Part 4a

13.1K 1.3K 12
                                    

"Selamat siang, Abilla." Aku menoleh ke sumber suara, lalu terkejut melihat siapa yang datang dan langsung berdiri. Seorang wanita paruh baya menghampiriku yang sedang membenarkan posisi pot tanaman di luar Florist.

"Tante Belinda." Aku melepas sarung tangan yang melindungi kedua tanganku, ketika tadi memindah-mindahkan pot.

"Siang tante." Jawabku, lalu menyalami tangannya. Tante Belinda memelukku dan mencium kedua pipi ku bergantian.

"Abi lagi sibuk?" Tanyanyaa, lalu matanya memindai pot bunga yang belum semuanya aku rapikan.

"Engga ko tante, Cuma diberesin sedikit biar ga berantakan posisinya." Jawabku "Masuk Tan, tante mau liat-liat bunga?" Aku mempersilahkan tante Belinda yang langsung masuk melewati pintu kaca yang menjadi pantolan di depan tokoku.

"May, tolong kamu yang selesai kan yah." Titahku pada maya yang membantuku sebelum ikut masuk kedalam.

"Siap." Jawab gadis itu lalu menuruti perintahku.

"Waktu itu tante ga sempet kemari karena keburu di serempet mobil." Ucapnya, oh ternyata waktu beliau kecelakaan berniat untuk mengunjungi Floristku.

"Abi cuci tangan sebentar yah Tan, Tante duduk aja dulu." Aku berlalu ke belakang untuk mencuci tangan, setelahnya membuat minuman untuk tante Belinda. Aku kembali membawa nampan, menghampiri tante Belinda yang duduk di kursi yang khusus aku sediakan untuk pelangganku jika mereka ingin duduk.

"Enggak usah repot-repot Bi."

"Cuma teh kok tante, diminum." Aku meletakan cangkir di meja, lalu mengambil duduk di

"Bagaimana keadaan tante sekarang?"

"Udah sehat, cuma kadang memang agak pusing aja." Jawabnya. Kulihat wajahnya memang seperti sudah lebih  segaran dari terakhir kali ku lihat.

"Seharusnya Tante banyakin istirahat di rumah. Jangan berpergian dulu." Kata tante Mey, tante Belinda sudah pulang lima hari yang lalu dari rumah sakit setelah di rawat hampir satu minggu.

"Bosan ah. Engga di rumah sakit, engga di rumah, di suruh tiduran mulu." Aku tersenyum kecil, namanya juga orang sakit. Yah harus rehat kan.

"Kan memang seharusnya begitu Tan, biar cepet sembuh."

"Tante sudah sembuh ko. Lagi pula Cuma keserempet doang." Aku kembali tersenyum. Kami mengobrol layaknya orang yang sudah kenal lama, padahal hanya beberapa hari saja kami bertemu.

Tiba-tiba tante Belinda mengambil tanganku yang menangkup di atas meja, di genggam dan di elus halus.

"Tante sangat berterima kasih sama kamu. Kalo tidak ada kamu dan Mey entah tante bagaimana sekarang." Aku memindahkan satu tanganku yang berada di bawah tangan tante Belinda ke atasnya.

"Entah harus bagaimana tante membalas kebaikan Abi, karena sudah menyumbangkan darah untuk tante." Aku menggeleng.

"Jangan bicara begitu Tante, waktu itu memang kebetulan saja Tan. Jadi Abi mohon tante membahas lagi tentang ini, Abi merasa jika pertolongan Abi itu karena menginginkan sesuatu."

"Tentu saja enggak." Bantahnya "Yaudah tante engga akan membahas lagi soal ini." Aku tersenyum

"Kedatangan tante ke sini, selain ingin membeli tanaman Bunga. Tante juga ingin mengundang Abi untuk makan malam di rumah tante malam ini."

"Makan malam?"

"Iya, tante sudah menghubungi Mey dia bilang oke. Jadi tante tinggal mengundang kamu." Kenapa bukan tante Mey yang memberitahuku. Seperti tahu yang aku pikirkan, tante Mey menyambung kalimatnya.

Kau Adalah... (Sudah Tersedia Di Googleplay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang