1. Awal Pertaruhan

445 66 51
                                        


Hasa pov

Di akhir tahun seperti ini bukan seharusnya hujan turun begitu lebat di malam hari. Sangat menghambat aktivitas serta pekerjaan yang seharusnya sudah aku selesaikan sebelum menginjak pergantian tahun. Pekerjaan yang kumaksud di sini adalah melukis pasangan pengantin baru yang dua minggu lalu menikah. Memanggilku beberapa kali untuk datang ke rumah mereka meski sebetulnya lukisan itu hampir selesai. Alih-alih membiarkanku menyelesaikannya di rumah, mereka malah menahanku untuk tidak membawa lukisan itu pergi. Anehnya, mereka seolah tidak bisa berjauhan dengan lukisan itu. Terpaksa aku harus kembali dua kali untuk menyelesaikan bagian akhirnya.

Merepotkan. Jarak rumah kami cukup jauh. Aku membutuhkan dua jam berkendara ke sana.

Beruntung uang yang aku dapat cukup besar. Mereka orang kaya. Aku tidak peduli jika hal itu merepotkan, yang terpenting puluhan juta rupiah mengisi rekeningku secara penuh.

Kalian juga pasti berpikir apa aku tidak memiliki mobil? Jawabanku hanya satu, para cecunguk sinting mencuri mobilku selama dua hari untuk pergi ke Bali yang tersisa hanya motor hitam di garasi. Motor besar yang biasanya kugunakan untuk balapan. So, harus bagaimana lagi memilih menunggu hujan reda lebih baik daripada menjadi gila untuk menerjang hujan di luar sana. Ck! Itu tindakan bodoh yang semua orang jelas mengetahuinya.

Berjalan melewati jendela, aku seperti melihat sekelebat bayangan hitam lewat.

Apa itu hantu?

Hell, yang benar saja. Jika memang ada, biarkan aku menonjok muka jeleknya atau aku sleding kepalanya agar tidak hidup lagi.

Aku menggeser kelambu yang tergantung, pandanganku menyelidik ke luar. Tidak ada siapapun di sana, mungkin tadi hanya kucing lewat atau bayangan dari tanaman yang terkena angin.

Pintu rumahku tiba-tiba diketuk tiga kali.

Aku berdecak, orang gila dari mana yang bertamu malam-malam dalam keadaan hujan deras seperti ini?

Berjalan menuju pintu masuk dan membukanya, aku menarik napas lelah setelah pintu terbuka lebar hanya udara kosong yang kudapat.

"Persetan dengan kalian."

Menutup kembali pintu itu, aku kemudian berjalan ke arah ruang tamu yang sekaligus menjadi tempat menonton televisi. Niat awalku ingin bersantai di cuaca yang dingin ini hancur, mendengar pintu rumahku didobrak secara paksa.

Fu*k!

"Surprise.. selamat tahun baru!!"

Aku cukup terkejut, dua orang sinting yang telah mencuri mobilku untuk pergi ke Bali telah kembali. Aku perlu mengingat agar tidak menaruh kunci mobil sembarangan setelah ini karena pencurinya adalah teman sendiri. The helllah.

"Kemari."

Bicara setenang mungkin, aku pura-pura menyembunyikan amarahku yang sudah kupendam selama dua hari ini. Tidak bisa pergi ke mana-mana dengan mobilku sendiri itu sangat menjengkelkan. Memakai motor hitamku resikonya sangat besar jika sampai plat motorku dikenali polisi saat berkendara di luar aku bisa ditangkap. Motor itu hanya untuk balapan. Terpaksa aku harus meminjam motor Josh.

"Ap-apa? Kenapa tiba-tiba muka lo jadi menyeramkan begitu?" Gavin mundur perlahan.

"Gue cuma mau memeluk kalian berdua!" Aku maju semakin mendekat ke arah mereka.

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang