Part 13

12.1K 1.2K 31
                                    

"Happy Birthday sayang." Aku menunduk untuk melabuhkan kecupan di pipi kanan dan kiri Michel, lalu memberikan kado yang berukuran lumayan besar pada Tita yang berdiri di sebelah anaknya. Mata Michel langsung berbinar melihatnya

"Huaaah, thank you Aunti." Dan sebagai balasannya, bocah yang sedang berulang tahun ini mencium pipiku.

Hari ini perayaan ulang tahunnya Michel yang genap lima tahun. Bocah perempuan itu sangat cantik dengan gaun pink berlengan pendek yang membungkus tubuh mungilnya. Rambutnya panjangnya coklat di kepang atas, memberi kesan menawan di usianya yang masih terbilang batita tersebut.

"Happy birthday sweety." Aku bergeser memberi giliran tante Mey untuk mengucapkan selamat serta memberi kado yang juga di berikan pada Tita.

"Kenapa yang hadir orang dewasa semua Ta?" Tanyaku, pandanganku meliar ke seluruh taman yang menjadi tempat perayaan ulang tahun Michel sore ini. Jika dilihat dari tamu yang hadir kebanyakan orang dewasa, walaupun dekorasinya sangat cocok untuk anak perempuan yang mengusung tema serba pink.

Hanya ada segelintir anak seusia Michel yang terlihat, sepertinya juga anak dari kerabat keluarga mereka. Lalu seorang anak laki-laki menghampiri kami dan mendekati Michel, sepertinya baru datang dan memberikan kado tanpa diantar orang tuanya.

"Thank you." Ucapan terima kasih Michel, namun anak lelaki itu segera berlalu tanpa merespon lagi. Bahkan aku tidak mendengarnya mengucapkan selamat pada yang berulang tahun.

"Kalo temannya Ichel di undang kejauhan Kak, ini juga yang ngerayain cuma anggota keluarga aja." Jawab Tita mengalihkan pandanganku padanya.

"Abi ikut Mami sebentar sayang." Dan tante Belinda sama sekali tidak butuh jawabanku ketika ia mengapit lenganku dan membawaku pada seorang laki-laki dan wanita yang sedang berbicara. Dan kedatangan kami menghentikan percakapan mereka.

"Ini loh calon mantuku, namanya Abilla." Katanya langsung mengenalkanku begitu saja.

"Ini namanya Om Wisma dan istrinya Lilian." Aku tersenyum menyalami mereka bergantian. Tante Belinda menjelaskan jika om Wisma kakaknya om Wisnu dan tante Lilian kakak iparnya.

"Papi cuma punya kakak satu-satunya ini setelah kedua Opa meninggal dua tahun lalu, sedangkan Oma meninggal duluan lima tahun lalu."

"Maafkan Om gak ikut waktu lamarannya Adam. Habisnya ngelemar kok ngedadak begitu, mana saya lagi di Jerman lagi."

"Adam takut Abinya di serobot orang, gerak cepat dia kak." Aku menoleh langsung untuk melihat tante Belinda yang sedang tertawa. Pernyataannya membuat dadaku berdebar karena sesuatu ucapannya yang sangat tidak lazim. Aku mengalihkan pandangan dan sepertinya itu keputusan yang salah karena mataku malah menemukan mata Adam yang juga sesang melihatku. Aku baru melihat laki-laki itu yang kini sedang bersma Michel. Aku buru-buru membuang wajah darinya.

"Cantik begini, pastilah si Adam takut keburu Abinya diambil laki-laki lain."  Aku merasakan hangat di seluruh wajahku yang semakin meningkat suhunya menjadi panas.

Untung saja Tita keburu mengumumkan pada semua orang untuk berkumpul. Aku tidak tahu apa aku dapat menyembunyikan suara detak jatungku yang intensitasnya semakin meningkat seiring guyonan mereka. Tapi sepertinya jantungku malah semakin berpacu ketika mendeteksi keberadaan Adam yang mendekatik, lelaki itu berdiri di sampingku.

"Aku tidak melihat kamu datang tadi." Aku tidak sempat menjawabnya karena acara telah di mulai. Sepanjang acara tiup lilin, di mana orang bertepuk tangan mengiringi lagu ulang tahun yang kami nyanyikan. Aku kehilangan fokus tidak megikuti alur lagu karena keberadaan Adam yang berdiri dekat di sebelahku.

Kau Adalah... (Sudah Tersedia Di Googleplay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang