Seven (Ian)

1.1K 60 2
                                    

Sesekali ku lirik Syfa yang duduk disamping ku. Wajahnya nampak murung selepas berpamitan dengan Ibu. Aku baru saja menjemputnya, semalam ku izinkan Syifa untuk menginap dirumah ibu sebelum kami berangkat honey moon hari ini. Sebenarnya aku sudah meminta Ibu untuk pindah ke rumah kami tapi berulang kali pula Ibu menolaknya dengan alasan rumah mereka adalah tempat ternyamaan untuk Ibu. Rumah masa kecil Syifa dan rumah yang banyak menyimpan kenangan tentang almahum bapak, ayah Syifa.

Ku lajukan mobil yang kami tumpangi cukup cepat, ada sebuah tempat yang harus kami tuju sebelum menuju bandara. Syifa memandang ku heran mungkin kini dia sedang bertanya-tanya kemana kami akan pergi, sebab pemandangan diluar jelas bukan pemandangan jalan tol menunu bandara. Ku beri ia senyum, biarlah hatinya bertanya-tanya. Biarlah ia akan tahu kemana arah tujuan kami sebenarnya. Sebuah tempat yang sangat berarti untuk ku. Sebuah tempat yang ingin aku kenalkan padanya.

Laju mobil ku perlambat untuk mencari tempat parkir. Mesin ku matikan, ku rilik Syifa sembari memberinya senyum. Ekspresinya seolah meminta penjelasan. Aku turun dari mobil lebih dulu, memutari mobil dari depan lalu membukakan pintu untuknya. Ku raih jemarinya, ku tautkan dengan jemari ku. Dijemari yang satunya aku menggenggan dua buah bunga. Kami berjalan pelan namun pasti. Seluruh rasa bergejolak didada ku, aku harap aku akan tetap kuat.

"Assalamu'alaikum..."

Sapa ku memulai perbincangan...

"Bunda...Ayah... Rian datang"

Hanya empat kata itu yang bisa keluar dari mulut ku. Hanya empat kata itu yang mampu ku ucapkan. Selanjutnya hanya batin ku yang mampu berucap.

Bunda... Ayah.... Maafkan Rian yang jarang menemui kalian. Maaf Rian belum mampu menjadi anak yang berbakti untuk kalian. Hanya doa yang bisa Rian berikan untuk Bunda dan Ayah. Rian titipan Ayah dan Bunda pada Tuhan. Rian yakin Allah mencintai kalian.

"Bunda, Ayah, kenalkan ini Syifa. Istri Rian"

Ku genggam erat jemari Syifa yang juga berjongkok disamping ku, sejenak mencari kekuatan dari genggaman tangannya yang lembut.

"Maaf kami terlambat kemari. Bunda... Ini Syifa menantu Bunda, mimpi bunda. Perempuan yang terus Rian ceritakan pada Bunda dan Ayah. Perempuan yang bersedia menerima Rian dengan semua kekurangan yang Rian miliki. Bunda dan Ayah tidak perlu khawatir lagi, Rian tidak hidup sendirian lagi, ada Syifa yang menemani dan menguatkan Rian. Rian janji akan selalu menjaga Syifa, membahagiaan dia seperti perti janji Ryan pada Bunda dan Ayah"

Syfa yang berada disampingku tetap bungkam tanpa satupun kata yang keluar dari mulutnya. Jemarinya yang sejak tadi ku genggam ku lerai sejenak untuk memanjatkan doa pada sang Ilahi semoga Bunda dan Ayah tetap damai dalam dekapan Tuhan. Syifa ikut larut dalam doa yang dipanjatkannya. Kedua matanya tertutup rapat dengan bibir yang sedikit terbuka tutup tanda ia sedang melantunkan doa terbaiknya untuk dua orang terpenting dalam hidup ku.

Kami meninggalkan pemakaman setelah satu jam disana. Ku lajukan mobil kami masih cukup cepat untuk memburu waktu agar tak ketinggalan pesawat. Membelah jalan tol yang cukup ramai di hari ahad. Masih ada diam diantara kami, entah apa yang sedang dipikirkan oleh Syifa, matanya menerawang jauh keluar jendela. Hanya lantunan ayat suci yang ku putar untuk menemani sunyi yang mendekap.

Sesampainya di bandara kami bergegas menuju tempat keberangkatan namun sebelumnya mobil telah aku titipkan pada Kang Abi yang memang sudah ku minta datang untuk menitipkan mobil padanya.

Kami sudah berada di dalam pesawat sejak lima belas menit yang lalu, Syfa meminta duduk didekat jendela aku ditengah dan disamping ku seorang wanita muda seusia Syifa. Sebenarnya posisi ini membuat ku cukup risih, tapi tak apalah. Sebisa mungkin aku mencoba tidak bersentuhan dengan wanita asing disamping ku. Kami duduk tepat dibagian sayap pesawat. Para pramugari menjalankan tugasnya menjelaskan hal-hal dasar yang wajib diketahui para penumpang. Beberapa saat kemudian pesawat mengudara.

Musahabah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang