Mencintaimu biarlah menjadi rahasiaku.***
Michel terlihat begitu kaget mendapati Alena dan Kris bersama-sama dalam satu apartemen. Ia tidak ingin berpikir macam-macam, tapi ia tidak bisa mencegah otaknya yang sudah berpikiran ke mana-mana.Sementara di lain sisi, Kris terlihat canggung dengan situasi ini. Ia tidak tahu harus memulai dari mana untuk menjelaskan. Ia merasa seperti sedang kepergok berselingkuh. Sama halnya dengan Alena yang masih terpaku tak mengatakan apa-apa seperti seorang selingkuhan yang ketahuan tinggal serumah dengan kekasihnya.
"Jelaskan, ada apa ini?" tanya Michel ketus memecah kecanggungan yang terjadi. Kris seharusnya langsung menjelaskan tanpa menunggu pertanyaan dari Michel untuk memberi penjelasan, tetapi dia malah memilih bungkam. "Kris...?"
Kris mengembuskan napas pelan. "Aku menemukan Alena pingsan di jalanan. Jadi, aku membawanya ke sini." Tuturnya singkat.
Michel masih setia menunggu kelanjutan ceritanya, tetapi Kris terlihat seperti tidak berniat mengatakan apa-apa lagi. Melihat kekasihnya yang tetap diam, Michel geram, mulai habis kesabaran.
"Kris, aku perlu bicara denganmu di kamar." Michel melangkahkan kakinya masuk menuju kamar melewati Alena tanpa menoleh.
Alena agak merasa bersalah, walau kalau dipikir-pikir, ini bukanlah salahnya. Mana ia tahu ia akan ditolong oleh Kris dan berada di sini, di apartemennya. Ia lebih berharap di tolong Sean'o Pry atau semacamnya jika ia bisa memilih.
Kris melangkahkan kakinya, namun ia berhenti di sebelah Alena terlebih dahulu. "Jangan memasang wajah seperti itu. Kamu terlihat sangat jelek. Biasa saja, oke? Everything's gonna be alright," bisik Kris di telinga Alena, sebelum menyusul Michel ke kamarnya.
Masih saja dia sempat-sempatnya mengataiku di pertengahan medan perang seperti ini!
Michel sudah sampai di dalam kamar, dan disusul Kris dari belakang. Dia melihat ke arah ranjang yang terlihat berantakan menandakan seseorang baru saja tertidur di sana. Dan Michel tahu, itu bukanlah Kris.
"Apa Alena tidur di ranjangmu?" tanya Michel menahan kesal.
Kris mengangguk tidak berniat berbohong. "Aku sedikit panik ketika melihatnya pingsan di jalanan. Aku melihatnya saat kita sedang berbicara di telepon tadi sore, itu kenapa aku langsung memutuskan panggilannya. Maafkan aku karena tidak sempat mengucapkan apa-apa."
"Dan itu yang kamu katakan sedikit panik? Bukankah artinya itu kamu sangat panik hingga langsung membawanya ke kamar pribadimu tanpa berpikir lagi?!" Michel memekik.
"Alena terlihat sangat pucat, Cel. Aku membaringkannya di sana supaya keadaannya cepat stabil."
"Di ranjangmu?" Michel tersenyum pahit. "Sejak kapan kamu bisa peduli dengan bawahanmu, Kris? Aku bahkan tidak tahu itu."
"Cel, dia sering membantuku di kantor. Tidak mungkin aku hanya melihatnya yang pingsan di jalanan lalu meninggalkannya!" Kris pun terbawa emosi.
"Kamu bisa membawanya ke rumah sakit, Kris! Tidak perlu mengajaknya ke apartemenmu seperti ini. Dia hanya pegawaimu! Office girl-mu, jika kamu lupa. Kamu bisa menelepon keluarganya untuk datang ke rumah sakit tanpa harus repot-repot merawatnya di sini!" kata Michel meninggikan suaranya.
Kris menghela napas kasar. "Apa kamu akan mempermasalahkan ini, Cel?" tanya Kris yang mulai geram. Michel terus mengatakan pegawaimu lagi dan lagi. Entah kenapa ia merasa kesal mendengar kalimat merendahkan itu.
Michel mencoba menetralkan gebuan emosinya dan rasa cemburu di dada. Ia memilih memeluk Kris, yang telah tersulut emosi. "Kris, kamu tahu aku sangat takut jika kamu bermain lagi di belakangku. Walaupun aku yakin kamu tidak pernah memiliki perasaan kepada mereka, tapi kadang aku merasa takut dan tidak aman. Aku harap kamu mengerti. Aku hanya terlalu takut kehilanganmu." Ucap Michel di dada Kris.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Office Girl
Roman d'amourMenceritakan seorang Office Girl yang bekerja di salah satu perusahan properti terbesar di Indonesia, di bawah kepemimpinan CEO perfectionis. Mulai dari pekerjaan, kehidupan cinta sesuai alur kalangan atas, wajah yang rupawan, dan segala hal tentang...