Part 1

32.5K 1.8K 22
                                    

Bagi mahkluk hidup yang dianugerahi rasa, sepi itu bagai pil pahit, jika di telan akan terasa pahitnya, jika tidak meminumnya akan semakin menderita.

Tuhan menciptakan Nabi Adam sebagai mahkluk pertama juga Siti Hawa sebagai pendampingnya agar Adam tidak kesepian. Lelaki pendampingnya perempuan, memang harusnya seperti agar dapat menghasilkan generasi selanjutnya.

Dan menikah yang menjadi jembatan dimana seorang pria membuahi benih wanitanya. Seperti halnya yang tante Mey sampaikan padaku, wanita yang telah mengurusku selama 12 tahun itu juga menginginkan aku untuk memberikannya cucu. Dia lupa jika membuat anak itu harus di lakukan oleh dua orang berlainan jenis, dan tentu saja harus sudah halal. Sesuatu yang selalu di desaknya padaku.

Meski usiaku sudah cukup untuk membina rumah tangga dan memiliki anak, ah desakan yang selalu menjadi alasan tante Mey. Aku tidak gencar seperti tante Mey yang kayaknya kalo di biarkan bisa setiap saat beliau mempromosikan anak-anak kenalannya. Yang tentu saja berakhir dengan tanda silang dariku.

Bukan aku tidak ingin menikah, tentu saja aku tidak ingin menua sendirian. Hanya saja hingga saat ini -termasuk beberapa lelaki yang di kenalkan tante Mey- tidak ada yang menarik minatku untuk mengenal mereka lebih dalam.

"Bi masa ga ada satu pun sih?" Aku menghela, saat ini tante Mey sedang bekerja menjadi cupid karena diriku. Aku melihat lembaran terakhir dari poto yang di bawa tante Mey untuk di tunjukan padaku. Aku mengerutkan dahi melihat lelaki dalam poto tersebut, sepertinya jika aku menerima pertemuan itu, kami akan berakhir di salon kecantikan. Lelaki itu tampak terawat dan lebih cantik dariku.

"Kupikir minggu lalu itu yang terakhir?" Aku tidak habis pikir banyaknya stok kenalan pria lajang yang di kenal tante Mey, dari mana beliau mendapatkannya?

"Baru juga 5 cowok Bi." Ucapnya memelas, harusnya aku yang bertampang seperti itu. Aku menghela napas, lima udah lebih dari cukup untuk membuatku kesal.

"Tante, kalo Allah sudah mendekatkan jodoh Abi, nanti juga ketemu Tan." Aku memcoba bijak, berharap beliau juga sadar jika memang Tuhan belum mengeluatkan jodohku saat ini.

"Bi jodoh itu kalo enggak di cari mana ketemu, istilahnya nih yah. Perlu usaha untuk mendapatkannya."

"Dan ini salah satunya?" Kataku cepat. Tante Mey tersenyum mengangguk. "Apa enggak kebalik gitu Tan? Harusnya yang usaha itukan cowok, sedangkan aku cewek. Yang harusnya cuma menunggu."

"Gak bener itu, cewek juga harusnya usaha biar dapet yang terbaik." Aku berdecak dan hendak menninggalkannya.

"Terserah tante ah, males emang ngomong sama emak-emak.. awwww." Aku mengaduh panjang ketika rasa nyeri akibat cibutan maut tante Mey mampir di lenganku.

"Makanya itu karena tante udah emak-emak, cepetan kasih tante cucu." Yah kesana lagi.

"Ringan banget Tan kalo ngomong. Prosesnya itu ga segampang tante berkicau loh." Dan Tante May terbahak, tapi setelahnya malah jadi murung.

"Tante tau ko prosesnya walau tante ga pernah dapet hasilnya." Cicitnya yang membuatku jadi merasa bersalah, ku tolehkan kepala kesamping, melihat tante Mey yang tersenyum miris. Ingin aku memukul bibirku sendiri. Aku paling tidak suka topik ini di bahas karena tidak ingin melihatnya bersedih, tapi sekarang malah karena aku beliau kembali teringat akan keinginan tak tersampainya itu.

Sudah 20 tahun tante Mey dan om Bram menikah, selama itu pula Tante dan Om belum kunjung diberikan momongan. Segala cara dilakukan keduanya untuk bisa mendapatkan keturunan, sudah berkonsultasi ke Dokter yang dinyatakan jika Tante dan Om tidak memiliki masalah dengan kesuburan, tante Mey juga memeriksakan rahimnya pada dokter kandungan, hasilnya juga tidak ada masalah. Mengikuti semua saran yang didengarnya agar cepat hamil, sampai-sampai meminum jamu yang rasanya pahit, semua itu dilakukannya agar segera menimang seorang bayi.

Kau Adalah... (Sudah Tersedia Di Googleplay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang