Kala cinta telah bertamu, adakah daya untuk menolaknya? Kala wajah mu dihadapan ku, tiada daya untuk tidak memandang
.
.Selepas membersihkan tubuh yang dipenuhi keringat, aku bergabung bersama Syfa dimeja makan. Aku memang sudah memintanya menungguku untuk makan bersama.
"Sayang, bulan madu kamu mau kita kemana?"
Tanyanku disela-sela makan kami tapi tiba-tiba saja Syifa langsung tersedak selepas mendengar ucapan ku.
"Minum dulu"
Kata ku sambil memberinya segelas air.
"Bu...bulan madu?"
"Iya. Kamu tidak mau kita pergi bulan madu? Saya sudah ambil cuti di kantor"
Segala sesuatunya memang sudah aku atur sebaik mungkin mulai dari lamaran sampai kehidupan setelah kami menikah termasuk urusan bulan madu. Aku tipe orang yang terbiasa merancang hal-hal dalam hidup ku mulai dari yang terlihat biasa sampai yang sangat penting, mungkin itulah kunci kesuksesan karir ku diusia muda. Bagi ku, hidup yang Tuhan berikan hanya sekali tidak boleh disia-siakan.
"Ada tempat yang mau kamu kunjungi? Kota? Atau negara?"
Syfa kembali tersedak saat minum. Ku tepuk-tepuk punggunya agar dia merasa lebih baik. Aku memang sudah pindah kesampingnya sejak tadi.
"Pelan-pelan minumnya"
Aku mengambil gelas yang sedari tadi Syfa genggam, menyimpannya diatas meja dan melap sisa-sia air yang tersisa dibibirnya. Ku tatap wajahnya intens, dia sedikit salah tingkah.
"Jadi, kita kemana?"
Tanya ku penuh penekanan. Karena ini adalah perjalanan pertama kali aku ingin dia yang menentukan tempatnya, mungkin saja ada tempat yang ingin dikunjungi wanita cantik disamping ku ini.
"Syifa, kita butuh waktu untuk berdua. Kita perlu berkenalan lebih jauh untuk saling memahami. Saya mau kita pacaran dulu sebelun siap memiliki keturunan"
Matanya terbelalak mendengar ucapanku. Ia balik menatap ku. Ku raih tangannya, ku genggam erat.
"Syfa, saya meminta kamu pada ibu untuk menjadi suami kamu. Saya sudah berjanji pada ibu kamu, terlebih lagi pada Tuhan. Untuk kali ini, maaf saya sedikit memaksa. Kamu tidak bisa menolak. Beritahu saya tempat mana yang kamu mau kita kunjungin. Saya tunggu sampai besok. Kalau kamu malu bicara dengan saya, bisa lewat mbok Dewi. Lanjutkan makan kamu"
Setelah sarapan Syfa kembali kekamar sedangkan aku sibuk mengurusi pekerjaan yang harus ku urus sebelum mengambil cuti dari kantor. Sebisa mungkin semua urusan pekerjaan kuamanahkan pada orang-orang kepercayaan ku. Aku tidak ingin mengurusi pekerjaan selama bulan madu nanti, seluruh waktu ku hanya untuk Syfa. Aku hanya akan menerima laporan dari tim pemasaran dan tim lainnya, tidak lagi turun tangan seperti biasanya.
Pukul setengah dua belas aku keluar dari ruang kerja, rupanya Mas Yanto salah satu karyawan sekaligus partnert bisnis ku yang mengurusi toko cabang di Makassar sudah menunggu diruang tamu.
"Assalamu'alaikum pak"
"Wa'alaikumussalam... Sudah lama Mas Yanto?"
"Baru pak. Baru sepuluh menit"
"Kapan sampai dari Makassar?"
"Tadi pagi pak"
Aku melirik jam ditangan, wakru shalat duhur semakin dekat.
"Sudah mau duhur, kita shalat dulu setelah itu dilanjutkan. Saya siap-siap dulu. Kamu wudhu"
"Siap pak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Musahabah Cinta
أدب نسائيPernah merasakan sakitnya patah hati? Seakan segalanya telah hancur? Tidak percaya lagi pada cinta? Itu yang saya rasakan saat itu. Namun, seiring berjalannya waktu, Tuhan menyadarkan saya. Ternyata memang benar sebuah ungkapan "Sekuat apapun kamu m...