Part 10

13.5K 1.2K 15
                                    

Baru aku akan membuka pintu mobil yang ku parkirkan menghadap jalan, kulihat sosok tante Belinda yang keluar dari mobil dan itu membuatku urung untuk masuk ke dalam mobil.

"Abi sudah mau pulang?" Aku menutup pintu mobil. Tanyanya mendekat padaku.

"Ini mau ke rumah tante Mey, tante." Aku menjawab, tante Belinda sudah berdiri di depanku dan aku menyalaminya.

"Lagi buru-buru enggak sayang? Bisa tante ngobrol dulu sebentar sama Abi." Aku ingin menjawab jika saat ini aku harus segera pergi, namun tidak sopan mengabaikan orangtua yang ada kepentingan denganku.

Tapi, apa yang mau dibicarakan oleh tabte Belinda?

"Yaudah tante, kalo gitu kita bicara di dalem." Aku mengiring langkah tante Belinda, kembali masuk ke dalam Florist.

"Loh kak Abi bukannya mau ke rumah tante Mey?" Maya menatap heran, dan aku hanya menjawab tidak jadi. Gadis itu tidak bertanya lagi, dan sibuk mengangkat telepon dekat kasir yang berdering.

"Mau bicara dimana tante?" Aku tidak tahu apa yang akan di bicarakan tante Belinda, tapi aku yakin jika itu bukan tentang tanaman bunga, atau minta di bantu untuk mentata taman belakang bunganya lagi.

"Kita bicara diatas aja tan?" Usulku yang di balas anggukan. Kami naik ke lantai atas, dilantai dua itu ku peruntukan untuk tempat pribadi. Ada ruang santai begitu kami naik, lalu satu ruang kamar tidur untukku. Aku mempersilakan tante Belinda untuk duduk di sofa.

"Sebelumnya tante mau berterima kasih sama Abi yang udah mau menerima Adam." Mulainya begitu kami sama-sama duduk, aku ingin menyela, mengoreksi jika aku tidak pernah menerima lelaki. Namun tante Belinda tidak memberiku ruang untuk bicara. "Waktu nerima telpon Mey pagi itu, tante seneng bukan kepalang. Kata Mey, kamu setuju di jodohkan dengan Adam." Senyum lebarnya sama sekali tidak menular padaku.

"Abi pasti kaget kenapa Adam mau ngelamar Abi secepat ini." Aku shock tante! "Tante enggak nyangka kalo Adam itu bener-bener tertarik sama Abi. Maksud tante, tentu saja Abi menarik. Tapi mendengar Adam mau melamar Abi hanya dengan beberapa kali kalian ketemu, membuat tante juga terkejut sekaligus senang." Aku harap jika pendengaranku bermasalah.

"Tante bisa jamin kalo Adam itu orang yang baik, bertanggung jawab dan pastinya sayang sama Abi." Memang benar, mana ada orang tua yang menjelek-jelakan anaknya. "Tante bicara begini bukan karena dia anak tante, tapi tante beneran tau kalo Adam enggak akan neko-neko. Dia orangnya setia." Tolong hentikan tante Belinda, siapa saja sebekum dia bercerita lebih lanjut yang mana membuatku membeku tidak berkutik.

"Tante bukan tanpa alasan memilih Abi buat di jodohin dengan Adam, tante juga enggak akan melakukan itu kalo tau Abi sedang berhubungan dengan orang lain, tapi kata Mey Abi lagi sendiri. Dulu ketika kami, tante dan mamah Abi masih berhubungan, kami punya cita-cuta mau menjodohkan anak kami masing-masing kalo kita ounya anak yang beda jenis. Terlepas dari itu, Adam ternyata memang menyukai kamu sayang." Aku kehilangan kata-kata, sepertinya pengamatan tante Belinda salah besar. Beliau tidak tahu saja bagaimana dengan kasarnya anaknya itu menolakku dulu, bagaimana bisa dia punya perasaan itu padaku sekarang?

"Tante udah tua sayang, Tita adiknya Adam bahkan menikah muda dan udah punya Ichel. Sebenernya tante enggak seteju waktu Tita ngelangkahin Adam, tapi yah kami juga tidak bisa menolak jodohnya. Selama ini tante enggak pernah melihat Adam berhubungan dengan wanita lain. Waktu tante mengusulkan akan menjodohkan kalian. Adam meminta untuk melamarmu langsung."

"Itu enggak mungkin tante." Jawabku tanpa sadar.

"Abi pasti enggak percaya karena Adam orangnya cuek dingin gitu yah? Tapi percaya deh, kalo dia suka sama Abi. Buktinya dia sendiri yang mau langsung ngelamar kamu."

Kau Adalah... (Sudah Tersedia Di Googleplay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang