyari apaan sih?" Tanya Anna.

"Lo niat sekolah nggak sih?" Bukannya menjawab pertanyaan Anna ia malah balik bertanya.

"Emangnya kenapa?"

Yang ditanya memberi pertanyaan dan yang menjawab memberi pertanyaan kembali. Begitu terus sampai salah satu diantara mereka ada yang menjawab.

"Ditas lo aja buku cuma beberapa doang. Selebihnya lo malah bawa novel sama headset." Kenziano mengeluarkan barang-barang yang dibawa Anna dalam tasnya.

Anna terkekeh. "Masih mending gue 'lah. Noh, si Rosa aja sekolah bawa make up."

"Terus lo bangga?"

Anna mengangguk.

"Harus 'lah."

Kenziano mendengus. Percuma saja berbicara pada Anna. Toh, pada akhirnya ia yang harus mengalah karena tidak menang melawan perkataan Anna.

Kalau diibaratkan; satu kata akan dibalas seribu kata.

***

"Yang ini lo kaliin dulu, abis itu jumlahnya ditambahin sama hasil yang ini..."

Kenziano dan Anna duduk diatas karpet saling berdapan dengan meja panjang dihadapan mereka. Ia begitu sabar mengajarkan Anna saat cewek itu tidak mengerti juga apa yang ia ajarkan.

"Anjirrr..."

Penjelasan Kenziano terhenti saat mendengar pekikan pelan dari Anna. Cowok bermata coklat itu mengangkat kepalanya dari buku, lalu mengarahkan penglihatanya ke arah Anna yang saat ini tengah menunduk.

Tanpa perlu dilihat pun Kenziano sudah tahu bahwa Anna sedang memainkan games. Kenziano mengambil kacang kulit yang berada didalam toples kemudian melemparnya ke Anna. Dan kacang kulit itu mendarat tepat pada kepala Anna.

In The Name Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang