Laut biru terhampar didepan mata. Langit cerah menaungi. Burung-burung berkicau riang. Ikan-ikan berenang lincah. Dengan speed boad kami mengarungi lautan luas keindahan Maha Karya Tuhan terpancar dari pesona alam Raja Ampat. Tasbih tiada henti terucap memuji keindahan alam Nya. Sejenak saya tersihir oleh keindahan tiada tara. Maha Besar Allah dengan segala kuasanya, skenario Nya tidak pernah mampu ditebak. Sekalipun dalam hidup saya tidak pernah bermimpi bisa berada ditempat seindah ini. Menjelajahi bumi Allah hanyalah angan-angan yang numpang lewat sejenak.
Angin kencang menerpa wajah, menerbangkan hijab yang saya kenakan. Sejuknya udara tanpa polusi menyejukkan rongga-rongga dada. Speed boat mendekati pulau, keindahan villa-villa terapung memukau mata. Resort terbaik versi CNN itu semakin nampak memukau.
"Ayo"
Mas Ian kembali menggenggam jemari ku.
"Kamu suka?"
Bisiknya setelah kami sampai di depan pintu masuk Resort. Saya tersenyum. Rasa bahagia tidak bisa saya sembunyikan lagi. Oleh seorang pria petugas resort membawa kami melewati jembatan panjang diatas lautan biru yang indah. Air biru yang jernih memperlihatkan terumbu karang yang menawan. Kami sampai pada sebuah kamar yang sangat luas. Saya berbalik kearahnya, Mas Ian menarik saya masuk setelah berucap terimakasih pada petugas yang mengantar kami.
Resort yang dibangun dari kayu menyatu sempurna dengan alam. Sangat nyaman dan tenang.
"Ingin berkeliling?"
Saya menggeleleng.
"Mandi"
Kata ku.
Saya segera bergegas menuju kamar mandi membersihkan tubuh yang sangat lengket. Perjalanan jauh memang menguras tenaga, hangatnya air seolah memijat-mijat tubuh yang kelelahan. Interior kamar mandi yang dipenuhi mawar dan lilin memancarkan suasana honey moon yang kental seolah Mas Ian sengaja melakukannya atau mungkin memang inisiatif langsung dari pihak resort.
"Aaaaaaaaa"
Saya berteriak saat mas Ian tiba-tiba masuk dan refleks menyiramnya dengan air hingga sebagian pakaiannya basah.
"Sorry, aku hanya mengecek"
Katanya tidak bersalah dan malah senyum-senyum. Walau tubuhku sepenuhnya dipenuhi busa di bathub tapi tetap saja keberadaan Mas Ian masih seperti orang asing bagi ku.
"Mandilah cepat, baju ku basah. Aku harus mandi juga"
Secepatnya saya menyelesaikan ritual mandi takut jikalau mas Ian tiba-tiba masuk lagi. Salah saya tidak mengunci pintu! Saya jadi menggerutu pada diri sendiri. Setelah membersihkan diri, gantian Mas Ian yang membersihkan dirinya namun tak lama Mas Ian sudah rapi dengan celana jeansnya dan kemeja yang lengannya digulung hingga ke siku. Satu kancing bajunya ia biarkan terbuka.
"Sudah waktu magrib, ayo shalat"
Kami shalat magrib dan tadarrus bersama hingga waktu isya. Satu hal yang membuatku kagun pada Mas Ian, ditengah-tengah waktu liburan yang disebutnya honey moon Mas Ian tetap tidak lupa melakukan kebiasannya bahkan tidak jarang Mas Ian membenarkan pengucapan tajwid ku yang salah. Saat adzan isya di hp Mas Ian berkumandang, kami melaksanakan kewajiban terakhir dihari ini. Shalat penutup dan merajut pertemuan dengan Sang Pemilik Diri.
"Saya lapar, kita makan malam"
Teras kamar telah diubah menjadi tempat super romantis untuk candlelit dinner entah kapan Mas Ian melakukannya karena seingat saya saat kami sampai sore tadi tak ada meja makan dengan hiasan super romantis ini.
Mas Ian mempersilahkan saya duduk dengan menarik kursi lalu mendorongnya lagi saat saya sudah duduk lalu mas Ian juga duduk dikursinya. Makan malam di alam terbuka dengan pemandangan laut biru dan disinari bulan purnama menambah atmosfer romantis diantara kami. Mas Ian terus memandang ku, kami menikmati makan malam dengan diam. Hanya ada deru angin yang berhembus
Selepas makan malam, Mas Ian menuntun ku duduk diatas gazebo kayu lalu tanpa ku duga Mas Ian membaringkan kepalanya dipangkuan ku, matanya terpejam dan dia mulai bercerita.
"Kamu tahu? Orang-orang menyebutku beruntung, diusia muda aku sukses membangun karir dengan usaha ku sendiri. Nyatanya aku tidak pernah beruntung, apa yang ku miliki hari ini semua hasil kerja keras yang tidak jarang mengalami kegagalan. Aku seorang pengusaha yang tentu pernah mencicipi rugi. Bukan sekali tapi berkali-kali. Kata orang aku hebat, aku mampu bersaing dalam dunia yang tidak mudah. Nyatanya aku tidak hebat, aku hanya berusaha. Dimata orang-orang aku punya segalanya, aku bisa membeli apapun yang aku mau tapi nyatanya aku tidak bisa membeli waktu. Waktu untuk membahagiaan Ayah dan Bunda. Aku tidak bisa membeli cinta, semua yang pernah menyapa hanya datang untuk menuntaskan ego mereka tak ada yang sungguh-sungguh datang bersama cinta yang mereka inginkan hanya harta, tahta dan ketenaran yang bisa mereka sombongkan. Dan aku... Aku bahkan tidak bisa membeli cinta mu"
Ada jeda ditengah kalimat-kalimat panjangnya yang mengiris hati. Jemariku ia raih, mas Ian menggenggamnya tepat diatas dadanya. Detak jantungnya berpacu, saya bisa merasakannya sangat jelas.
"Aku mohon percayalah paku Syfa, aku suami mu. Aku imam dalam hidup mu. Menerima kehadiran ku yang tiba-tiba mungkin tidak mudah untuk kamu, tapi bagi ku kamu satu-satunya harta yang tersisa dihidup ku. Aku menghalalkan mu atas nama-Nya, kamu adalah janji ku pada Tuhan. Temani aku mengarungi hidup yang tidak mudah, izinkan aku bersandar pada mu melerai rasa lelah ku. Tidak bisakah kau buka hati mu untuk ku? Cintai aku, aku butuh cinta mu"
Sebutir air mata mengalir tanpa mampu saya cegah. Air mata yang berubah menjadi tangis ketika mas Ian mengusapnya. Mas Ian duduk dari tidurnya, menatap saya dalam dan meraih saya dalam pelukannya. Dalam peluk mas Ian luapan air mata itu pecah, didada bidangnya kepala ini bersandar mencurahkan segala rasa. Menumpahkan gejolak yang bergemuruh hebat. Laki-laki yang dengan gagah berani menghalalkan saya baru saja meminta saya mencintainya disaat hati ini masih terpaut dalam bayang-bayang masa lalu.
Saya memeluknya erat, seolah menyampaikan kata maaf yang tidak mampu terucap. Penyesalan memenuhi rongga dada. Diri bagai penghianat. Tangis tidak bisa lagi tertahan, langit malan menjadi saksi.
"Tolong, sirnakan segala ragu ku. Biarkan aku mencintai yang seharusnya ku cintai. Ajari aku memahami takdir Tuhan dan semua tentang mu yang dibawa oleh semesta"
🍂🍂🍂
Note:
Menggunakan kata "Saya" adalah POV Syfa
Menggunakan kata "Aku" adalah POV RianDisetiap chapternya dibuat selang seling
Ayy❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Musahabah Cinta
Chick-LitPernah merasakan sakitnya patah hati? Seakan segalanya telah hancur? Tidak percaya lagi pada cinta? Itu yang saya rasakan saat itu. Namun, seiring berjalannya waktu, Tuhan menyadarkan saya. Ternyata memang benar sebuah ungkapan "Sekuat apapun kamu m...