Chapter 3

96.3K 6K 42
                                    

Sambil memfokuskan matanya ke jalanan di depan, sosok tampan itu tidak bisa menahan rasa gelinya mengingat kejadian konyol yang barusan terjadi di depan restoran yang ia datangi bersama kekasihnya.

Michel mengerutkan kening melihat kegelian nyata di wajah Kris yang belum juga pudar meski mobil sport yang dikendarai kekasihnya itu telah berlalu cukup jauh dari sana. Hampir setengah jam perjalanan, diisi oleh senyuman anehnya. Ia sangat yakin, kekehan-kekehan kecil itu alasannya karena kecelakaan beberapa saat lalu. Bukankah ini sedikit kejam, tertawa di atas penderitaan orang lain?

"Dasar bodoh," Kris bergumam seraya menyandarkan kepala mencari posisi ternyaman tanpa menyurutkan senyum.

"Sayang, ada apa denganmu?" tanya Michel heran sambil menatap Kris. Demi Tuhan, saat dia sedang mengemudi seperti ini, wajahnya berkali lipat terlihat jauh lebih tampan. Kemejanya yang digulung sesiku memperlihatkan urat-urat seksi sepanjang lengan yang tengah mencengkeram setir kemudi. Ia merasa jadi wanita paling beruntung bisa memiliki keseluruhan diri Kris.

Kris menoleh, menatap kekasihnya. "Aku bingung, mengapa ada gadis seceroboh itu?" Ia menggeleng jengah.

"Jahat sekali kamu." Michel tertawa sambil memukul bahunya. Benar, kan? Sesuai dugaannya. Dia geli sendiri membayangkan gadis yang jatuh di depan restoran itu. "Lagian, kamu bukannya nolongin, malah ngasih muka datar tanpa ekspresi, gitu. Orang-orang sekarang mungkin berpikir kamu itu jenis manusia yang tidak punya hati. The Heartless CEO Global Corp Group!"

"Kamu tidak berpikir tadi itu sangat lucu, Cel? Aku menahan tawa. Wajahnya benar-benar komedi. Tidak mungkin aku mentertawakan gadis ceroboh itu di depan mereka semua. Malahan mereka akan berpikir lebih jelek lagi tentang aku. Lagian, gadis kecil itu tidak kenapa-napa, dia hanya menahan rasa malu." Jelas Kris mencari pembenaran.

"Memang, kamu tidak keberatan kalau misalkan aku ngebangunin gadis itu?" Mata Kris menerawang memasang senyum geli, "...merangkul bahunya, menggenggam tangannya..," Michel menghujani bahu Kris dengan pukulan-pukulan kecil.

Dia berdecak sebal, "Aku udah kebal akan hal-hal seperti itu. Kamu bahkan sering digosipkan dengan beberapa wanita. Aku juga melihat banyak foto-mu yang memperlihatkan hal semacam itu." Balas Michel jutek menyilangkan tangannya di perut sebal.

Kris mengulurkan tangan mengusap rambutnya. "Ayolah, itu masa lalu. Sudahlah, jangan diungkit lagi, because in the end of the day, aku akan tetap kembali padamu, kan? Itu pun bukan sepenuhnya kesalahanku, kamu tahu itu. Mereka datang padaku, dan sebagai laki-laki normal, aku hanya memainkan peranku." Kris membela diri tidak mau disalahkan.

Michel menatap jengah kekasihnya. "Masa lalu? Yang benar saja! Itu dua minggu yang lalu saat aku di Australia." Michel mendelik tajam ke arah Kris. Sedangkan Kris hanya terkekeh dengan mata yang masih fokus ke jalanan tanpa menoleh.

Kris mengetuk-etukkan jari pada stir kemudi santai, senyum tipis masih terukir di bibirnya. "Iya, dua minggu yang lalu, itu termasuk dengan masa lalu, Michel sayang..."

Hening membungkus seperkian menit, sebelum tiba-tiba Michel meraih tangan kiri Kris dan menautkan jemari mereka. Kris menoleh dan tersenyum lembut sambil mengernyit. "Why?"

"Aku mencintaimu, Kris. Bahkan setelah semua rasa sakit yang telah kamu torehkan berulang kali, aku masih sangat mencintaimu. Rasanya, aku sudah kebal melihat semua gosip yang bertebaran antara kamu dan para fans perempuan yang menggilaimu itu." Michel mengeratkan genggamannya di lengan Kris, mengapit lengan Kris dan bersandar di bahu kokohnya. "Karena aku tahu pada akhirnya kamu akan kembali padaku, karena aku tahu di hatimu hanya ada aku. Iya, kan?" Michel mendongakkan kepalanya, menatap lekat kekasihnya.

My Cute Office GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang