Part 5

12.7K 1.1K 15
                                    

"Kenapa Mi?" Pagi ini ketika bangun tidur, aku mengecek ponsel dan ada beberapa panggilan yang tidak aku angkat, semua panggilan tersebut dari Nami. Tapi baru menjelang siang aku menghubunginya.

"Maaf, aku udah tidur semalem." Kataku ketika dia menggerutu karena panggilannya yang tidak ku angkat. Setan kali yang mengangkat telpon dan mau ngobrol di jam 12 malam.

"Kamu baik-baik aja kan Bi?" Aku mengernyit, heran akan pertanyaan Nami.

"Aku baik, emang kenapa Mi?"

"Kirain habis ketemu mantan, pulang tinggal arwahnya aja." Aku melotot tak ayal mendengus juga, dasar ini perempuan. Nyesel kemarin aku kasih tau dia jika aku di undang makan malam di rumahnya tante Belinda, tapi perasaan aku tidak memberitahunya jika aku bertemu dengan lelaki itu, aku salut dengan daya ingatnya.

"Kamu ngedoa'in aku mati?" Dia terkikik dan meminta maaf. "Lagi pula dia bukan mantanku!"

"Mantan cinta pertama maksudnya.. ha ha ha." Kali ini aku membiarkannya yang tertawa diatas kekesalanku.

"Tapi serius deh, kalian pasti ketemu kan?"

"Ketemu siapa?"

"Dih ini perempuan, jangan pura-pura polos mulu kenapa."

"Makanya, kalo ngomong itu yang jelas dong."

"Adam, dokter ganteng anaknya temen tante Mey." Aku hanya berdehem membuat Nami menuntut meminta penjelasan lebih lanjut atas jawabanku.

"Itukan rumahnya Mi."

"Daannn.... habis itu kalian ngapain?" Ya ampun ini anak.

"Ngapain? Kenapa pertanyaan kamu ini ngeselin banget yah? Kamu kenapa sih nanya itu terus?"

"Kalian saling bernostalgia kah? Mengenang masa indah kalian kah?" Aku menghela napas sabar.

"Engga ada masa indah antara aku sama dia." Aku mencebik bibir, Nami kok nyebelin yah.

"Jadi?"

"Kita engga ngapa-ngapain! Dia cuma.." Aku menutup mulut, kini aku harus berpikir dua kali jika tidak ingin menjadi bahan olokannya.

"Cuma apa?" Serbu Nami.

"Bukan apa-apa."

"Bi?" Dan sudah terlambat, Nami tidak akan berhenti kalo aku tidak menceritakannya.

Aku berdehem. "Dia nganter aku pulang." Aku mengingat kembali saat lelaki itu mengantarku pulang.

Perjalanan yang panjang, selama perjalanku diantar lelaki itu terasa begitu jauh. Tidak ada suara yang keluar dari mulutku maupun dari mulut lelaki itu, selain suara deru kendaraan.

"Terus?"

"Terus apa?"

"Habis itu ngapain?" Ini kenapa pertanyaan Nami diiringi dengan kalimat 'ngapain'. Emang dia pikir aku ngapain?

"Gak ada terusnya." Aku menjauhkan ponsel ku sebentar ketika Maya, satu-satunya karyawan yang membantuku di Florist, berbicara padaku.

"Ka Abi, kemarin sore ada yang pesen bunga Anggrek minta dianter ke rumahnya." Gadis 19 tahun itu menghampiriku.

"Alamatnya kamu tulis?" Dia mengangguk.

"Sebentar aku ambil." Mataku mengikuti Maya yang bergerak ke belakang kasir, mwngubek-ubek laci bawah disebelahku.

"Jadi kalian ga ngapa-ngapain gitu, selain anter-anteran?"

"Kita gak anter-anteran, dia yang nganter aku."

Kau Adalah... (Sudah Tersedia Di Googleplay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang