Three (Ian)

1.2K 68 2
                                    

*Kehidupan Pernikahan*


Menikah dengannya adalah salah satu keputusan penting dalam hidup ku. Mencari pendamping hidup tentu bukan hal yang mudah. Aku sangat berhati-hati akan hal itu. Segalanya hanya ku pasrahkan pada-Nya. Meminta yang terbaik dari-Nya.

Tiga bulan yang lalu, secara tidak sengaja. Aku berjumpa dengannya. Wanita dengan wajah yang selama ini telah ku cari. Wajah yang terus muncul dalam mimpi ku di satu tahun  terakhir.

Dia. Asyifa khumairah. Istri ku. Bidadari surga ku. Wanita yang baru ku nikahi satu hari yang lalu. Wanita yang terus mencoba menghindariku. Wanita yang memandangku takut. Wanita yang terus menundukkan pandangannya dari ku.

Entah apa yang ada difikirannya. Seolah membagun benteng diantara kami yang telah halal. Aku tidak pernah tau cara menangani wanita. Dalam hidup ku, aku tak pernah berpacaran. Dia, wanita pertama dalam kehidupan ku.

🍂🍂🍂

-Malam pertama setelah menikah-

:: Di hotel tempat resepsi berlangsung

Aku memasuki pintu kamar kami, ingin menemui wanita yang resmi menjadi istri ku beberapa jam yang lalu.

Namun, tak ku dapati siapa-siapa. Fikir ku, kemana istri ku?

Tidak berselang lama, suara ketukan terdengar. seorang wanita paruh baya memasuki kamar pengantin kami. Dibelakangnya mengekor seorang wanita cantik yang terus menunduk.

"Ayo kak, masuk. Kasian nak Rian sendirian"

Wanita itu masih terus tertunduk ditempatnya. Entah apa yang dipikirkannya. Sedangkan aku hanya tersenyum sebagai balasan.

"Ibu ke kamar dulu ya. Mau istirahat"

Hanya ada diam diantara kami untuk beberapa saat. Kugunakan waktu itu untuk memandang wajah halal dihadapan ku. Wajah yang ingin terus ku jaga senyumnya, wajah ibu dari anak-anak ku kelak.

"Mandi dulu dek"

"Iya"

Jawabnya pelan.

Iya berlalu memasuki kamar mandi masih dengan wajah menatap lantai. Namun kembali menampakkan paras indahnya beberapa detik kemudian.

Seolah sedang mencari sesuatu tapi entah apa.

"Cari apa?"

Dia terlihat semakin kebingungan. Namun seakan ragu menjawab pertanyaan ku.

"Mau Mas bantu?"

Entah apa yang membuatnya seketika menatap ku dengan pipi yang memerah. Ekspresinya sedikit membingungkan untuk ku. Kini, istri ku benar-benar menatap ku. Satu hal yang begitu menyenangkan dari ibadah pernikahan.

"Syfa?"

"Em?"

Tingkahnya sungguh lucu. Iya seperti kebingungan tak tau harus apa hingga menggaruk kepalanya sesekali.

"Handuk"

Akhirnya dia pun menjawab meski dengan sangat pelan. Kurasa istri ku yang cantik ini masih begitu malu-malu terhadap ku, imamnya.

Aku menggandeng tangan kanannya menuju kedalam kamar mandi. Kurasakan sesaat tubuhnya menegang. Mungkin ia kaget dengan perlakuan ku yang tiba-tiba. Istri ku, kenapa kamu begitu lucu.

"Ini. Handuknya di sini"

Ku tatap wajah bersemu merah dihadapan ku. Matanya yang lebar dengan bulu mata lentik sungguh indah dimata ku. Betapa baiknya Tuhan telah mengirimkan seorang bidadari untuk ku.

"Mandi dulu, jangan lama-lama. Lalu kita tidur"

"I..yaa"

"Tapi.."

dia kembali bersuara.

"Tapi?"

Tanya ku.

"Koper saya dimana?"

"Diluar. Ada yang kamu perlukan? Mau mas bantu ambil kan?"

Dia menggeleng sangat cepat. Mungkin masih tak terbiasa dengan kehadiran ku.

Cukup lama, akhirnya dia pun selesai membersihkan dirinya. Awalnya akupun cukup khawatir dengannya yang begitu lama tak menampakkan diri.

"Sudah wudhu?"

Dia mengangguk dengan ekspresi kebingungan.

Aku mendekat kearahnya langkah demi langkah. Wajahnya semakin merona. Ku tempelkan tangan kanan ku di ubun-ubunnya lalu memejamkan mata membaca doa yang disunnahkan Rasulullah dan kudengar bibirnya mengucap "aamiin...aamiin..aamiin..." sangat pelan.

Ku kecup ubun-ubunnya sekilas.

"Shalat sunnah dulu ya"

Wajahnya kian tertunduk saat aku memberikan mukenah padanya. Kemudian menggelar dua sajadah di hadapan tempat tidur kami malam ini. Satu untuk ku, dan satu lagi untuk bidadari dunia ku.

Selepas shalat ku pandang wajahnya yang terus menunduk seolah tidak membiarkan ku menyaksikan karya besar Tuhan yang memahat wajahnya sangat sempurna.

Dan begitulah malam pertama kami terlewati. Mungkin ini adalah kali pertama bagi kami berdua. Kali pertama membagi ruang tidur dengan orang lain terlebih lagi seseorang yang asing. Kali pertama berbagi tempat tidur dengan lawan jenis.

Istri ku, tidurlah. Hari ini telah banyak menguras tenaga mu. Betapa beruntungnya aku kini bisa menatap wajah seorang bidadari ketika ingin tidur juga saat terbangun di pagi hari.

🍂🍂🍂

Matahari masih belum menampakkan dirinya. Cuaca pun masih begitu dingin. Namun aku telah terjaga. Ku lirik jam dinding kamar hotel, sebentar lagi pukul empat dini hari. Kaki ku melangkah menuju kamar mandi dengan pelan sebisa mungkin tak bersuara. Terlalu takut membangunkan sosok bidadari yang sedang terlelap. Lelah begitu tergambar dari wajahnya. Kemarin, dia telah banyak berusaha.

Air wudhu menyusup hingga ke tulang. Kesegaran dan kesadaran menyelimuti diri. Ku gelar sajadah cinta ku lalu menemui-Nya. Berterima kasih atas segala nikmat-Nya yang tak terhitung. Berterima kasih karena Dia telah begitu baik mengirimkan sesosok bidadari cantik untuk ku. Esok hari, aku berjanji akan mengajak si bidadari menemui-Nya. Bersama-sama bersimpuh dihadapan-nya. Merajut kemesraan dengan-Nya.

Azan subuh telah berkumandang. Ku bangunkan si pelengkap hidup ku, namun ia hanya bergelayut manja pada ku. Aahhhh betapa ingin aku memeluknya mesra namun sebuah kewajiban sedang menanti kami.

"Syfa...Syfa...bangun. Sudah subuh sayang"

"Emmmm...."

"Bangun dulu ya?"

Matanya terbelalak kaget menatap ku lalu segera berlari menuju kamar mandi. Mungkin, menutupi rasanya malunya setelah tubuhnya bergelayut manja pada tangan ku.

Ahh... Harusnya kamu tak perlu semalu itu sayang, aku akan terus menjadi tempat ternyaman untuk mu bersandar kapanpun itu.

Musahabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang