Keramaian yang memekakan di depan sebuah restoran mewah itu seketika berubah hening saat suara gedebuk cukup nyaring di hadapan mereka semua terdengar. Mata semua orang yang tadinya terarah pada pasangan sempurna itu kini beralih ke arahnya. Mereka diam, sebelum beberapa orang tertawa kencang disusul oleh tawa lain yang lebih kencang. Tidak ada derap langkah yang mendekat, malah suara bisik-bisik geli yang terdengar di sekelilingnya.
Rasa kemanusiaan mereka sungguh perlu dipertanyakan!
Ya... ya... sangat lucu. Ha... Ha... Tertawalah sampai tenggorokan kalian semua putus! Batin gadis itu menggerutu—masih tidak mau bergerak—terlalu malu untuk mendongak atau pun melakukan hal lain selain bernapas. Seperti kesialan yang tampaknya tidak mau berhenti mengejar, Alena tergeletak mengenaskan di atas paving-block. Gadis ceroboh yang tersandung oleh kakinya sendiri di antara keramaian itu masih tidak sudi mengangkat wajahnya hanya untuk mendapati tatapan menyedihkan dari orang-orang.
Tapi, dari semua yang ingin ia rutuki, dirinya lah yang paling pantas dimaki. Bagaimana mungkin ia bisa begitu ceroboh hingga menyebabkan dirinya terjatuh secara memprihatinkan seperti ini? Sial! Ia terjatuh tepat di depan mereka. For God's Sake, harus banget DI DEPAN MEREKA?! Apa ada tombol untuk kembali ke beberapa saat lalu sebelum kejadian memalukan ini menimpanya? Ia akan lebih memilih tidak berdiri di antara kerumuman orang-orang, menjauh dari titik kekacauan yang sekarang membuatnya dijadikan bahan tontonan. Oh, Astaga...
Posisi wajah Alena tepat di depan sepatu hitam mengilap milik lelaki tampan bak Aktor Asia itu. Kedua tangannya berada di sisi kiri dan kanan kepalanya, dengan siku yang secara langsung berbenturan dengan kerasnya paving block. Ia yakin, pasti siku tangan dan lututnya terluka ketika rasa perih mulai menjalarinya.
Sungguh, kakinya mulai terasa bergetar saking malunya. Dadanya pun bertaluan begitu kencang. Alena tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Bangun dan langsung lari tanpa melihat orang-orang ini, atau pura-pura pingsan saja dan menunggu seseorang untuk mengangkatku? Ide yang cukup baik, bukan, meski agaknya sedikit menyesatkan.
"Anda tidak ada rencana untuk bangun?" Suara bariton yang super seksi itu mengalun merdu melewati gendang telinga Alena. Ia perlahan mulai mendongakkan kepala, berpikir mungkin si tampan itu mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri. Kapan lagi coba memiliki kesempatan langka ini—seorang rakyat jelata dibangunkan oleh orang kaya raya? Ia tertawa geli dalam hati sebelum realita menamparnya.
Buset... boro-boro mau dibantu bangun. Lelaki itu malah memundurkan tubuhnya setengah langkah ke belakang saat mereka akhirnya berhasil bersitatap muka. Sawan kali dia karena jarang lihat orang sejelek dirinya. Biasanya perempuan yang kelihatan seperti malaikat yang ditemui, tiba-tiba malam ini malah ketemu setan yang bikin sakit gigi. Ngilu, lihat bentuknya. Mungkin...
Sejelek itu ya, gue? Iya, sejelek itu, Alena. Batinnya yang lain menyahuti. Rambutnya berserakan, wajahnya pasti merah dan pucat, ugh, ia benci kulitnya yang terlalu putih dan tampak tidak sehat. Katanya ia seperti zombie, kulitnya sungguh pucat. Ia juga pasti terlihat kumal karena ia berkeringat cukup banyak, dan matanya bengkak sehabis menangis.
Alena mencoba tersenyum—canggung— sambil mengangkat tangannya sedikit. "Hai," nyapa artis bisa kapan lagi coba? Mumpung ada kesempatan.
Dan lelaki itu—yang bernama Kris malah mengernyitkan kening tidak sama sekali merespon. Alena memang tidak tahu malu, Ya Tuhan. Ia tidak tahu apa faedahnya mengucapkan "hai?" padanya. Padahal jelas-jelas situasinya saat ini tidak memungkinkan. Lihat saja sekarang tatapan jengah dan aneh tengah dia sorotkan. Seharusnya sekarang ia marah padanya karena dia bahkan tidak berniat membantu mengangkatnya atau sekadar basa-basi jika ia perlu bantuan. Peradaban manusia macam apa ini! Alena menunduk, menahan malu menghindari tatapannya, sebelum mendongak menghunuskan tatapan kesal. Lelaki itu masih menatap dengan tatapan anehnya. Sudut bibirnya terlihat berkedut, tampak mengejek kondisi Alena.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Office Girl
RomantizmMenceritakan seorang Office Girl yang bekerja di salah satu perusahan properti terbesar di Indonesia, di bawah kepemimpinan CEO perfectionis. Mulai dari pekerjaan, kehidupan cinta sesuai alur kalangan atas, wajah yang rupawan, dan segala hal tentang...