16. Deal

42 3 1
                                    

Hasa pov

"Brengsek."

Mimpi sialan itu lagi.

Terbangun dengan hal-hal yang tidak menyenangkan seperti ini lagi, aku terdiam sejenak. Tubuhku basah oleh keringat, rasanya tidak nyaman dan sangat mengganggu.

"Kenapa? Apa kalian belum pernah melihat orang buka baju setelah bangun tidur?" tanyaku.

Suara derit mesin printer berhenti. Ada beberapa kertas yang berserakan di atas meja. Mereka memulainya sepagi ini.

"Dude, lo terlalu sering mimpi buruk. Menggumam kata 'panas' berkali-kali, apa lo baru saja bermimpi masuk neraka?"

Mendengus mengabaikan ucapan Rio yang tidak masuk akal, aku berjalan melewatinya menuju lemari. Mengambil kaos putih polos dari dalam sana.

"Sialan, Hasa baju siapa yang lo ambil?! Kalian bertindak seperti ini rumah kalian, pulang sana ini udah tiga hari rumah gue jadi tempat menyesakkan! Kalian membuat gue bekerja dua kali lipat dari biasanya."

Dia mulai lagi. Moodnya mudah sekali terganggu.

Jerome adalah Kakak sepupu Rio. Dia sangat dekat dengan Tristan, mereka memiliki ketertarikan yang sama dengan fotografi. Selain itu Jerome adalah manusia yang perfeksionis, kerusuhan yang kami buat di rumahnya pada saat kedua orangtuanya tidak ada membuatnya uring-uringan selama tiga hari. Dia menjadi seperti wanita yang sedang datang bulan.

Kami sampai di rumah ini setelah pemakaman si Mbah selesai beberapa hari lalu. Aku menepati janjiku pada Tuan Mandala untuk tidak tinggal di rumah itu lebih lama lagi. Kami hanya tinggal satu hari di sana. Meski teman-temanku memprotes akan rasa lelah, aku tidak bisa menjelaskannya.

Aku bahkan tidak mengerti semua yang telah terjadi pada saat itu. Pikiranku benar-benar kosong saat mengingatnya. Pada akhirnya aku menjadi bodoh terpancing ucapan Tuan Mandala yang tidak masuk akal. Aku sedikit menyesal, yah karena buah dari kebodohanku yang ikut campur pada sesuatu yang salah, aku mendapatkan konsekuensi yang tidak pernah bisa kukira. Mimpi-mimpi sialan terus bermunculan, aku tidak bisa tidur dengan baik beberapa hari ini.

Melepaskan jiwa si Mbah dia bilang. Omong kosong besar! Itu seperti aku membunuhnya dengan tanganku sendiri.

Sial!

Kilas balik itu- perutku menjadi mual seketika. Cengkraman di pergelangan tanganku masih terasa nyata. Siapa yang akan melupakan perasaan dimana tubuhmu menjadi pegangan terakhir orang yang sedang meregang nyawa?

Haah. Itu cukup membekas. Aku sudah banyak kehilangan. Ini menjadi semakin menumpuk.

"Sampai kapan kalian akan tinggal di sini? Gue bahkan nggak bisa ketemu pacar gue gara-gara kalian semua." Jerome keluar dari kamar mandi, dia membawa sekeranjang penuh baju kotor. "Bahkan untuk menjaga kebersihan rumah sendiri gue nggak bisa."

Dia tidak salah. Kami membuatnya bersih-bersih setiap hari.

"Bang, apa mahasiswa semester akhir seperti lo masih bisa berpacaran? Lupakan saja menjomblo adalah jalan kewarasan."

"Bajingan ini! Lo harus tahu bagaimana menjadi waras di tengah revisi skripsi dan pacar yang uring-uringan nggak bisa ketemu!"

"Putus. Apa susahnya?" Rio masih bisa tertawa setelah menyarankan hal yang tidak benar. Entah kemana pikirannya setelah putus dengan mantannya yang matre.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang