5: FIRST MOVE

2.7K 44 4
                                    

5 : First Move

Leila melirik jam tangan di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih sepuluh menit. Akan tetapi, seseorang yang sedang ditunggunya sejak sepuluh menit lalu itu tak kunjung datang di hadapannya.

Si Kiran ke mana sih, masa dari tadi gue tungguin belum datang juga? rutuknya dalam hati.

Leila mengaduk-ngaduk milk tea-nya sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kafe, mencari sosok sahabatnya itu lewat pandangannya. Namun, sosok yang tengah dicarinya itu tak juga menunjukkan diri hingga jam menunjukkan pukul sepuluh lewat dua puluh menit.

Yaelah, udah jam berapa, nih? Masa belum dateng juga, sih? keluhnya kesal. Kebiasaan banget sih, jadi orang. Ngaret mulu ih.

Leila mendesis sambil mengaduk-ngaduk isi tas kecilnya, meraih benda pipih tipis di dalamnya dan menghubungi sahabatnya itu denganmembombardirnya dengan pesan singkat via LINE.

Leila Shara : Heiiiiiii.....

Leila Shara : Udah jam berapa niiih?

Leila Shara : Gue sampe lumutan gini nungguin lo dari tadi ih.

Leila Shara : Raaan... bales ih..

Leila Shara : Pokoknya lo harus datang. titik. bye.

Leila Shara : Gue tunggu di toko bukunya aja langsung ya. Bodo amat.

Leila Shara : Ihh.. lo bisa banget sih, Ran. Bikin gue kesel mulu :(

Leila Shara : Bales elaaaah....

Leila Shara : Lo di mana, sih?

Merasa tak mendapat respons sekalipun dari sahabatnya itu, Leila pun memutuskan untuk memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas kecilnya, lalu beranjak dari duduknya menuju toko buku yang berada di lantai atas di dalam mal ini.

Sesampainya di sana, Leila pun melangkahkan kakinya menuju rak buku khusus novel-novel terjemahan yang berada di toko buku itu. Menyenderkan tubuhnya di ujung rak sambil meraih kembali ponselnya di dalam tas kecilnya untuk menelepon Kiran.

Dalam sambungan ketiga, ia pun mendengar suara serak milik sahabatnya itu di seberang sana. "Halo?" sapa Kiran.

"Lo di mana, sih? Gue udah di BIP sejak tiga puluh menit yang lalu. Nungguin lo di kafe sejak dua puluh menit yang lalu. Di toko buku sejak lima menit yang lalu. Dan lo masih belum datang juga? Lo ingat nggak sih, kalau kita itu ada janji ketemuan di sini? Gue tuh ya, udah-"

"Lo bisa nggak, kalau ngomong agak nyantai dikit? Bisa nggak, nggak pake nyerocos dulu kalau angkat telepon? Bisa nggak sabar dikit aja, kasih gue kesempatan buat ngomong? Bisa nggak?" sela Kiran cepat memotong perkataannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkannya.

Kamu, Rasa, dan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang