4. Aneh

315 48 29
                                    

Hasa pov

Dentuman suara musik mengalun bebas, membuat lantai dansa di penuhi orang-orang yang meliuk-liuk tidak karuan. Beradu bersama kepulan asap rokok yang juga ikut memenuhi ruangan ini. Aku sendiri hanya duduk di meja bar dengan segelas tequila yang sejak tadi aku nikmati hanya sebatas menyesapnya saja.

"Kenapa Rio?" menunjuknya dengan daguku.

Gavin duduk di sampingku memberiku cengiran kecil lalu mengangkat tangannya memanggil Marry. Yeah, dia pelayan di pub ini, jangan pernah berpikir jika Marry itu seorang wanita cantik dengan gaun sexy. Dia seorang laki-laki. Dengan nama asli Mario.

"Vodka?" tanya Marry.

Jika diperhatikan lagi tubuhnya memang kecil dan kulitnya terlalu putih untuk ukuran seorang laki-laki. Dia pernah berbicara jika itu alami, tanpa perawatan apapun.

Gavin menggeleng.

"Brandy." balasnya dengan mata mengerling nakal pada Marry. Aku hanya memutar bola mata bosan. Dia mabuk sebelum minum.

"Dia baru putus."

Gavin mengalihkan perhatiannya padaku setelah meminum segelas brandy miliknya yang Marry berikan sebelum berganti melayani laki-laki tua berjenggot di sebelah kami.

"Dan menggila di lantai dansa."

Aku tersenyum miring. Pandanganku masih lurus menatap Rio, meliuk-liuk bersama seorang wanita sexy di bawah sana yang sesekali saling berciuman. Lucunya cinta bisa membuat orang gila, efeknya masih terasa meski mereka sudah putus. Ck, luar biasa menggelikan.

"Pacarnya selingkuh dengan tua bangka berkantong tebal." ucap Gavin lagi, sibuk menggoyangkan gelas minumannya yang sudah tinggal setengah.

"Uang sangat berkuasa bukan?"

Untuk kali ini aku hanya tersenyum kecut membenarkan ucapannya. Uang sangat berkuasa sampai wanita muda bisa menikah dengan lelaki yang sudah berumur hanya karena isi dalam dompetnya lebih tebal. Seperti Tuan Mandala and my ex-girlfriend. Aku tersenyum miris mengingat alasan terbesarku keluar dari rumah, meninggalkan segala kemewahan yang ada. Bukan aku masih menyukainya, hanya saja mengingat dia lebih tua denganku lima tahun membuatku kesal setengah mati. Apa Ayahku tidak bisa mencari wanita lain untuk menjadi Ibu tiriku yang seumuran dengannya?! Bukan bekasku. Persetan dengan harta warisan, aku tidak peduli dengan hal semacam itu. Apalagi mengetahui wanita itu hanya memperalat aku untuk mendekati Ayahku. Sialan sekali rasanya.

"By the way soal tadi pagi, apa yang lo bicarakan tentang Jena di depan Davian, gue harap itu satu jawaban lo udah menuhi rule yang ditentukan untuk balapan."

Aku mendengus kesal mengingat kejadian tadi pagi, Jena tertawa setelahnya. Dia mengejarku sampai parkiran fakultas hanya untuk mengataiku. Jika dia akan memberikan tanda tangan sebagai rasa terima kasih karena sudah melukis wajahnya saat dosen tengah mengajar. Sial! Dia benar-benar membaca pikiranku.

"No. Gue sama sekali nggak berniat bawa dia ke sana,"

"Why not? Apa lo mau kalah sebelum balapan?"

"Gue bisa cari cewek lain, dia terlalu aneh. Apa yang lo lakukan kalau pikiran lo bisa dibaca setiap saat? Brengsek, gue benar-benar nggak tertarik untuk mencoba!"

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang