Kris menegang di kursinya mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Michel. Ia menelan saliva membasahi rongga kerongkongan yang sudah mulai mengering. Kris sudah bertekad, ia akan menjawab apa yang seharusnya ia jawab.
Kris menghela napas panjang, menatap Michel dengan lekat. Ekspresi Michel terlihat cemas saat ini, menunggu kekasihnya menjawab pertanyaan yang baru saja dilontarkannya.
"Aku,—"
"Ya ampun... sebenarnya aku ngomong apa sih! Tidak perlu dijawab, sayang. Aku sudah tahu jawabannya." Michel menyunggingkan senyum, memotong ucapan Kris yang baru saja akan menjawab. "Sepertinya aku terlalu lelah hingga menanyakan hal yang sungguh konyol!"
Kris mengerutkan kening. "Cel, apa kamu tidak penasaran dengan jawabannya? Sepertinya, aku...,"
Michel menggelengkan kepalanya enggan mendengar apapun yang akan dikatakan Kris. "Tidak perlu. Aku percaya padamu, Kris!" Dia memutar tubuhnya, membuka handle pintu mobil dengan tergesa.
"Cel, aku mengenal Alena," ucap Kris lirih. Michel langsung membeku, seketika menghentikan gerak tangannya.
Perlahan, Michel kembali memutar tubuhnya, menatap Kris seraya tersenyum. "Tentu saja kamu kenal dia. Dia office girl di kantormu."
"Bukan seperti itu, Cel," Kris menggeleng. "Lebih dari itu... maksudku,—"
Michel semakin enggan mendengar apapun dari bibir Kris. Yang ingin dia lakukan sekarang adalah menghilang dari hadapan Kris dan mengenyahkan rasa penasaran apapun yang mengusik hatinya.
Kris masih bersamanya, dan akan selalu bersamanya. Itu adalah hal yang lebih penting dari apapun. Persetan dengan perasaan Kris yang ada di hatinya untuk Alena. Kris adalah miliknya, semua orang tahu itu. Memangnya siapa Alena? Dia hanya gadis yang kebetulan lewat di tengah-tengah kehidupan cinta mereka. Dan ia yakin, tidak lama lagi gadis itu juga akan menghilang dan berlalu pergi seperti jalang-jalang lain yang pernah menjadi sampah yang telah mengotori kisah kasih mereka.
"Aku lelah, Kris. Selamat malam." Kata Michel lemah, membuka pintu mobil dan langsung keluar tanpa menoleh lagi.
Kris cuma mampu menatap punggung Michel yang semakin menjauh memasuki apartemennya.
***
"Alena...!" panggil Kris di luar pintu kamarnya. Khawatir dan rasa bersalah menghantui pikiran—karena lagi-lagi ia menyakiti gadis itu dengan perkataan bodoh yang tak terkontrol saat di pesta beberapa jam lalu.Kris kembali mengetuk pintunya.
"Alena, kamu di dalam?"
Apa dia sudah tidur? Atau jangan-jangan... dia belum pulang?
Dengan cepat, Kris memutar kenop pintu untuk memastikan. Pintu ternyata tidak dikunci. Dibukanya dengan perlahan. Suasana kamar Alena terlihat remang, hanya lampu duduk yang menyala di meja. Ia memasuki kamarnya semakin dalam dan langsung mengedarkan pandangan ke arah tempat tidurnya.
Kris menghela napas lega melihat Alena tengah berbaring di atas ranjangnya.
Ia mendekati ranjang. Mengernyit heran melihat wajah pucat pasi Alena. Mata gadis itu terpejam, namun dia tampak tak merasa nyaman dengan posisinya. Keringat membasahi dahi Alena cukup banyak.
Kris mengulurkan tangannya ke dahi Alena secara hati-hati takut membangunkan. Ia membulatkan mata ketika merasakan suhu panas tubuhnya yang tinggi. Wajahnya langsung berubah pias seketika.
"Alena!" panggil Kris panik seraya menepuk-nepuk pipi Alena. "Al, Alena...!"
Tak ada respon dari Alena. Gadis itu semakin mencengkeram selimutnya menutupi tubuhnya yang menggigil. Kepanikan kian terasa menyesakkan dada. Kris membuka jasnya dan dasi kupu-kupu yang melingkar di kerah kemejanya menyisakan kemeja putih yang membalut tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Office Girl
RomansaMenceritakan seorang Office Girl yang bekerja di salah satu perusahan properti terbesar di Indonesia, di bawah kepemimpinan CEO perfectionis. Mulai dari pekerjaan, kehidupan cinta sesuai alur kalangan atas, wajah yang rupawan, dan segala hal tentang...