-Yang tersembunyi di balik keindahan mawar merah terbakar-
Jena PovIni sudah kelima kalinya aku menghembuskan napas gusar sambil mengintip dari balik jendela kamarku, memastikan kapan Hasa akan pulang. Oh, ayolah keberuntungan selalu tidak berpihak kepadaku jika itu semua menyangkut Hasa! Dua malam lalu aku sudah masuk ke dalam rumahnya dengan perdebatan susah payah namun Aneya malah pulang lebih cepat dari yang kukira. Tergopoh-gopoh aku melihat mobilnya mengklakson sampai tiga kali di depan rumah kami memintaku untuk segera membukakan pagar. Malam yang gila. Aku benar-benar dibuat pusing tujuh keliling untuk mencari alasan yang tepat karena kedapatan keluar dari rumah Hasa. Apalagi ekspresi kurang ajar lelaki itu benar-benar mengundangku untuk mengumpat tanpa tedeng aling-aling.
Bagaimana dengan Aneya? Jangan tanyakan dia, dua hari juga Aneya tidak berhenti menyindir dan mengomeliku.
Di malam berikutnya, tentu saja aku tidak menyerah. Masih mencoba mengendap-endap setelah mendapat kesempatan Aneya pergi ke pengajian kompleks. Sialnya, aku hampir terjerembab tersandung kaki sendiri melihat Aneya kembali pulang dengan alasan paling menjengkelkan, dia memakai sendal yang tidak sepasang. Oh god!
Dan pagi ini, aku dibuat sakit kepala lagi. Dia sudah tiga kali bolak-balik ke kamarku entah meminjam catokan rambut, charger dan hal lain yang sudah jelas merk yang dia punya lebih bagus dari milikku. Entah kenapa dia menjadi sedemikian menyebalkannya.
"Ngapain kamu? Masih mau ketemu bocah brandal depan rumah lagi? Bilangnya nggak naksir, itu apa udah kayak stalker. Kaca jendela lama-lama bisa berlubang Jena, astaga."
Aku merengut, meliriknya kesal. "Aku mau berangkat kuliah."
"Kalau cari cowok itu yang benar. Kakak nggak mau yah kalau sampai itu bikin kamu rusak. Keluar malam nggak jelas, minum-minum."
Ini benar-benar tidak akan berakhir, masih terlalu pagi untuk Aneya memulai hari dengan kekhawatirannya yang berlebihan, memintaku untuk berdebat pada sesuatu yang jelas-jelas tidak masuk akal untuk dibahas. Seriously, aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Hasa. Ini hanya bisnis kecil antara hantu, aku dan dia, tentu saja tidak ada hal lain berbau romantis. Siapa yang akan melibatkan hantu dalam kisah cintanya?! Actually, bukannya aku tidak suka bagaimana cara Aneya mengkhawatirkanku, hanya saja ini sudah keberapa kalinya dia mengungkit hal yang sebenarnya dia salah pahami. Telingaku sampai berdengung hampir tiga hari dia terus-menerus membahas hal ini.
Lagipula aku dan Hasa, kami tidak akan pernah jatuh cinta, terjebak dalam perasaan seperti itu sangat tidak mungkin bagi kami. Melihat bagaimana sifatnya, aku mungkin sudah gila jika itu terjadi. Duniaku akan jungkir balik karenanya. Tidak akan pernah sama lagi. Yah, itu semua benar bukan?
"Jangan cuma diam. Kamu itu..."
Aku mengecup pipinya, lantas segera mengambil kotak bekal dan roti lapis di atas piring. "Iya, Jena paham. Jena berangkat dulu, yah Kak."
Dia menghela napas panjang, luluh. "Panasi dulu mesin motornya. Jangan lupa juga pulang kuliah nanti Kakak minta tolong, ambilkan baju di tempat loundry biasa."
Mengeluarkan motor bebek milikku, aku memanaskan mesinnya sebentar. Motor yang empat hari lalu hampir masuk ke dalam selokan itu ada sedikit goresan di tubuhnya yang biasanya hitam mulus. Ini semua terjadi dengan alasan yang menggelikan. Aku terkejut malam itu melihat hantu seperti guling tiga ikatan meliuk-meliuk--oke sensor maksudku adalah pocong dengan wajah tidak karuan di sekitar kampus. Aneya tidak tahu. Aku sudah mewajibkannya, menyembunyikan rapat-rapat agar dia tidak mengetahui soal ini. Bisa-bisa aku akan mendapat banyak keluhan lagi mengenai kelebihanku melihat hantu dan suka ikut campur urusan 'mereka'.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET
Mistero / ThrillerWarning language! 18+ Bertemu dengan gadis berkemampuan khusus semacam sixth sense. Menurutmu apa aku harus senang atau tidak bertemu dengannya? Hasa Mandala_ Mahasiswa jurusan seni rupa dan desain, sifatnya tidak suka dikekang, kebebasan adalah mo...